oleh
Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
Baru-baru ini Presiden
Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan bahwa Indonesia adalah negara
maju. Untuk mereka yang mencintai Negara Indonesia, bisa tiba-tiba tersentak
bangga dengan predikat sebagai negara maju, tetapi rasa bangga itu seketika
tertahan jika merasakan kondisi hidupnya sehari-hari dan atau melihat keadaan
ekonomi sekitarnya.
Benarkah kita, Indonesia, sudah menjadi negara maju?
Pernyataan Presiden AS tersebut harus diteliti lagi
maksudnya. Sebagai negara mayoritas muslim, kita harus ingat bahwa proses tabayun, cek en ricek, wajib dilakukan
jika mendapatkan berita apapun, baik itu berita baik maupun berita buruk.
Dari beberapa sumber yang saya pelajari, kita wajar
kecewa dengan disebut sebagai negara maju dan dikeluarkan dari daftar negara
miskin atau negara berkembang. Hal itu disebabkan AS tidak akan lagi memberikan
subsidi atau bantuan terhadap Indonesia dalam mengekspor barang-barang Indonesia
untuk diimpor oleh AS. Salah satunya, akan ada kenaikan tarif bea masuk bagi
barang-barang Indonesia yang diimpor AS.
AS memang memiliki undang-undang untuk melindungi
negara-negara miskin atau berkembang agar terlepas dari kemiskinan. Negara
Donald Trump itu memberikan tarif bea masuk rendah bagi negara-negara yang
dianggap masih miskin atau berkembang agar negara-negara itu bisa maju. Dengan
dikeluarkannya Indonesia dari daftar negara berkembang yang berarti menjadi
negara maju, tarif bea masuk akan tinggi. Hal itu akan memukul para pengusaha
Indonesia yang mengekspor barang ke AS. Dengan tarif bea masuk tinggi,
harga-harga barang Indonesia di AS akan menjadi semakin mahal dan itu
dikhawatirkan semakin mengurangi daya saing produk Indonesia di AS. Padahal,
saat ini nilai hubungan dagang Indonesia-AS telah membuat neraca perdagangan
Indonesia surplus. Artinya, Indonesia untung besar. Dengan kenaikan tarif, bisa
saja keuntungan perdagangan itu menurun dan terus turun.
Meskipun demikian, Indonesia tidak perlu terlalu risau,
hadapi saja kenyataan yang ada dengan kerja keras dan doa agar produk Indonesia
semakin berkualitas dan semakin beragam sehingga kenaikan tarif bea masuk yang
diterapkan AS tidak mengganggu kenaikan keuntungan perdagangan AS-Indonesia.
Hal yang patut diingat, kita harus sama-sama bergotong royong. Kalau belum bisa
gotong royong dan menyumbangkan diri untuk negara, minimal jangan bikin
huru-hara. Hal itu disebabkan jika negara maju, kita pun ikut maju, kecuali
kalau kitanya malas dan tidak memanfaatkan kesempatan yang ada.
Jadi, jangan terlalu bangga jika disebut negara maju.
Saya melihatnya itu hanya upaya Amerika Serikat untuk tidak lagi membantu
Indonesia sebagai negara berkembang. AS tampaknya sedang membutuhkan uang
sehingga tidak ingin lagi memberikan subsidi bagi Indonesia.
Bagi saya, Indonesia belum maju dan masih termasuk negara
berkembang. Hal itu disebabkan saya masih percaya pada teori dari Rektor
Universitas Al-Ghifari Prof. Dr. Didin Muhafidin bahwa negara maju itu hidup
dari otaknya, sedangkan negara berkembang hidup dari sumber daya alamnya. Oleh
sebab itu, Bank Dunia tidak memasukkan Arab Saudi atau negara-negara Timur
Tengah sebagai negara maju meskipun punya banyak uang dan disebut Negara
Petrodollar. Hal itu disebabkan Arab Saudi dan Timur Tengah sama dengan
Indonesia yang hidup bukan dari otaknya, melainkan mengandalkan hidup dari
sumber daya alamnya. Indonesia masih belum maju, masih berkembang.
Meskipun demikian, tidak perlu berkecil hati karena Indonesia
pun sekarang sudah menjadi negara ranking ke-7 di dunia dalam hal ekonomi.
Sayangnya, kebesaran ekonomi Indonesia jika dibagi jumlah penduduk yang
sebanyak 267 juta, pendapatan perkapitanya menjadi peringkat 97 di dunia. Tidak
apalah karena itu juga sudah menunjukkan adanya peningkatan dari setiap periode
kepemimpinan Indonesia.
Jangan bergantung pada orang lain, kerja keras adalah
paling utama.
Kata Presiden Soekarno, “Bukanlah kemerdekaan namanya jika rakyat Indonesia masih belum
sejahtera.”
Kesejahteraan itu
hanya bisa dilakukan dengan kerja sama antara pemerintah dengan rakyat. Oleh
sebab itu jangan gemar ribut. Kalau ada
masalah besar, kita kecilkan. Kalau ada masalah kecil, kita hilangkan. Jangan
meributkan hal-hal yang tidak perlu.
Sampurasun.
No comments:
Post a Comment