Wednesday 13 January 2021

Syekh Ali Jaber yang Saya Tahu

 


oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

Syekh Ali Jaber tidak mengenal saya karena saya hanya melihat dan mendengarnya melalui televisi dan tayangan Youtube. Meskipun hanya memperhatikan dari jauh, banyak hal yang saya pahami dari diri Syekh Ali Jaber.

Pertama kali saya melihatnya di televisi, isi ceramahnya biasa saja. Banyak penceramah Indonesia yang berceramah seperti itu, bahkan lebih hebat. Saya hanya berpikir bahwa orang Indonesia itu pengennya selalu yang “kearab-araban”. Orang Arab biasanya dipandang lebih hebat agamanya, padahal tidak. Soal agama itu adalah soal ilmu dan akhlak, bukan soal tempat kelahiran. Jadi, Syekh Ali Jaber bagi saya, biasa-biasa saja. Tidak ada istimewanya.

Seiring perjalanan waktu, tanpa sengaja saya melihat Syekh Ali Jaber mencium tangan remaja dan anak-anak Indonesia yang hapal Al Quran. Bahkan, bukan hanya tangan, kaki remaja dan anak Indonesia pun dia cium. Syekh bersedia menurunkan kepalanya dengan badannya bertumpu pada lututnya untuk mencium kaki penghapal Al Quran. Saya tidak tahu apa yang ada di dalam pikiran dan hati Ali Jaber. Saya hanya melihatnya dia memuliakan para penghapal Al Quran dan bersedia merendahkan hatinya untuk mencium kaki penghapal Al Quran. Sikap itu tampak bukan sikap dibuat-buat seperti akting Sinetron, melainkan sikap yang tulus yang tampak dari mata dan gerak tubuhnya. Luar biasa ini orang. Istimewa sekali.

Sejak saat itu saya mengagumi Syekh. Sikap seperti itu pasti lahir dari hati yang penuh hormat, penuh kemuliaan, dan kelembutan.

Sejak itu pula saya lebih lama memperhatikan ceramah-ceramah Syekh, baik di televisi maupun di Youtube. Kalimat-kalimatnya luar biasa menenangkan yang pastinya berasal dari llmu pengetahuan yang dalam. Beliau mengajarkan untuk memuliakan dan menghormati orang lain. Diingatkannya pula untuk tidak mudah menghakimi orang lain. Bahkan, nasihatnya yang saya perhatikan ketika beliau menjadi tamu bersama Gus Miftah di Podcast Deddy Corbuzier sungguh luar biasa mengagumkan. Syekh menjelaskan bahwa kita tidak boleh menghakimi dan merendahkan perempuan yang tidak berhijab karena kita tidak tahu mungkin saja perempuan itu punya shalat dua rakaat yang membuat Allah swt memasukkannya ke dalam surga. Kita tidak pernah tahu bagaimana sebenarnya hubungan perempuan itu dengan Allah swt. Pandangan dan pendapat seperti itu pasti keluar dari mulut orang yang sangat berhati-hati bersikap dalam hidup serta memiliki ilmu pengetahuan yang dalam. Dalam beberapa kali ceramahnya, Syekh mengingatkan saya pada tulisan-tulisan “Syekh Abdulqadir Jaelani” tentang “Penyingkap Kegaiban” yang dipenuhi nasihat untuk selalu bergantung penuh dan percaya penuh kepada Allah swt sehingga segala yang terjadi kepada kita di dunia ini hanya peristiwa biasa yang tidak berpengaruh apa pun kepada kita. Mau kita kaya ataupun miskin, mudah ataupun sulit, tidak mempengaruhi kita karena kita hidup dalam kendali Allah swt, bersama Allah swt.

Kini Syekh Ali Jaber telah berpulang kepada Pemilik-nya, Allah swt, “mulih ka jati, mulang ka asal”.

“Innaalillaahi waa innaa ilaihi roojiuun”

Allah swt Mahatahu, Mahakasih kepada hamba-Nya. Syekh menjadikan Indonesia tanah yang dicintainya sebagai ladangnya untuk beramal shaleh.

Sampurasun

No comments:

Post a Comment