oleh Tom Finaldin
Bandung, Putera Sang Surya
Banyak orang bermimpi terjadinya perdamaian di antara manusia. Beragam cara dilakukan untuk membuat hidup manusia berada dalam keadaan damai. Itu adalah cita-cita yang mulia, tidak salah, dan mengupayakan untuk terciptanya kondisi seperti itu pun adalah bentuk kemuliaan pula. Akan tetapi, sayangnya, kondisi itu sampai kapan pun tidak akan pernah tercipta dengan nyata. Manusia tetap akan saling bermusuhan satu sama lainnya. Ada dua kelompok besar yang selalu akan bermusuhan, yaitu: kelompok kebaikan dan kelompok kejahatan. Pertarungan keduanya akan terus berlangsung sampai kiamat.
Sudah menjadi sejarah kehidupan bahwa tak akan pernah ada kata damai di antara kedua kelompok besar tersebut. Kisah permusuhan ini diawali sejak Nabi Adam as diciptakan. Saat Adam as tercipta sempurna, seluruh malaikat diperintahkan untuk bersujud kepadanya. Malaikat pun bersujud, kecuali Iblis. Iblis enggan bersujud karena kebodohan dan kesombongannya. Dia menganggap dirinya lebih mulia daripada Adam as karena diciptakan dari api, sedangkan Adam as diciptakan dari tanah. Dia bodoh karena menganggap api lebih mulia dibandingkan tanah. Dia sombong karena tidak mematuhi perintah Allah swt. Sejak saat itu terjadilah permusuhan antara kejahatan dan kebaikan, tak ada satu celah kecil pun yang dapat digunakan untuk berkompromi menyelesaikan masalah itu. Semua jalan telah tertutup rapat, permusuhan tanpa henti pun dimulai sampai dengan Allah swt mengumpulkan kejahatan dalam sebuah tempat yang bernama Neraka dan mengumpulkan kebaikan dalam sebuah tempat yang bernama Surga.
Setelah Allah swt menciptakan Adam as dan istrinya, Hawa, Allah swt memberikan tempat kepada keduanya di surga. Allah swt memberikan kesenangan dan kewenangan kepada keduanya untuk menguasai dan menikmati surga, kecuali sebuah pohon. Allah swt mewanti-wanti Adam as dan istrinya agar tidak mendekati pohon itu. Akan tetapi, Iblis menggoda keduanya sehingga bukan saja mendekati, melainkan pula memakan buah dari pohon itu. Buah pohon itu dikenal dengan nama buah khuldi.
Akibat pelanggaran yang dilakukan Adam as dan istrinya setelah digoda Iblis, Allah swt mengeluarkan keduanya dari kenikmatan surga. Di samping itu, Allah swt menegaskan bahwa di tempatnya yang baru, yaitu Bumi tempat kita sekarang ini tinggal, manusia akan bermusuhan satu sama lain. Itu adalah ketetapan dari Pemilik Ketetapan, Allah swt, sebagaimana dalam ayat berikut ini.
“...’Turunlah kamu! Sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain. Bagi kamu ada tempat tinggal dan kesenangan di Bumi sampai waktu yang ditentukan’.” (QS Al Baqarah : 36)
Berdasarkan ayat di atas, Allah swt telah menakdirkan bahwa manusia akan saling bermusuhan antara satu dan yang lainnya. Dengan demikian, jangan terlalu banyak berkhayal bahwa akan terjadi perdamaian yang hakiki di atas muka Bumi ini. Kenyataan yang terjadi adalah pertarungan antara manusia-manusia baik dan manusia-manusia jahat dengan hasil suatu saat manusia baik berkuasa dan manusia jahat berada di bawah tekanan. Pada saat yang lain manusia jahat berkuasa dan manusia baik tertindas. Demikian seterusnya sampai terjadinya kiamat. Selama Bumi masih berputar, kejadian itu terus berlangsung berulang-ulang. Akan tetapi, semuanya terhenti serta akan berada dalam keadaan konstan dan stabil setelah berada di alam akhirat dan selesainya seluruh perhitungan di pengadilan Allah swt. Kebaikan berada di surga, kejahatan berada di neraka. Demikian seterusnya, tak akan berubah lagi. Kekal abadi.
Bagi kita, semua ini adalah pilihan. Kita diberikan kebebasan untuk menjadi manusia baik atau manusia jahat. Jika memilih menjadi manusia baik, berarti berada di barisan para nabi dan malaikat. Jika memilih menjadi manusia jahat, berarti bermesra-mesraan dengan Iblis dan Dajal Laknatullah. Kebaikan berakhir surga, kejahatan berakhir neraka. Kejahatan dan kebaikan tidak pernah bisa bersatu, kecuali tersamarkan. Kejahatan sangat terbiasa mencari pengikut sekaligus mengalahkan kebaikan dengan berpura-pura menjadi baik. Dengan demikian, orang-orang baik akan tertipu menyangka dirinya telah berbuat baik, tetapi sesungguhnya sedang melakukan kejahatan.
Negeri kita, Indonesia, telah memantapkan dan memposisikan dirinya berada dalam kebaikan. Hal itu bisa sangat terlihat dari Pembukaan UUD 1945 alinea pertama.
Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.
Alinea tersebut menjelaskan bahwa setiap manusia dan setiap bangsa berhak merdeka. Itu adalah pernyataan kebaikan, bukan? Selanjutnya, Indonesia menyatakan permusuhan terhadap penjajahan. Pernyataan itu ditegaskan dengan bahwa penjajahan itu harus dihapuskan, ditiadakan, dihancurkan. Mengapa harus dihapuskan? Karena penjajahan itu tidak sesuai dengan perimanusiaan dan perikeadilan. Artinya, Indonesia adalah negara yang memposisikan dirinya sebagai pembela manusia dan pembela keadilan sekaligus bermusuhan dengan penjajah dan penjajahan.
Penjajahan yang bagaimana yang harus dihapuskan? Penjajahan dengan segala bentuknya, mulai yang paling kasar dengan fisik sampai yang paling lembut dan menipu, semisal, pinjaman hutang, hibah-hibah, dan kerjasama-kerjasama siluman yang membuat negara bertekuk lutut terhadap negara lain karena diharuskan mengikuti berbagai syarat penjajah.
Penjajahan di mana yang harus dihapuskan? Penjajahan di seluruh muka Bumi sepanjang waktu. Oleh sebab itu, politik luar negeri Indonesia harus selalu mengacu pada politik luar negeri yang bebas dan aktif. Bebas tekanan dari pihak mana pun dan aktif menggalang perdamaian dalam arti menghapus penjajahan.
Sudah menjadi kewajiban bangsa Indonesia untuk mengambil sikap bermusuhan dengan penjajahan. Artinya, memiliki jarak yang tegas terhadap negeri-negeri penjajah sepanjang zaman. Jika mampu dan pasti mampu, Indonesia harus memberikan tekanan besar kepada negeri-negeri penjajah untuk segera menghentikan kesewenang-wenangannya di muka Bumi ini. Jangan sampai kita menjadi sahabat erat negeri-negeri penjajah sehingga membiarkan mereka melakukan kejahatan kemanusiaan di atas muka Bumi ini.
Sampai hari ini penjajahan masih berlangsung. Sudah wajib hukumnya bagi kita untuk menghentikan penjajahan itu, bukannya menyetujui bahkan mendukung penjajahan. Jika kita mendukung dan atau membiarkan penjajah serta penjajahan, berarti sama dengan berkhianat terhadap Pembukaan UUD 1945. Lebih jauhnya, negeri ini digiring untuk berada dalam posisi kejahatan. Kejahatan itu jelas tempatnya di neraka jahanam. Para pemimpin yang asyik masyuk dengan negeri-negeri penjajah, bahkan sering menghiba-hiba kepada mereka dan mengikuti cara hidup mereka akan lebih dahulu masuk neraka. Benar-benar masuk neraka! Akan tetapi, mereka akan menderita dulu sebelum ajalnya tiba di muka Bumi ini jika tidak segera bertaubat menghentikan perilakunya yang rendah dan hina itu.
Jangan bermimpi akan terjadi perdamaian hakiki dan kita bisa mencari untung, cari selamat, cari aman, dengan cara plintat-plintut nggak ada harga diri karena itu mustahil terjadi, perselisihan dan permusuhan tidak akan pernah berhenti, sudah takdirnya begitu. Yang harus dilakukan adalah memperjelas posisi kita sebagai bangsa untuk selalu mengambil sikap bermusuhan terhadap kejahatan dan negeri-negeri yang gemar berbuat jahat. Di samping itu, kita harus bekerja sama dengan negeri-negeri yang anti-imperialisme maupun anti-neokolonialisme untuk menghentikan kejahatan di atas muka Bumi ini. Itu adalah amanat keramat, sakral, dan suci dari Pembukaan UUD 1945. Jangan berkhianat!
No comments:
Post a Comment