Sunday, 10 April 2011

Kemaksiatan Itu Ternyata Namanya Demokrasi

oleh Tom Finaldin

Bandung, Putera Sang Surya

Dulu, sekitar pertengahan 2001, beberapa bulan sebelum terjadi tragedi menara kembar WTC di Amerika Serikat, saya banyak membaca berbagai literatur yang membahas tentang Imam Mahdi dan Dajjal Laknatullah. Saat itu banyak hadits Nabi Muhammad yang tidak bisa saya pahami karena seluruhnya berbicara tentang masa depan yang tanda-tandanya sama sekali tidak jelas. Hal yang paling mudah saya lakukan adalah mengikuti pendapat para ahli agama yang tidak terlalu konsen terhadap Al Mahdi dan Dajjal. Perlu diingat bahwa hampir seluruh organisasi Islam di Indonesia ini sangat jarang membahas Al Mahdi dan Dajjal, termasuk tiga organisasi besar, yaitu: Muhammadiyah, Persis, dan NU. Hal itu bisa diperhatikan dari berbagai ceramah para ahli mereka yang sangat jarang atau hampir tidak membahas Al Mahdi dan Dajjal. Beberapa orang di antara mereka berpandangan bahwa hadits-hadits tentang Al Mahdi dan Dajjal itu bisa dibilang lemah karena tidak terdapat dalam sumber hadits penting yang berasal dari Bukhari Muslim. Memang, kebanyakan hadits-hadits itu bersumber dari Ibnu Majjah, An Nassai, dan lain sebagainya. Saya saat itu mulai pula menganggap lemah hadits-hadits itu, bahkan memandangnya sebagai dongengan yang dibuat-buat umat Islam yang dulunya beragama nasrani.

Akan tetapi, setelah terjadi penabrakan gedung menara kembar WTC di AS yang menghebohkan pada September 2001 itu, saya merasa aneh. Saya melihatnya seperti sebuah rekaman film. Saya seperti sudah mengetahui kejadian itu sebelum terjadi secara nyata. Hal itu disebabkan saya merasa pernah membaca kejadian itu beberapa bulan sebelumnya, yaitu sekitar Mei 2001. Kemudian, saya mencoba mengobrak-abrik perpustakaan pribadi saya mencari buku yang melukiskan peristiwa tersebut. Akhirnya, saya dapatkan. Bahkan, di buku itu sudah tertulis berbagai malapetaka di Irak yang kemudian terbukti beberapa tahun setelahnya. Sejak saat itu, saya mulai lagi mencoba memahami hadits-hadits yang dulu dianggap lemah, bahkan dianggap sebagai dongengan.

Dalam tulisan kali ini saya ingin berbagi dengan Saudara-saudara pembaca yang budiman mengenai hadits Nabi yang dulu sulit saya pahami. Ada dua hadits yang membuat saya tertarik, yaitu Rasulullah saw menyatakan bahwa Al Mahdi akan datang ketika Bumi ditimpa banyak bencana. Pernyataan selanjutnya adalah Al Mahdi akan datang membersihkan Bumi dan meliputinya dengan kebaikan sebagaimana Bumi telah tertutupi oleh kemaksiatan.

Pada 2001 saya sama sekali tidak bisa paham bahwa Al Mahdi akan datang ketika Bumi ditimpa banyak bencana. Bagaimana mungkin? Bencana apa? Saat itu sama sekali tidak ada tanda-tanda datangnya bencana di muka Bumi ini. Semua berjalan normal. Wajar toh jika saya kemudian mengikuti orang-orang yang ahli agama itu dengan menganggapnya sebagai hadits lemah. Akan tetapi, pada saat ini subhanallah, hadits itu bisa sangat mudah dipahami karena bencana demi bencana sudah menjadi tontonan banyak orang setiap hari di seluruh muka Bumi ini. Bencana-bencana yang terjadi saat ini membuktikan kebenaran hadits Nabi tersebut yang sekaligus pula menjadi petunjuk bagi kita tentang kehadiran Al Mahdi yang akan membersihkan Bumi dari segala kemaksiatan, kemudian memenuhinya dengan kebaikan dan keadilan.

Di samping itu, saya pun tidak bisa mengerti bahwa Al Mahdi akan memenuhi Bumi ini dengan kebaikan setelah sebelumnya diliputi kemaksiatan. Saya tidak bisa mengerti jika Bumi ini bisa diliputi atau tertutupi oleh kemaksiatan. Bagaimana mungkin? Saya tidak bisa paham jika Bumi ini seluruhnya berada dalam kemaksiatan. Hal itu sangat mustahil terjadi. Bukankah setiap hari selalu ada pertarungan antara kemaksiatan dan kebaikan? Orang-orang baik, moralis, humanis, dan religius selalu berupaya keras melakukan perlawanan terhadap kejahatan dan kemaksiatan. Jadi, Bumi ini tidak akan pernah ditutupi seluruhnya oleh kemaksiatan karena selalu ada perlawanan. Demikian pemikiran saya saat itu. Dengan pemikiran seperti itu, wajar pula saya menganggap hadits tersebut lemah karena akal memustahilkannya terjadi.

Akan tetapi, saat ini saya benar-benar paham bahwa Bumi ini akan sungguh-sungguh diliputi awan gelap kemaksiatan. Pada saat ini pun sebenarnya Bumi sedang dalam proses percepatan ke arah kegelapan tersebut. Perlawanan dari orang-orang baik sama sekali tidak mempengaruhi bagi kejahatan dan kemaksiatan untuk menguasai seluruh muka Bumi. Sebentar lagi Bumi akan benar-benar gelap penuh kemaksiatan. Seluruhnya akan tunduk dan takluk pada kemaksiatan. Puncak kejahatan akan merajai seluruh muka Bumi ini. Hal itu disebabkan kaum moralis, orang-orang baik, humanis, religius, dan idealis telah tertipu serta tenggelam dalam kemaksiatan. Orang-orang akan menyangka berbuat kebaikan, padahal sesungguhnya sedang melakukan penguatan dan dukungan terhadap berkuasanya kemaksiatan di muka Bumi ini.

Pada saat itulah berlaku ketentuan Allah swt terhadap orang-orang yang menyangka dirinya telah berbuat kebaikan, padahal sesungguhnya melakukan keburukan.

“Katakanlah, ‘Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya? Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya.’.” (QS Al Kahfi : 103-104).

Saudara-saudara sekalian, dulu saya tidak bisa mengerti kemaksiatan macam apa yang akan menguasai Bumi ini sehingga gelap gulita tak ada cahaya. Apakah semua orang menjadi pezinah, pembunuh, pemabuk, penjudi, koruptor, atau penipu? Kini saya mengerti bahwa maksud dari Rasulullah saw bahwa Bumi akan diliputi oleh kemaksiatan itu adalah kemaksiatan yang namanya demokrasi!

Coba perhatikan saat ini di berbagai belahan dunia telah digaungkan dan dikeramatkan itu yang namanya politik demokrasi. Bahkan, di Timur Tengah tengah digenjot dan dipaksa untuk mengikuti sistem politik demokrasi. Syetan Jin Iblis dan Syetan Manusia Dajjal tengah berdendang untuk mencapai kemenangannya. Dengan demokrasi, para penjahat kemanusiaan dan perampok kekayaan negara akan mudah menguasai hajat hidup orang banyak dan bersenang-senang di atas penderitaan orang lain. Dengan demokrasi, berarti terbuka lebar ribuan pintu kemaksiatan yang perwujudannya adalah korupsi, aksi tipu-tipu, jual-beli legislasi, kemunafikan, pertengkaran, konflik horizontal, tirani kehidupan, pembunuhan, penganiayaan, degradasi moral, kebebasan tak terbatas, perampokan hak rakyat, pelacuran, kriminalitas, berkurangnya rasa hormat serta persaudaraan, dan lain sebagainya.

Dalam tulisan lain akan dikupas bagaimana kebejatan demokrasi di negara mbah demokrasi, AS.
Jika merujuk pada hadits Nabi di atas bahwa Bumi akan diliputi kemaksiatan, artinya demokrasi akan menguasai dunia. Itu pasti. Demokrasi akan menang dengan beragam bentuknya, tersebar hampir merata di muka Bumi. Mari kita buktikan dengan memperhatikan kondisi dunia pada hari-hari selanjutnya. Kegelapan pun semakin pekat. Para kapitalis, pencoleng, pendusta, dan pemimpin rakus bersuka ria memakan harta-harta rakyat di berbagai negara. Orang-orang baik tertipu dalam posisinya. Orang-orang kecil yang sudah bingung akan tambah bingung.

Khusus di negeri ini, Indonesia yang kita cintai, kondisi kegelapan itu sedang dan terus menyempurnakan kegelapannya. Hal itu telah dilukiskan oleh Prabu Siliwangi ratusan tahun silam dalam bahasa Sunda berikut ini.

Buta-buta nu baruta. Mingkin hareup mingkin bedegong, ngaleuwihan kebo bulé. Arinyana teu nyaraho, jaman manusa dikawasaan ku sato!

Dalam bahasa Indonesia.

Raksasa-raksasa yang beringas semakin hari semakin bandel, sombong, pongah, brutal, dan sewenang-wenang melebihi kerbau bule. Mereka tidak sadar bahwa zaman manusia sudah dikuasai binatang!

Itu sudah takdir yang tidak bisa diubah-ubah lagi. Saat ini kegelapan kemaksiatan belum mencapai puncaknya. Namun, sebentar lagi kejahatan akan benar-benar berkuasa di seluruh muka Bumi ini. Penderitaan, keputusasaan, dan kebingungan akan menghinggapi banyak orang. Gelap, gelap sekali keadaannya.

Akan tetapi, kekuasaan Raja Kegelapan itu hanya akan bertahan sangat sebentar karena Al Mahdi akan segera datang menghapus seluruh kegelapan dan memenuhi Bumi ini dengan kebaikan hingga tak ada seorang pun yang dirugikan. Hal itu sesuai dengan teori dalam ilmu fisika, yaitu semakin besar tekanan, semakin besar pula perlawanan terhadap tekanan itu. Perhatikan balon. Jika balon itu ditekan dan terus ditekan, pada titik tertentu akan terjadi ledakan. Perhatikan pula air dalam pipa atau dalam alat suntik yang jika ditekan, air akan keluar sesuai dengan energi yang dikeluarkan penekan.

Renungkanlah nasihat Syekh Abdul Qadir Jaelani. Jika kemaksiatan, penderitaan, dan kejahatan itu diibaratkan malam, semakin malam akan semakin gelap dan semakin dingin. Semakin malam penderitaan itu semakin menyiksa. Kalau kita berdoa, tak akan dikabulkan karena bukan waktunya. Artinya, jika kita berdoa agar malam segera berakhir, tetapi berdoa pada pukul 10 malam, itu pasti tidak akan dikabulkan. Akan tetapi, doa itu tetap didengar dan mendapatkan pahala atas perilaku berdoanya walaupun tidak akan mengubah keadaan. Sehebat apapun kita berdoa agar cepat siang, Allah swt tak akan mengabulkannya. Demikian pula dalam kehidupan ini. Sehebat apa pun kita berdoa agar kemaksiatan, penderitaan, kehinaan, kebingungan, dan kejahatan ini hilang, tak akan dikabulkan. Hal itu disebabkan memang sedang waktunya kemenangan untuk kegelapan. Semakin gelap, semakin menderita, semakin menyakitkan.

Akan tetapi, Syekh Abdul Qadir Jaelani mengatakan bahwa semakin malam, semakin dingin, semakin gelap, itu artinya pertanda fajar segera tiba. Matahari sebentar lagi terbit. Pada waktu yang tepat Sang Surya kembali menyinari Bumi, kehangatan pun datang menyenangkan. Kegetiran malam pun sudah tak ada lagi. Kehangatan pagi terus berubah menjadi terang benderang sebagaimana Sang Surya menerangi Bumi dengan sinarnya yang terang dan bermanfaat bagi seluruh kehidupan ini.

Al Mahdi datang menghancurkan kemaksiatan. Bumi penuh keadilan. Demokrasi pun terbuang dalam sejarah memilukan. Hal itu disebabkan demokrasi merupakan pintu gerbang ribuan kemaksiatan di muka Bumi ini.

Khusus di negeri kita, Indonesia tercinta, ada pesan leluhur dari Kitab Musarar Jayabaya, yaitu:

Banyak hal yang luar biasa. Hujan salah waktu. Banyak gempa dan gerhana. Nyawa tidak berharga. Tanah Jawa berantakan. Kemudian, Raja Kara Murka Kutila musnah. Kemudian, kelak akan datang Tunjung Putih Semune Pudak Kasungsang. Lahir di Bumi Mekah. Menjadi raja di dunia, bergelar Ratu Amisan, redalah kesengsaraan di Bumi, nakhoda ikut ke dalam persidangan. Raja keturunan waliyullah. Berkedaton dua di Mekah dan Tanah Jawa. Letaknya dekat dengan Gunung Perahu, sebelah barat tempuran. Dicintai pasukannya. Memang raja yang terkenal sedunia.

Setelah anomali iklim, bencana alam, bencana kemanusiaan, bencana politik, bencana ekonomi, dan bencana-bencana lainnya sempurna menghancurkan negeri ini, maka Raja Kara Murka Kutila pun musnah. Raja Kara Murka itu artinya para pemimpin yang saling jegal, saling menjatuhkan. Kutila itu artinya demokrasi atau reformasi. Maksudnya adalah zaman atau era para pemimpin saling jegal sebagai ciri khas demokrasi yang menyuarakan reformasi itu akan musnah, hilang, hancur. Kemudian, tampil pemimpin baru yang memiliki sifat nasionalis-religius, sebagaimana yang disampaikan Jayabaya tadi, berkedaton dua di Mekah dan Tanah Jawa, ‘punya dua istana, yaitu satu di Mekah dan satu lagi di Indonesia’. Maksudnya, pemimpin yang taat menjalankan ajaran Islam serta sangat mencintai rakyat dan tanah airnya. Pemimpin ini akrab di telinga masyarakat Indonesia dengan sebutan Ratu Adil.

Mengapa demokrasi hancur? Penyebabnya adalah perilaku para elit sendiri, sebagaimana yang disebutkan oleh Prabu Siliwangi, yaitu:

Jayana buta-buta, hanteu pati lila; tapi, bongan kacarida teuing nyangsara ka somah anu pada ngarep-ngarep caringin reuntas di alun-alun. Buta bakal jaradi wadal, wadal pamolahna sorangan.

Artinya:

Kekuasaan raksasa-raksasa buta itu tidak terlalu lama, tetapi selama berkuasa itu keterlaluan sekali menindas rakyat susah yang sedang berharap datangnya mukjizat, pohon beringin tumbang di alun-alun. Raksasa-raksasa itu akan menjadi tumbal, tumbal kejahatannya sendiri.

Para elit yang pongah itu akan hancur karena tindakannya sendiri. Mereka akan terbelalak saat kejatuhannya yang tiba-tiba. Mereka tidak percaya bisa terjerembab seperti itu.

Demikianlah. Kembali pada judul tulisan ini. Saya baru paham sekarang bahwa yang dimaksud kemaksiatan yang meliputi Bumi ini adalah sistem politik demokrasi. Saya sangat senang karena demokrasi akan hancur dan dihancurkan oleh Imam Mahdi yang akan memenuhi Bumi dengan kebaikan. Kebenaran akan menang. Kejahatan dan kemaksiatan di muka Bumi ini akan musnah. Demikian pula di negeri ini, demokrasi akan jatuh merana. Situasi akan berubah cepat dalam kepemimpinan Ratu Adil yang akan membuang demokrasi dalam sampah perpolitikan.

Sekarang tinggal keputusan kita sendiri. Akankah posisi kita berada dalam barisan Imam Mahdi dan Ratu Adil atau menjadi musuhnya atau mungkin hanya menjadi penonton?

Ingat, setiap keputusan dan tindakan kita akan menimbulkan akibat terhadap diri kita sendiri, baik di dunia ini maupun di akhirat. Kita harus memilih untuk kebaikan diri kita sendiri. Saat kita memilih posisi, Allah swt memperhatikan apa yang terjadi dalam jiwa kita dan dengan itulah Allah swt menentukan kualitas setiap jiwa di sisi-Nya.

No comments:

Post a Comment