Friday 8 January 2021

Negara Harus Lebih Kuat Dibandingkan Rakyat

 

oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Surya

Dalam teori-teori realis dijelaskan bahwa negara harus memiliki kekuatan yang sangat besar dibandingkan rakyatnya untuk mengendalikan rakyatnya. Pemikiran ini berangkat dari pemahaman bahwa manusia pada dasarnya selalu ingin berkuasa, ingin memenuhi kebutuhan hidupnya, dan ingin mendapatkan berbagai hal. Dalam memperoleh keinginannya itu, manusia kerap terlibat konflik, persaingan, pertarungan, perang, hingga pembunuhan. Perang-perang di antara manusia terjadi diakibatkan oleh perebutan manusia untuk memperoleh keinginannya, baik keinginan untuk berkuasa maupun keinginan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi. Oleh sebab itu, negara diperlukan untuk mengendalikan manusia, rakyatnya, agar tidak lagi terlibat perang atau pembunuhan dalam memenuhi keinginannya.

            Di negara mana pun selalu ada kelompok-kelompok masyarakat yang memiliki keyakinan, pandangan, gagasan, dan tujuan yang berbeda-beda. Jika negara lemah, kelompok-kelompok ini akan bertarung sendiri untuk mengalahkan kelompok lainnya, kemudian menguasainya. Negara yang lemah tidak memiliki kemampuan untuk menghentikan perkelahian, pertengkaran, hingga pembunuhan, bahkan dia sendiri terlibat dalam pertengkaran itu. Negara itu bisa hancur dan  dikuasai oleh negara yang lainnya. Kondisi ini bisa kita lihat terjadi di negara-negara yang sampai saat ini masih berkonflik di dalamnya, misalnya, Irak, Libya, Afghanistan, dan Suriah.  Setiap kelompok menganggap dirinya benar dan lebih celaka lagi mereka memiliki senjata yang membuat mereka saling bunuh.

            Beruntung Indonesia tidak seperti itu, paling banter saling maki di Medsos, saling hina, atau saling klaim bahwa kelompoknya yang paling benar, tetapi tidak sampai saling bunuh. Coba kalau setiap kelompok punya senjata, sudah dari dulu kacau balau dan tidak aman. Kita ini aman karena negara punya cukup kekuatan mengendalikan kelompok-kelompok yang ada di masyarakat. Para pembaca aman membaca tulisan saya karena ada keamanan. Jika tidak, ketika sedang membaca tulisan ini, bom bisa tiba-tiba meledak di rumah siapa saja kapan saja seperti di negara-negara yang selalu berperang itu.

            Kalau Indonesia lemah dan tidak memiliki kemampuan mengendalikan masyarakat, setiap kelompok yang punya pasukan “berani mati” bisa kapan saja saling serang. Pasukan Merah, Pasukan Hijau, Pasukan Biru, Pasukan Putih, Pasukan Ungu, Pasukan Belang, Pasukan Warna-Warni, atau pasukan dengan warna apapun bisa dengan mudah saling bunuh. Kalau sudah begitu, tidak ada keamanan, tidak bisa sekolah dengan baik, fasilitas kesehatan runtuh, bisnis macet, kemiskinan merajalela, kematian semakin meningkat, tidak ada kemajuan, kebodohan jadi kebanggaan, dan berbagai kerusakan lainnya.

            Saya suka mengajarkan hal ini, baik kepada siswa mulai Kelas X Madrasah Aliyah Mawaddi maupun kepada mahasiswa di Universitas Al-Ghifari dengan cara yang mudah mereka pahami.

Saya contohkan jika kita punya uang Rp50 juta, lalu ingin membuka warung atau toko kecil, tempat mana yang akan kita pilih?

Pertama, buka toko di tempat yang banyak huru-hara, penduduknya punya uang sedikit, orang-orangnya tidak saling menghormati dan tidak patuh pada pemimpinnya, banyak begal, banyak kriminal, dan kerap terjadi pembunuhan.

Kedua, buka toko di tempat yang aman, penduduknya punya banyak uang, orang-orangnya saling menghormati dan patuh pada pemimpinnya, keamanan terkendali, masyarakatnya saling menjaga, serta toleransinya tinggi.

Seluruh murid saya selalu menjawab “buka toko di tempat kedua”.

Begitu pula dengan Indonesia. Jika negaranya kacau, rakyatnya tidak bisa dikendalikan, banyak huru-hara, dan negaranya lemah, tak akan ada investor asing yang menanamkan modalnya di Indonesia. Bahkan, investor dalam negeri pun akan berlarian ke luar negeri dan menanamkan uangnya di luar negeri seperti yang terjadi dulu, para pengusaha Indonesia malah buka pabrik dan perusahaan di Vietnam, Thailand, dan Filipina. Miskinlah kita, bahkan hancur, lemah, dan mudah dikuasai negara lain. Jika negara aman, bisnis lancar, kesehatan terfasilitasi, pendidikan terpenuhi, lapangan kerja baru bermunculan, dan berbagai bidang lain mengalami peningkatan sehingga bisa menjadi negara makmur pada masa depan, 2045.

Berkaca dari hal itu, negara harus lebih kuat daripada rakyat untuk bisa menjamin keamanan rakyat. Setiap kelompok masyarakat harus bisa dikendalikan. Setiap kelompok yang dianggap tidak bisa bekerja sama dengan kelompok masyarakat lain dan tidak sepakat dengan tujuan berbangsa dan bernegara, harus “dibina” agar bisa sama-sama hidup dalam menciptakan keamanan dalam rangka mencapai tujuan nasional   bangsa Indonesia.

Untuk menjaga perilaku negara agar tidak berlebihan dalam mengendalikan rakyatnya, diperlukan hukum yang disepakati bersama. Dengan demikian, negara tetap dapat mengendalikan rakyatnya tanpa harus melanggar azas-azas kemanusiaan.

Sampurasun.

No comments:

Post a Comment