Tuesday, 4 February 2020

Soal Virus Corona di Natuna, Clear


oleh Tom Finaldin


Bandung, Putera Sang Surya
Tulisan saya yang lalu menegaskan bahwa memang sebagian masyarakat Natuna beserta pemerintah daerah dan tokoh masyarakatnya menolak kehadiran warga Negara Indonesia yang pulang atau dipulangkan dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Cina untuk diobservasi di Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau. Penolakan tersebut diakibatkan oleh hoax tentang virus corona yang merajalela, kurangnya upaya masyarakat mencari informasi yang akurat dan benar, serta minimnya koordinasi dari pemerintah pusat pada pemerintah daerah.

            Dijadikannya Natuna sebagai lokasi observasi tanpa koordinasi yang maksimal mengakibatkan masyarakat Natuna ketakutan sekaligus marah. Mereka takut menjadi tempat tersebarnya virus corona di Indonesia. Mereka marah karena curiga seolah-olah tempatnya “dikorbankan” sehingga merasa diri tidak dipentingkan dibandingkan warga lain di Indonesia ini.

            Akan tetapi, persoalan mulai mencair ketika terjadi komunikasi yang lebih jelas antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Tujuh orang perwakilan dari Natuna berkomunikasi langsung dengan pemerintah pusat di Jakarta. Dengan adanya komunikasi yang baik, penjelasan yang lengkap, pemahaman yang jelas, semuanya bisa selesai. Meskipun rasa takut dan marah itu tidak segera menghilang karena perlu waktu, semuanya berangsur-angsur membaik.

            Hal yang membuat saya tertarik adalah kenegarawanan pemerintah pusat yang mengakui dengan sempurna bahwa mereka telah melakukan kesalahan karena tidak melakukan koordinasi yang sempurna terhadap pemerintah daerah Kabupaten Natuna. Pengakuan diri telah melakukan kesalahan itu adalah sangat baik dibandingkan tidak mengakuinya. Sulit mengakui diri salah ketika berada di posisi atas dan berkuasa, tetapi mereka mengakuinya. Itu adalah hal yang teramat mulia sehingga kesalahan itu tidak boleh diulang lagi pada masa depan.

            Di samping itu, bantahan dari Wakil Bupati Natuna Ngesti Yuni Suprapti terhadap pernyataan Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto tentang jarak antara hanggar (garasi pesawat) dengan pemukiman penduduk, tidak mendapatkan penyangkalan. Sebelumnya, Hadi mengatakan jaraknya adalah 5-6 km, tetapi Ngesti membantahnya dengan menjelaskan jaraknya hanya 1,2 km.  Itu juga baik karena polemik berhenti sampai di situ. Meskipun demikian, jarak 1,2 km itu sudah sangat jauh karena menurut Satgas Pencegahan Virus Corona, virus itu hanya bisa menular jika Si Sakit batuk di dekat orang sehat dalam jarak 1 hingga 1,8 meter. Tidak mungkin ada orang batuk sejauh 1 km. Virus corona pun tidak bisa hidup di udara dengan iklim tropis seperti Indonesia. Indonesia memang diuntungkan secara iklim. Akan tetapi, kita tetap harus waspada.

            Kini warga Natuna bisa lebih tenang setelah mendapatkan penjelasan lebih lengkap dan melakukan komunikasi dengan pemerintah pusat. Sebaiknya, kita semua berharap dan berdoa agar warga Negara Indonesia yang diobservasi di Natuna dapat segera benar-benar pulih dan kembali kepada keluarganya dengan baik.

            Sampurasun.

No comments:

Post a Comment