oleh
Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
Beberapa waktu lalu saya
menulis bahwa kita semua harus bersabar untuk tidak saling tuduh tentang
berbagai kejahatan yang terjadi di Rakhine-Rohingya, Myanmar. Semua harus
menunggu hasil dari kerja Tim Pencari Fakta untuk memahami sesungguhnya segala kekusutan
yang terjadi. Kita sangat berharap TPF dapat berlaku jujur, adil, dan membuka
segalanya dengan terang benderang tanpa berpihak, baik pada Myanmar maupun pada
Rohingya. Hal itu disebabkan hanya dengan gambaran yang utuh dan jujurlah semua
dapat melakukan analisis secara tepat bagi penyelesaian kekacauan dan kejahatan
manusia atas manusia lainnya itu.
Sayangnya, TPF tidak juga dapat bekerja dengan baik. Saya
menduga dengan sangat keras bahwa TPF tidak dapat melakukan investigasi yang
baik karena ada ‘keengganan” dari pihak Myanmar sendiri. Myanmar tampak
berupaya menghalangi investigasi serta dalam kesempatan yang sama membangun
opini dunia dengan penjelasan-penjelasannya sendiri. Sungguh teramat salah
Myanmar membela diri dengan opininya sendiri tanpa melibatkan hasil investigasi
dari TPF. Apa pun yang dijelaskan Myanmar akan dituding sebagai “kebohongan”
karena berisi tentang pembelaan diri tanpa melibatkan pihak independen untuk
melakukan cross check atas
penjelasan-penjelasannya itu. Myanmar menyalahkan dunia karena berpendapat
berdasarkan hoax, tetapi mereka tidak
memberikan akses dan kesegeraan kepada TPF untuk melakukan investigasi yang
menyeluruh. Sikap seperti itu hanya merugikan Myanmar sendiri karena terkesan
tidak ingin diketahui oleh dunia tentang apa sesungguhnya yang terjadi di
Rakhine-Rohingya, Myanmar. Myanmar berusaha melawan opini dunia dengan penjelasan-penjelasannya
sendiri yang sangat sulit dipercaya. Dalam bahasa Indonesia, perilaku Myanmar
itu sama dengan maling teriak maling, maksudnya
penjahat menuduh orang lain melakukan kejahatan, padahal dia sendiri yang
melakukan kejahatan. Sementara itu, dalam bahasa Indonesia ada lagi pemeo mana ada maling yang mengaku, maksudnya
penjahat tidak mungkin mengakui dengan sukarela tentang kejahatan yang
dilakukannya. Itulah yang saya llihat dari Myanmar. Mereka telah banyak
melakukan kejahatan, terutama militernya, tetapi tidak mau mengakui kejahatan
yang mereka lakukan dan menuduh pihak lain yang melakukan kejahatan itu.
Sikap Myanmar itu sangat berbahaya karena sama sekali
tidak menyelesaikan masalah dan hanya memperpanjang masalah. Bahkan, akan sangat
merugikan Myanmar sendiri. Lebih jauh lagi, Sikap Myanmar seperti itu bisa
mengguncangkan keamanan di kawasan Asean. Hal itu disebabkan perilaku militer
Myanmar bisa mengundang kelompok-kelompok perlawanan dari luar Myanmar masuk ke
Myanmar. Sebagaimana kita tahu bahwa Menlu RI Retno Marsudi pernah mengatakan
bahwa tantangan keamanan ke depan adalah terorisme. Jika gerakan perlawanan
dari belahan dunia lain masuk ke Myanmar, termasuk para teroris, Rakhine akan
menjadi wilayah yang semakin semrawut dan mempengaruhi keamanan di kawasan
Asean. Hal yang harus diperhatikan adalah jika para teroris masuk, mereka akan
menjadi pahlawan untuk menghentikan kekerasan militer Myanmar terhadap
Rohingya. Situasi akan menjadi lain.
Myanmar memang harus ditekan dan dipaksa untuk
menghentikan berbagai kedustaan yang dibangunnya sendiri. Myanmar harus dibuli
karena berupaya membangun opini dunia dengan penjelasan-penjelasan yang sangat
lemah.
Salah satu pernyataan resmi yang dikeluarkan pejabat
tinggi Myanmar akhir-akhir ini menunjukkan, paling tidak, saya menduganya
adalah suatu “kebohongan”. Sang pejabat tinggi Myanmar itu mengatakan bahwa para penduduk Rohingya mengungsi ke
Bangladesh dan negara lain adalah bukan disebabkan oleh kekerasan militer
Myanmar, melainkan didorong oleh para pemberontak Arakan yang menyuruh rakyat
mengungsi dengan janji akan ada kehidupan lebih baik di negara lain.
Bagi saya, penjelasan itu teramat aneh karena sangat
kecil kemungkinan terjadinya. Jika kita mengingat-ingat perilaku setiap gerakan
separatis atau kelompok perlawanan, belum pernah ada kelompok perlawanan di
dunia ini yang menyuruh rakyat mengungsi dan mengosongkan wilayahnya. Hal yang
sangat masuk akal adalah justru kelompok-kelompok itu mengajak rakyat di
wilayahnya untuk bergabung menjadi anggota perlawanan untuk menguatkan pasukan
dan menggunakan rakyat sebagai aset bagi upaya perlawanan yang sedang
dilakukannya. Isis saja ketika rakyat Suriah mengungsi, menyerukan bahwa rakyat
Suriah tidak perlu mengungsi. Mereka tahu benar bahwa dengan rakyat bersamanya,
kekuatannya akan semakin lengkap. Dengan demikian, penjelasan petinggi Myanmar
itu sangatlah aneh, bahkan tampak bodoh.
Di samping itu, kenyataan yang terjadi justru adalah kaum
Rohingya merupakan kaum yang tidak diinginkan di Myanmar, militer Myanmar
melakukan kekerasan terhadap rakyat Rohingya, dan menanam ranjau agar rakyat
tidak kembali ke wilayahnya semula. Jadi, sesungguhnya yang terjadi adalah
Myanmar sendiri yang mendorong pengungsian besar-besaran dan berharap agar kaum
Rohingya berada di wilayah negara lain. Setidak-tidaknya, itulah penjelasan
yang dapat diterima akal saya berdasarkan berbagai berita yang beredar
akhir-akhir ini. Jadi, bukan pasukan Arakan yang mendorong kaum Rohingya
mengungsi, melainkan kekerasan yang diterima akibat perlakuan mililter
Myanmar-lah yang menjadi penyebab rakyat pergi.
Indonesia sudah sangat tepat melakukan pertolongan
pertama bagi penanganan kejahatan manusia atas manusia lainnya di
Rakhine-Rohingya, tetapi Indonesia dan dunia tidak boleh lupa bahwa Myanmar
sedang melakukan agenda sendiri untuk menyelesaikan masalah itu. Indonesia dan
dunia tidak boleh lupa bahwa Myanmar sama sekali tidak memiliki kemampuan yang
baik dalam menyelesaikan masalah di Rakhine-Rohingya. Hal itu bisa dilihat dari
berlarut-larutnya masalah itu dengan penuh kekerasan dan kebencian yang tak
juga kunjung berkurang terhadap kaum Rohingya selama puluhan tahun. Kalau
dibiarkan, urusan itu akan terus berlanjut ratusan tahun ke depan. Oleh sebab
itu, Indonesia dan dunia tidak boleh menunggu saja agenda-agenda yang dijalankan
pihak Myanmar, melainkan harus memberikan tekanan yang keras agar Myanmar lebih
terbuka serta menerima berbagai masukan, kritikan, dan mengubah pandangannya
terhadap kehidupan di Rakhine-Rohingya. Hal yang paling penting dilakukan
Myanmar adalah jangan berdusta dan biarkan orang lain melakukan investigasi
agar mendapatkan solusi yang menguntungkan bagi Myanmar, Rohingya, Asean, dan
dunia.
Sampurasun
No comments:
Post a Comment