oleh Tom Finaldin
Bandung, Putera Sang Surya
Jika dikatakan bahwa demokrasi itu salah dan penuh dengan kejahatan, kemudian diserukan untuk segera menghentikan sistem politik tersebut, orang-orang yang belum mengetahui ilmunya biasanya menolak. Hal itu disebabkan mereka masih berpandangan bahwa demokrasi itu luhur dan agung serta merupakan sistem politik yang dapat menjawab kebutuhan manusia. Mereka kurang pengetahuan karena hanya mendengar isu. Isu yang dikembangkan memang demokrasi itu adalah sistem politik terhebat, padahal sangat buruk. Maklum, demokrasi itu kan hanya isu dan penerapannya di Indonesia pun atas dasar isu, tidak pernah ada pengkajian serius terlebih dahulu tentang baik-buruknya demokrasi diterapkan di Indonesia. Karena hidup berdasarkan isu, tak heran jika kualitas hidupnya pun sebatas isu, tidak bernilai tinggi.
Dalam Al Quran, menurut penafsiran saya, orang-orang yang menolak untuk menghentikan demokrasi itu diibaratkan orang-orang yang tertipu, bahkan mereka memang benar-benar tertipu. Tertipu karena kurang pengetahuan.
Perhatikan firman Allah swt berikut ini.
“Apabila dikatakan kepada mereka ‘Janganlah berbuat kerusakan di muka Bumi!’ Mereka menjawab, ‘Sesungguhnya kami justru orang-orang yang melakukan perbaikan’.
Ingatlah, sesungguhnya merekalah yang berbuat kerusakan, tetapi mereka tidak menyadarinya.” (QS Al Baqarah : 11-12)
Demokrasi adalah sistem politik yang membuat Bumi menjadi rusak. Buktinya bisa dilihat dalam kehidupan kita sehari-hari di berbagai belahan dunia lainnya. Ayat di atas tepat sekali dialamatkan kepada orang-orang yang tertipu oleh isu demokrasi. Adapun orang-orang yang telah mendapatkan pencerahan menyadari bahwa demokrasi itu bejat dan merusakan Bumi, lalu memberitahukan kepada khayalak ramai agar menghentikan sistem politik rendahan yang merusakkan Bumi itu. Akan tetapi, orang-orang menolak dan memberikan bantahan bahwa sesungguhnya demokrasi itu penuh kebaikan dan bermaksud memperbaiki kehidupan umat manusia. Mereka sendiri mengklaim diri dengan bangga sebagai pejuang demokrasi karena meyakini perilaku mereka adalah benar untuk perbaikan. Itulah yang digambarkan dalam ayat di atas dengan mereka menjawab, ‘Sesungguhnya kami justru orang-orang yang melakukan perbaikan’.
Akan tetapi, sayangnya mereka sebenarnya justru sedang melakukan kerusakan di muka Bumi ini, tetapi tidak menyadarinya, sebagaimana ayat di atas, ingatlah, sesungguhnya merekalah yang berbuat kerusakan, tetapi mereka tidak menyadarinya. Mereka tidak sadar bahwa dengan melakukan praktik-praktik demokrasi berarti membuka banyak peluang untuk bermunculannya perilaku-perilaku yang merusak, baik itu merusakkan pikiran manusia, fisik manusia, ekonomi, tatanan pergaulan, maupun merusakkan alam semesta. Soal demokrasi merusakkan alam semesta ada pada tulisan lain di blog ini. Gampang kok menerangkannya, soalnya kan demokrasi itu digembar-gemborkan oleh kapitalis. Kapitalis itu sangat senang mengeruk keuntungan dari berbagai lini sampai-sampai merusakkan lingkungan yang akhirnya menimbulkan kerusakan ekosistem. Rusaklah alam semesta. Sekarang ini kan kita sudah merasakan kerusakannya, ya nggak? Mudah kan mengilustrasikannya?
Dalam Al Quran, menurut penafsiran saya, orang-orang yang menolak untuk menghentikan demokrasi itu diibaratkan orang-orang yang tertipu, bahkan mereka memang benar-benar tertipu. Tertipu karena kurang pengetahuan.
Perhatikan firman Allah swt berikut ini.
“Apabila dikatakan kepada mereka ‘Janganlah berbuat kerusakan di muka Bumi!’ Mereka menjawab, ‘Sesungguhnya kami justru orang-orang yang melakukan perbaikan’.
Ingatlah, sesungguhnya merekalah yang berbuat kerusakan, tetapi mereka tidak menyadarinya.” (QS Al Baqarah : 11-12)
Demokrasi adalah sistem politik yang membuat Bumi menjadi rusak. Buktinya bisa dilihat dalam kehidupan kita sehari-hari di berbagai belahan dunia lainnya. Ayat di atas tepat sekali dialamatkan kepada orang-orang yang tertipu oleh isu demokrasi. Adapun orang-orang yang telah mendapatkan pencerahan menyadari bahwa demokrasi itu bejat dan merusakan Bumi, lalu memberitahukan kepada khayalak ramai agar menghentikan sistem politik rendahan yang merusakkan Bumi itu. Akan tetapi, orang-orang menolak dan memberikan bantahan bahwa sesungguhnya demokrasi itu penuh kebaikan dan bermaksud memperbaiki kehidupan umat manusia. Mereka sendiri mengklaim diri dengan bangga sebagai pejuang demokrasi karena meyakini perilaku mereka adalah benar untuk perbaikan. Itulah yang digambarkan dalam ayat di atas dengan mereka menjawab, ‘Sesungguhnya kami justru orang-orang yang melakukan perbaikan’.
Akan tetapi, sayangnya mereka sebenarnya justru sedang melakukan kerusakan di muka Bumi ini, tetapi tidak menyadarinya, sebagaimana ayat di atas, ingatlah, sesungguhnya merekalah yang berbuat kerusakan, tetapi mereka tidak menyadarinya. Mereka tidak sadar bahwa dengan melakukan praktik-praktik demokrasi berarti membuka banyak peluang untuk bermunculannya perilaku-perilaku yang merusak, baik itu merusakkan pikiran manusia, fisik manusia, ekonomi, tatanan pergaulan, maupun merusakkan alam semesta. Soal demokrasi merusakkan alam semesta ada pada tulisan lain di blog ini. Gampang kok menerangkannya, soalnya kan demokrasi itu digembar-gemborkan oleh kapitalis. Kapitalis itu sangat senang mengeruk keuntungan dari berbagai lini sampai-sampai merusakkan lingkungan yang akhirnya menimbulkan kerusakan ekosistem. Rusaklah alam semesta. Sekarang ini kan kita sudah merasakan kerusakannya, ya nggak? Mudah kan mengilustrasikannya?
No comments:
Post a Comment