oleh Tom Finaldin
Bandung, Putera Sang Surya
“Kami berfirman, ‘Turunlah kamu semua dari surga! Kemudian, jika benar-benar datang petunjuk-Ku kepadamu, maka siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati.’” (QS Al Baqarah : 38)
Dalam ayat di atas, Allah swt memerintahkan Adam as dan istrinya, Siti Hawa, ditambah Iblis Laknatullah untuk turun dari surga menuju Bumi. Adam as dan istrinya dihukum karena telah mengikuti anjuran Iblis untuk memakan buah khuldi yang sangat terlarang di hadapan Allah swt. Oleh sebab itu, mereka semuanya diperintahkan untuk keluar dari surga dan segera hidup di Bumi yang penuh dengan kesusahan dan perjuangan.
Kehidupan di Bumi sudah ditakdirkan untuk penuh dengan permusuhan, pertentangan, kesulitan, ketakutan, penderitaan, perjuangan, perdamaian yang hanya merupakan jeda di antara perang, dan sedikit kegembiraan. Jika dihitung-hitung antara suka dan duka, kehidupan manusia itu pada hakikatnya akan menemui banyak kedukaan.
Abu Bakar As Shidiq ra pernah berujar, “Kehidupan dunia hanyalah keletihan dan kedukaan. Kalaupun mendapat kesenangan, itu hanya merupakan sebuah keuntungan.”
Abu Bakar adalah saudagar kaya raya yang menyerahkan seluruh hartanya untuk perjuangan Islam di bawah pimpinan Muhammad Rasulullah saw. Orang kaya raya saja berbicara seperti itu, masa orang miskin tidak mau belajar dari apa yang dirasakannya.
Kehidupan dunia yang penuh kegoncangan itu membuat manusia tertatih-tatih dan kebingungan untuk menghadapinya. Manusia yang tidak mampu menghadapinya akan mengalami stress, depresi, gangguan jiwa, bahkan bunuh diri. Oleh sebab itu, Allah swt dengan segala kasih sayang-Nya menurunkan para para nabi, rasul, dan kitab suci untuk menjadi petunjuk dalam menghadapi kehidupan dunia.
Kita ini ibarat manusia-manusia yang berada di hutan rimba belantara antah berantah. Kita akan tersesat karena tidak mengenali dengan benar hutan menakutkan tersebut. Oleh sebab itu, diperlukan kompas, peta, buku petunjuk, dan orang yang memahami itu semua agar kita bisa selamat hidup di hutan tersebut, terhindar dari marabahaya alam, kemudian ke luar dari hutan dalam keadaan aman dan selamat. Orang-orang yang yakin terhadap ahli kompas, buku petunjuk, dan peta akan mengikuti dengan tulus ke mana pun Sang Ahli pergi dan mencontoh cara-cara hidup Sang Ahli. Mereka inilah yang akan selamat dari bahaya dan keluar dari hutan dalam keadaan aman gembira. Mereka adalah orang-orang yang taslim, ‘patuh’ dan mendapatkan salam, ‘keselamatan’. Orang-orang yang patuh untuk kemudian mendapatkan keselamatan disebut muslim.
Berbeda dengan orang-orang yang tidak mempercayai Sang Ahli, kompas, peta, dan buku petunjuk rimba belantara. Mereka akan menolak itu semua. Oleh sebab itu, mereka akan menjadi kafir, ‘penolak’. Mereka akan mencari sendiri jalan ke luar dari hutan itu dan mulai mencari cara sendiri pula menghadapi berbagai bahaya yang ada. Karena tidak memiliki pengetahuan tentang itu semua, mereka kebingungan dan tersesat. Jadilah mereka orang-orang yang zalim, ‘tersesat’. Dalam keadaan tersesat mereka menyadari perlunya petunjuk dari Sang Ahli. Akan tetapi, mereka tidak mau mengikuti Sang Ahli yang asli karena sombong dan malu. Akhirnya, di antara mereka ada orang “sok tahu” yang kemudian mengaku-aku sebagai Sang Ahli. Mereka pun gembira bukan main. Mereka mengikuti Sang Ahli palsu itu ke mana pun pergi dan mencontoh cara-cara hidupnya sekaligus menjalankan titah Sang Palsu dari buku yang dibuat Sang Palsu itu sendiri. Jika dirasakan ada yang kurang lengkap dari buku petunjuk Sang Palsu, mereka melengkapinya sendiri. Karena semuanya palsu, mereka tetap tersesat dan tidak menemukan jalan ke luar yang benar serta selalu ditimpa marabahaya. Oleh sebab itu, mereka mulai iri kepada Sang Ahli asli dan pengikutnya. Mereka mulai melakukan fitnah dan kebohongan untuk merusakkan nama Sang Ahli asli dan pengikutnya, bahkan sering sekali melakukan kekejian jika kebetulan berpapasan dengan pengikut Sang Ahli di dalam hutan tersebut. Karena perilaku mereka yang terus-terusan tersebut, ada beberapa orang pengikut Sang Ahli yang mulai mempercayai Sang Palsu, bahkan kemudian berpindah barisan. Mereka inilah yang disebut murtad. Akan tetapi, bagaimanapun Sang Ahli asli dan pengikutnyalah yang pasti selamat, sedangkan Sang Palsu dan pengikutnya selalu berada dalam keadaan tersesat dan celaka.
Pada saat yang sangat tepat Sang Ahli dan pengikutnya bisa keluar hutan rimba belantara dengan selamat sentosa. Adapun Sang Palsu dan pengikutnya tetap berada di hutan dalam keadaan naas. Mereka bisa keluar hutan hanya bisa dikeluarkan oleh Tim SAR. Mereka semuanya mati di dalam hutan. Ada yang mati dimakan binatang buas, digigit ular berbisa, memakan tanaman racun, terjatuh ke jurang, atau karena bunuh-bunuhan di antara mereka sendiri. Ketika Tim SAR mencari mereka, sulitnya bukan main karena mereka mati dalam keadaan terpencar-pencar berjauhan satu dan lainnya serta tubuh yang telah rusak terpotong-potong.
Demikianlah sekedar contoh untuk menggambarkan kehidupan di dunia ini. Memang tidak tepat seperti asli, tetapi kita dapat mengambil pelajaran dari kehidupan hutan rimba tersebut.
Sang Ahli dalam kehidupan ini adalah para nabi, rasul, yang kemudian diteruskan oleh para ulama. Kompas, peta, dan buku petunjuk adalah wahyu-wahyu, baik yang tertulis maupun tidak yang semuanya sudah dimuat secara lengkap melalui berbagai penyempurnaan dalam sebuah Kitab Suci Al Quran. Para pengikut Sang Ahli adalah kaum muslimin dan muslimat sepanjang zaman. Adapun Sang Palsu bersama pengikutnya adalah ....#@*#^? Silakan cari istilah sendiri-sendiri.
Allah swt menurunkan petunjuk dan para nabi adalah agar manusia bisa selamat dari marabahaya dunia dan keluar dari dunia dalam keadaan aman, selamat, sentosa, penuh kegembiraan. Siapa pun yang mengikuti petunjuk Allah swt tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati di dalam menjalani kehidupan dunia ini. Tentu saja, untuk mengikuti petunjuk tersebut, harus ada kesediaan dan kerelaan untuk melakukan hal-hal yang sesuai dengan petunjuk melalui contoh-contoh dari para nabi dan rasul. Bagi orang-orang yang sadar dan hatinya telah tunduk, akan dengan gembira melaksanakannya. Berbeda dengan orang-orang yang menganggap petunjuk tersebut sebagai beban. Mereka akan merasa sangat berat untuk melaksanakannya, padahal semuanya sesungguhnya untuk kebaikan mereka sendiri. Saking merasa beratnya, beberapa di antaranya berubah menjadi kafir, zalim, dan murtad. Oleh sebab itu, mereka tidak berhasil menempuh kehidupan dunia ini dan menanggung bencana berkepanjangan tanpa henti di akhirat nanti.
Semoga Allah swt selalu memberikan petunjuk, perlindungan, dan keselamatan bagi kita agar bisa selamat dari bahaya dunia dan keluar menuju akhirat dalam keadaan selamat sentosa sehingga mendapatkan tempat tinggal di surga serta kenikmatan, kenyamanan, kegembiraan, dan ketenangan tanpa henti. Amin.
No comments:
Post a Comment