oleh
Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
Banyak yang mengatakan bahwa
pandemi Covid-19 adalah hukuman dari Allah swt. Ada juga yang mengatakan bahwa pandemi
ini adalah ujian dari Allah swt. Hukuman atau ujian bergantung pada kondisi
orang masing-masing. Kalau hukuman, artinya sanksi bagi perilaku buruk manusia sebelumnya.
Kalau ujian, berarti tes agar manusia meningkat menjadi lebih baik dibandingkan
sebelumnya.
Banyak sudah orang yang berceramah tentang hukuman ini,
mulai ceramah yang menenangkan, mencerahkan, hingga ceramah yang penuh
maki-maki ditambah kebencian politik dengan kata-kata kasar dan membangkitkan
permusuhan.
Ada yang berceramah bahwa pandemi ini adalah hukuman bagi
penguasa, bagi Jokowi, bagi pendukungnya, dan bagi para buzzer.
Akibatnya,
pendukung Jokowi bereaksi melakukan balasan dengan penuh penghinaan, “Katanya
Covid-19 adalah azab bagi Jokowi, tapi kenyataannya yang mati malah para
Kadrun! Dasar Kadrun nggak punya otak! Pergi Lu dari Indonesia! Pindah ke gurun
pasir!”
Muncul
lagi deh Cebong Vs Kadrun, padahal Pilpres sudah lama selesai.
Coba
kalau sudah begitu, bagaimana?
Orang-orang
malah bertengkar, makin bermusuhan. Seharusnya kan isi ceramah itu memberikan
pencerahan dan pemahaman agar pikiran dan perilaku manusia bisa menjadi lebih
baik, lebih menumbuhkan perdamaian, dan lebih ikhlas bergotong royong untuk
memecahkan masalah bersama.
Ya
sudahlah, mereka yang berceramah, menulis, atau menganalisa soal Covid-19
adalah hukuman itu sudah sangat banyak dengan rupa-rupa tujuan, ada yang tulus
ada juga yang aneh.
Kalau
saya mah semalam teringat QS Al Baqarah, 2 : 155 yang isinya seperti ini:
“Kami pasti akan menguji kamu dengan
sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan.
Sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.”
Begitu
kata Allah swt. Dia memastikan bahwa akan memberikan ujian bagi kita yang
berupa ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Itu Allah
swt sendiri yang melakukannya.
Covid-19
jelas sedang merajalela di seluruh dunia. Kalau Allah swt mau, bisa
menghentikannya dalam sekejap. Akan tetapi, Allah swt membiarkannya menyebar di
antara manusia di seluruh dunia. Covid-19 jelas menimbulkan ketakutan,
kesakitan, dan kematian. Kemudian, manusia berupaya melawannya dengan lockdown,
PSBB, PPKM, atau istilah lain, bergantung negaranya. Upaya manusia itu
menimbulkan risiko kekurangan harta dan
kelaparan yang tidak bisa dihindari. Untuk mengurangi risiko itu manusia
menjalankan Bansos serta mengatur jarak dan waktu interaksi di antara manusia
agar pandemi bisa segera berakhir, tetapi ekonomi tetap jalan meskipun harus
jauh berkurang dibandingkan sebelumnya. Oleh sebab itu, manusia berupaya
menciptakan vaksin agar terjadi kekebalan terhadap virus corona. Begitulah yang
terjadi.
Kalau
merujuk ke QS Al Baqarah, 2 : 155, kunci untuk menghadapi ujian ini adalah
kesabaran.
“ … Sampaikanlah kabar gembira kepada
orang-orang yang sabar.”
Orang-orang
yang sabar akan sukses melewati pandemi ini dengan kegembiraan luar biasa.
Sabar itu bukan berarti diam, tetapi tetap mengikuti proses ini dengan tenang,
berupaya berperilaku baik, bekerja sama dengan orang lain, mengembangkan
pengetahuan untuk melawan virus, bersikap ilmiah, serta yang terutama adalah tetap
beriman kepada Allah swt dan yakin bahwa pertolongan Allah swt segera tiba.
Kalau
tidak sabaran, berarti gagal menghadapi ujian Allah swt. Tidak ada kabar
gembira bagi orang-orang yang tidak sabar.
Kalau
pengen lebih jelas, bisa tanya tentang arti sabar kepada ustadz-ustadz yang
mencerahkan, bukan ustadz yang suka menimbulkan kemarahan dan kebencian.
Begitu
ya. Kalau yang saya tulis ini benar, berarti itu dari Allah swt. Kalau salah,
berarti saya yang bodoh.
Begitu,
Bro.
No comments:
Post a Comment