oleh
Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
Sebetulnya, dunia sedang
membutuhkan Jokowi sebagai pemimpin presidensi G 20, membutuhkan pemerintah
Indonesia, kaum agamawan Indonesia, akademisi Indonesia, dan rakyat Indonesia untuk
memberikan masukan dan aksi dalam konflik berdarah antara Rusia dan Ukraina.
Bangsa Indonesia dibutuhkan pikiran, saran, dan gerakannya untuk membuat
suasana dunia lebih baik lagi dan berhenti dari perang. Akan tetapi, sayangnya,
bangsa Indonesia yang sedang sangat dibutuhkan itu malah memikirkan hal yang
ecek-ecek dan tidak berguna, yaitu soal gonggongan anjing. Bangsa Indonesia
yang sangat dibutuhkan dunia itu malah asyik dengan kebodohannya, ribut soal
suara anjing dengan fitnah disamakan dengan adzan.
Karena
keseringan meributkan hal-hal yang tidak penting, sudah dipastikan tidak
memiliki kemampuan untuk memberikan solusi bagi dunia. Katanya, “rahmatan lil alamin”, rahmat bagi
semesta alam, tetapi yang diomongin cuma anjing.
Bagaimana
mau menjadi umat yang mulia dan menjadi rahmat bagi dunia kalau selalu gemar
meributkan hal-hal yang remeh temeh?
Mikir!
Sebetulnya,
saya itu sedang asyik menyimak berbagai silang pendapat dan masukan para ahli
hubungan internasional asal Indonesia dalam berperan serta mengatasi kemelut
antara Rusia-Ukraina-Nato ini, seperti, dari Connie Rahakundini Bakrie,
Hikmahanto Juwana, Dina Sulaeman, dan tentu saja Retno Marsudi. Menyenangkan
rasanya mendapatkan ilmu pengetahuan dan menyaksikan orang-orang pintar dengan
dasar keilmuan yang jelas berdebat dengan tujuan yang sama, yaitu memberikan
saran pemikiran dan aksi-aksi untuk mendamaikan situasi serta menjaga Negara
Indonesia dari berbagai konflik dunia. Sayangnya, orang-orang yang ngomongin
dan meributkan anjing berisik banget, mengganggu, dan bikin bodoh orang banyak.
Sudah
mah berisik nggak ada gunanya, pamer cara wudlu yang salah, shalatnya salah,
tempatnya juga salah lagi. Padahal, air banyak dan masjid dekat, ini malah wudlu
pakai air dari botol mineral, shalat di jalanan dan di atas mobil komando demo
yang mirip mobil tukang “Tahu Bulat
Digoreng Dadakan Lima Ratusan, Kadarieu Kadarieu Kadarieu”.
Hal
yang paling aneh adalah hujatan mereka yang mengatakan Gus Yaqut telah
menistakan agama karena telah menyamakan adzan dengan gonggongan anjing yang
menurut mereka adalah “binatang paling
najis bagi umat Islam”. Kasar banget mereka terhadap anjing disebut
binatang paling najis.
Dari
mana pikiran dan pendapat seperti itu berasal?
Ada
dalilnya? Ada ayatnya? Ada dasarnya, baik naqli maupun aqli?
Sehina
itukah anjing?
Sebenci
itukah terhadap anjing?
Mereka
berpendapat jika Gus Yaqut mengatakan suara berisik ayam, kucing, bebek,
kambing, atau binatang lainnya, tidak masalah. Akan tetapi, karena mengatakan
gonggongan anjing, itu menjadi masalah.
Aneh
bagi saya.
Apa
bedanya anjing dengan binatang-binatang lain itu?
Mereka
semua ciptaan Allah swt dan ada gunanya. Tidak ada satu pun ciptaan Allah swt
yang sia-sia. Para ulama yang benar-benar ulama dan bukan kriminal yang
dianggap ulama sangat dipuji Allah swt karena paham bahwa tidak ada satu
ciptaan Allah swt pun yang sia-sia dan perlu dihina atau dibenci.
Perhatikan
firman Allah swt dalam QS Ali Imran, 3 : 191.
“Orang-orang yang mengingat Allah sambil
berdiri, duduk, atau dalam keadaan berbaring. Mereka memikirkan tentang
penciptaan langit dan Bumi (seraya berkata), ‘Wahai Tuhan kami, tidaklah Engkau
menciptakan semua ini sia-sia. Mahasuci Engkau, lindungi kami dari azab neraka’.”
Tuh,
para ulama yang bukan kriminal sangat paham dan dipuji Allah swt karena
mengerti bahwa ciptaan Allah swt tidak ada yang sia-sia. Anjing adalah salah
satu ciptaan Allah swt yang jelas juga tidak sia-sia. Anjing bisa menjadi
penjaga yang baik, penggembala yang mahir, teman yang setia, pembongkar
kejahatan Narkoba, pembunuhan, dan lain sebagainya.
Lalu,
kenapa kalian mengatakan anjing adalah binatang paling najis atau kotor bagi
umat Islam sehingga menghinanya dan membencinya?
Beberapa
bagian tubuh anjing memang najis, tetapi kan bisa dicuci. Selesai.
Tak
perlu menghina dan membenci. Menghina dan membenci ciptaan Allah swt sama saja
dengan menistakan Allah swt. Dosa besar itu. Kalau tidak bisa akrab dengan
anjing, tidak apa-apa, tetapi tidak perlu menajiskannya secara keterlaluan.
Sepanjang
yang saya tahu, baik Allah swt maupun Nabi Muhammad saw, tidak pernah
memberikan keterangan tentang urutan kemuliaan binatang. Misalnya, unta lebih
mulia dibandingkan kuda, kuda lebih mulia dibandingkan keledai, keledai lebih
mulia dibandingkan gorila, gorila lebih mulia dibandingkan orangutan, orangutan
lebih mulia dibandingkan owa, owa lebih mulia dibandingkan elang, elang lebih
mulia dibandingkan merpati, merpati lebih mulia dibandingkan piit.
Tidak
pernah ada kan keterangan seperti itu?
Kalau
ada, kasih tahu saya. Saya berterima kasih untuk itu.
Sekarang,
kalau dibandingkan, mulia mana antara kucing dengan unta?
Mulia
mana antara katak dengan kadal yang ada di gurun itu?
Ada
jawabannya?
Jangan
ngarang, pakai dalil.
Pusing
kan?
Itu
memang tidak ada standar kemuliaan dalam dunia binatang itu. Yang saya tahu
adalah seluruh binatang itu diciptakan dengan keunikan dan kekhususannya
masing-masing. Kita, manusia, memiliki akal untuk memperlakukan binatang itu
sesuai dengan kekhususannya dan tidak boleh memperlakukannya dengan penuh
kehinaan dan kebencian.
Dalam
berbagai kisah, anjing malah masuk surga. Anjing yang setia kepada para pemuda
Ashabul Kahfi itu dikisahkan masuk surga. Kalian malah yang suka menghina
anjing, belum tentu masuk surga. Anjing yang kehausan dikisahkan menyebabkan
seorang pelacur masuk surga. Saya tidak pernah dengar ada kisah anjing masuk
neraka. Kalau manusia, sudah pasti ada yang masuk neraka.
Bagi
saya, kalian yang memfitnah Menag RI Gus Yaqut berarti sekaligus juga sedang
menghina dan menistakan anjing. Artinya, kalian juga menghina Allah swt sebagai
penciptanya.
Saya
jadi semakin ragu tentang pengetahuan keagamaan mereka. Mereka menghina ciptaan
Allah swt, wudlu salah, shalat salah, dan tempatnya juga salah. Teriakannya sih
bela Islam, tetapi pikiran, perkataan, dan perilakunya banyak salah.
Dari
mana mereka mendapatkan pengetahuan acak-acakan seperti itu?
Jangan
lagi meributkan hal-hal sepele, kampungan, dan tidak berguna. Kalau yakin Islam
adalah rahmatan lil alamin, berpikir dan bertindaklan untuk menyelamatkan
manusia dan alam semesta di dunia ini. Kalau tidak mampu berpikir tentang hal
yang global, berpikirlah untuk hal-hal yang dekat dengan lingkungan kita secara
positif, dan tidak menjadi pengacau dalam kehidupan umat manusia di muka Bumi
ini.
Sampurasun.
No comments:
Post a Comment