Tuesday, 8 March 2022

Sehina Itukah Anjing?

 


oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

Sebetulnya, dunia sedang membutuhkan Jokowi sebagai pemimpin presidensi G 20, membutuhkan pemerintah Indonesia, kaum agamawan Indonesia, akademisi Indonesia, dan rakyat Indonesia untuk memberikan masukan dan aksi dalam konflik berdarah antara Rusia dan Ukraina. Bangsa Indonesia dibutuhkan pikiran, saran, dan gerakannya untuk membuat suasana dunia lebih baik lagi dan berhenti dari perang. Akan tetapi, sayangnya, bangsa Indonesia yang sedang sangat dibutuhkan itu malah memikirkan hal yang ecek-ecek dan tidak berguna, yaitu soal gonggongan anjing. Bangsa Indonesia yang sangat dibutuhkan dunia itu malah asyik dengan kebodohannya, ribut soal suara anjing dengan fitnah disamakan dengan adzan.

Karena keseringan meributkan hal-hal yang tidak penting, sudah dipastikan tidak memiliki kemampuan untuk memberikan solusi bagi dunia. Katanya, “rahmatan lil alamin”, rahmat bagi semesta alam, tetapi yang diomongin cuma anjing.

Bagaimana mau menjadi umat yang mulia dan menjadi rahmat bagi dunia kalau selalu gemar meributkan hal-hal yang remeh temeh?

Mikir!

Sebetulnya, saya itu sedang asyik menyimak berbagai silang pendapat dan masukan para ahli hubungan internasional asal Indonesia dalam berperan serta mengatasi kemelut antara Rusia-Ukraina-Nato ini, seperti, dari Connie Rahakundini Bakrie, Hikmahanto Juwana, Dina Sulaeman, dan tentu saja Retno Marsudi. Menyenangkan rasanya mendapatkan ilmu pengetahuan dan menyaksikan orang-orang pintar dengan dasar keilmuan yang jelas berdebat dengan tujuan yang sama, yaitu memberikan saran pemikiran dan aksi-aksi untuk mendamaikan situasi serta menjaga Negara Indonesia dari berbagai konflik dunia. Sayangnya, orang-orang yang ngomongin dan meributkan anjing berisik banget, mengganggu, dan bikin bodoh orang banyak.

Sudah mah berisik nggak ada gunanya, pamer cara wudlu yang salah, shalatnya salah, tempatnya juga salah lagi. Padahal, air banyak dan masjid dekat, ini malah wudlu pakai air dari botol mineral, shalat di jalanan dan di atas mobil komando demo yang mirip mobil tukang “Tahu Bulat Digoreng Dadakan Lima Ratusan, Kadarieu Kadarieu Kadarieu”.

Hal yang paling aneh adalah hujatan mereka yang mengatakan Gus Yaqut telah menistakan agama karena telah menyamakan adzan dengan gonggongan anjing yang menurut mereka adalah “binatang paling najis bagi umat Islam”. Kasar banget mereka terhadap anjing disebut binatang paling najis.

Dari mana pikiran dan pendapat seperti itu berasal?

Ada dalilnya? Ada ayatnya? Ada dasarnya, baik naqli maupun aqli?

Sehina itukah anjing?

Sebenci itukah terhadap anjing?

Mereka berpendapat jika Gus Yaqut mengatakan suara berisik ayam, kucing, bebek, kambing, atau binatang lainnya, tidak masalah. Akan tetapi, karena mengatakan gonggongan anjing, itu menjadi masalah.

Aneh bagi saya.

Apa bedanya anjing dengan binatang-binatang lain itu?

Mereka semua ciptaan Allah swt dan ada gunanya. Tidak ada satu pun ciptaan Allah swt yang sia-sia. Para ulama yang benar-benar ulama dan bukan kriminal yang dianggap ulama sangat dipuji Allah swt karena paham bahwa tidak ada satu ciptaan Allah swt pun yang sia-sia dan perlu dihina atau dibenci.

Perhatikan firman Allah swt dalam QS Ali Imran, 3 : 191.

“Orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau dalam keadaan berbaring. Mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan Bumi (seraya berkata), ‘Wahai Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia. Mahasuci Engkau, lindungi kami dari azab neraka’.”

Tuh, para ulama yang bukan kriminal sangat paham dan dipuji Allah swt karena mengerti bahwa ciptaan Allah swt tidak ada yang sia-sia. Anjing adalah salah satu ciptaan Allah swt yang jelas juga tidak sia-sia. Anjing bisa menjadi penjaga yang baik, penggembala yang mahir, teman yang setia, pembongkar kejahatan Narkoba, pembunuhan, dan lain sebagainya.

Lalu, kenapa kalian mengatakan anjing adalah binatang paling najis atau kotor bagi umat Islam sehingga menghinanya dan membencinya?

Beberapa bagian tubuh anjing memang najis, tetapi kan bisa dicuci. Selesai.

Tak perlu menghina dan membenci. Menghina dan membenci ciptaan Allah swt sama saja dengan menistakan Allah swt. Dosa besar itu. Kalau tidak bisa akrab dengan anjing, tidak apa-apa, tetapi tidak perlu menajiskannya secara keterlaluan.

Sepanjang yang saya tahu, baik Allah swt maupun Nabi Muhammad saw, tidak pernah memberikan keterangan tentang urutan kemuliaan binatang. Misalnya, unta lebih mulia dibandingkan kuda, kuda lebih mulia dibandingkan keledai, keledai lebih mulia dibandingkan gorila, gorila lebih mulia dibandingkan orangutan, orangutan lebih mulia dibandingkan owa, owa lebih mulia dibandingkan elang, elang lebih mulia dibandingkan merpati, merpati lebih mulia dibandingkan piit.

Tidak pernah ada kan keterangan seperti itu?

Kalau ada, kasih tahu saya. Saya berterima kasih untuk itu.

Sekarang, kalau dibandingkan, mulia mana antara kucing dengan unta?

Mulia mana antara katak dengan kadal yang ada di gurun itu?

Ada jawabannya?

Jangan ngarang, pakai dalil.

Pusing kan?

Itu memang tidak ada standar kemuliaan dalam dunia binatang itu. Yang saya tahu adalah seluruh binatang itu diciptakan dengan keunikan dan kekhususannya masing-masing. Kita, manusia, memiliki akal untuk memperlakukan binatang itu sesuai dengan kekhususannya dan tidak boleh memperlakukannya dengan penuh kehinaan dan kebencian.

Dalam berbagai kisah, anjing malah masuk surga. Anjing yang setia kepada para pemuda Ashabul Kahfi itu dikisahkan masuk surga. Kalian malah yang suka menghina anjing, belum tentu masuk surga. Anjing yang kehausan dikisahkan menyebabkan seorang pelacur masuk surga. Saya tidak pernah dengar ada kisah anjing masuk neraka. Kalau manusia, sudah pasti ada yang masuk neraka.

Bagi saya, kalian yang memfitnah Menag RI Gus Yaqut berarti sekaligus juga sedang menghina dan menistakan anjing. Artinya, kalian juga menghina Allah swt sebagai penciptanya.

Saya jadi semakin ragu tentang pengetahuan keagamaan mereka. Mereka menghina ciptaan Allah swt, wudlu salah, shalat salah, dan tempatnya juga salah. Teriakannya sih bela Islam, tetapi pikiran, perkataan, dan perilakunya banyak salah.

Dari mana mereka mendapatkan pengetahuan acak-acakan seperti itu?

Jangan lagi meributkan hal-hal sepele, kampungan, dan tidak berguna. Kalau yakin Islam adalah rahmatan lil alamin, berpikir dan bertindaklan untuk menyelamatkan manusia dan alam semesta di dunia ini. Kalau tidak mampu berpikir tentang hal yang global, berpikirlah untuk hal-hal yang dekat dengan lingkungan kita secara positif, dan tidak menjadi pengacau dalam kehidupan umat manusia di muka Bumi ini.

Sampurasun.

No comments:

Post a Comment