Sunday 22 May 2011

Sandera Menyandera Menuju Indonesia Super Power

oleh Tom Finaldin

Bandung, Putera Sang Surya

Setelah semakin hari semakin nyata kehidupan demokrasi di Indonesia sangat merusakkan kehidupan berbangsa dan bernegara sekaligus mencerabuti setiap pribadi dari nilai-nilai luhurnya, banyak pengamat di berbagai media yang menyatakan bahwa saat ini banyak orang yang menyandera demokrasi untuk kepentingan politiknya sendiri atau banyak orang yang memperalat demokrasi untuk kepentingan sempitnya.

Sepertinya, pendapat atau pandangan itu benar, tetapi sebenarnya yang terjadi adalah kebalikannya, yaitu demokrasi telah menyandera orang-orang Indonesia sehingga berperilaku buruk. Orang-orang Indonesia itu pada dasarnya telah dilahirkan dengan maksud baik, dilekati nilai-nilai luhur teramat baik sejak dalam kandungan, dan punya cita-cita hidup menjadi orang baik-baik. Tidak ada satu suku pun di Indonesia ini yang memiliki nilai-nilai untuk menjerumuskan orang menjadi tidak baik. Seluruh suku di Indonesia ini memiliki nilai yang relatif sama dalam menjalani hidup, yaitu menahan hawa nafsu agar tidak tergoda kehidupan duniawi sehingga dapat hidup bahagia dan memperoleh karunia Tuhan. Saya sangat yakin 100% bahwa nilai-nilai seluruh suku di Indonesia ini lebih mementingkan ruhani dibandingkan materi. Akan tetapi, berawal dari kehadiran VOC yang memperkenalkan cara-cara hidup materialistis, nilai-nilai hidup kita bergeser dan jatuh dalam jurang kegelapan. Hal tersebut terus berlangsung sampai hari ini sehingga kita benar-benar tidak tahu lagi siapa diri kita sendiri dan selalu yakin bahwa hidup kita harus mencontoh cara hidup bangsa-bangsa lain, terutama barat. Padahal, orang-orang barat itu dipenuhi nafsu-nafsu keduniawian yang berlebihan. Zaman penjajahan fisik adalah bukti yang teramat nyata. Setelah zaman penjajahan itu berhenti karena semua wilayah jajahan di seluruh muka Bumi ini melawan, mereka tetap terus berupaya menjajah dengan cara-cara nonfisik sampai hari ini. Itu menunjukkan kepastian bahwa ada yang salah dalam isi kepala mereka. Di negeri ini saya yakin tak pernah ada seorang pun yang berniat melakukan penjajahan terhadap bangsa lain. Meskipun kelak Allah swt memberikan karunia besar kepada Indonesia dalam bidang militer dan berbagai bidang kehidupan lainnya, terutama ekonomi, tak akan ada niat untuk melancong, lalu merampok harta-harta negara orang. Indonesia memang akan menjadi negara teramat kuat, super power, tetapi tetap santun. Itu pasti terjadi. Insyaallah.

Tidak percaya bahwa Indonesia akan menjadi negara super power? Orang-orang bermental terjajah yang masih percaya pada demokrasi pasti mengatakan tidak mungkin atau mustahil. Wajar, mereka itu kan hidupnya bersandar pada pengetahuan yang mereka miliki dari bangku kuliah dan menjadikan pengetahuannya itu satu-satunya dasar untuk berpikir dan bertindak. Mereka tidak memiliki pengetahuan lain sehingga tidak memiliki kepercayaan pada diri sendiri bahwa kita, bangsa Indonesia, sebenarnya bisa memiliki struktur dan sistem politik baru yang berbeda daripada yang sudah dipelajari selama ini di muka Bumi ini. Kita sesungguhnya memiliki potensi luar biasa jika mau berkaca, bahkan menyelami diri sendiri.

Perhatikan ucapan Michael Gorbachev, mantan pemimpin Unisoviet, dalam sebuah acara talk show yang pernah disiarkan Metro TV, “Amerika Serikat adalah negara super power yang akan bertahan lama. Pada masa depan akan hadir kekuatan super power baru sehingga dunia akan kembali pada dua kutub. Kekuatan baru itu berasal dari Asia Tenggara. Kami bersama-sama pemimpin Eropa lainnya membentuk Unieropa adalah bertujuan untuk berada di tengah, di antara keduanya.”

Gorbachev itu bukan tukang ojek, para pemimpin Eropa pun bukan tukang becak. Mereka orang-orang terbaik di benuanya. Mereka sudah punya prediksi adanya kekuatan super power baru dari Asia Tenggara. Keyakinan yang kuat terhadap prediksi tersebut menggerakan Eropa membentuk Unieropa.

Dari pernyataan Gorbachev tersebut, kita bisa mengira-ngira negara mana yang akan menjadi super power. Di lingkungan Asia Tenggara, Indonesia adalah negara yang paling memungkinkan untuk menjadi adidaya.

Perhatikan lagi prediksi Nostradamus, peramal Yahudi yang pernah meramalkan ada dua karang besar yang dihancurkan oleh bola api dari langit. Ramalannya itu terbukti dengan nyata, yaitu hancurnya Menara Kembar WTC di AS yang sangat menghebohkan itu.

Nostradamus mengatakan, “Akan terpilih seorang pemimpin dari Timur. Kehadiran pemimpin baru itu akan menimbulkan penderitaan, kemelaratan, dan kemiskinan di daratan Eropa.”

Coba kita kira-kira lagi, negara mana di bagian timur dunia ini yang berpotensi besar menjadi negara super power? Negara Indonesia adalah negara yang sangat berpeluang untuk itu. Apalagi jika Indonesia berani melepaskan diri dari ketergantungan pada pihak kapitalis sejak hari ini, negeri-negeri asing kapitalis yang sampai kini ikut menikmati kekayaan alam Indonesia bisa tiba-tiba bergoncang, kemudian berangsur-angsur kekurangan harta.

Seluruh rakyat Indonesia pasti senang jika negerinya bisa kuat, makmur, dan berwibawa. Mereka yang tidak senang dipersilakan mengantri untuk mendapatkan karcis supaya bisa masuk rumah sakit jiwa yang terdekat.

Untuk bisa menjadi negara besar, kuat, dan makmur tersebut, ada syarat yang harus dipenuhi, yaitu membunuh demokrasi dengan segala bentuknya. Hal itu disebabkan demokrasi merupakan perusak utama nilai-nilai luhur bangsa dan kearifan lokal (local wisdom) masyarakat Indonesia. Untuk lebih jelasnya mengenai keborokan demokrasi, silakan baca artikel-artikel di blog ini, banyak sekali kok. Selama kita menggunakan sistem politik demokrasi yang hina itu, selama itu pula kita akan tersesat dan terseok-seok dalam kebingungan.

Contoh nyata yang baru-baru ini terjadi adalah kongres PSSI. Dengan menggunakan demokrasi, semuanya berantakan, kacau balau. Hal itu bisa dimengerti karena banyaknya kepentingan yang terkait di sana. Semuanya memang mengatasnamakan demi sepak bola Indonesia, tetapi di dalamnya dipenuhi kepentingan lain. Kalau memang tak ada kepentingan pragmatis, mengapa harus babak belur? Kalau pemilihan-pemilihan lain kan sudah biasa semuanya berbunyi demi rakyat, tetapi masyarakat melihatnya sebagian besar bukan untuk itu, melainkan untuk kepentingan-kepentingan pribadi, kelompok, atau keluarganya.

Saudara-saudara sekalian, sejatinya, jika kita berupaya menghentikan demokrasi ataupun tetap memperjuangkan tegaknya demokrasi, sama sekali tidak akan mengubah takdir bahwa demokrasi itu pasti musnah. Upaya kita menghancurkan atau menegakkan demokrasi hanyalah menjadi ukuran atau alat untuk memisahkan orang-orang yang akan dipercaya Allah swt untuk memimpin negeri ini kelak dengan mereka yang akan menderita kerugian dan menanggung malu akibat kesombongannya. Hanya mereka yang mencintai negeri ini dengan setulus hatinyalah yang akan berada di depan menjadi masinis gerbong Indonesia masa depan. Cinta akan menjadi panglima, bukan lagi hukum, politik, atau ekonomi.

Perhatikan prediksi Jayabaya ratusan tahun silam berikut ini mengenai masa depan Indonesia.

Banyak hal yang luar biasa. Hujan salah waktu. Banyak gempa dan gerhana. Nyawa tidak berharga. Tanah Jawa berantakan. Kemudian, Raja Kara Murka Kutila musnah. Kemudian kelak akan datang Tunjung Putih Semune Pudak Kasungsang. Lahir di Bumi Mekah. Menjadi raja di dunia, bergelar Ratu Amisan, redalah kesengsaraan di Bumi, nakhoda ikut ke dalam persidangan. Raja keturunan waliyullah. Berkedaton dua di Mekah dan Tanah Jawa. Letaknya dekat dengan Gunung Perahu, sebelah barat tempuran. Dicintai pasukannya. Memang raja yang terkenal sedunia.

Setelah anomali iklim, bencana alam, bencana kemanusiaan, bencana politik, bencana ekonomi, dan bencana-bencana lainnya sempurna menghancurkan negeri ini, maka Raja Kara Murka Kutila pun musnah. Raja Kara Murka itu artinya para pemimpin yang saling jegal, saling menjatuhkan. Kutila itu artinya demokrasi atau reformasi. Maksudnya adalah zaman atau era para pemimpin saling jegal sebagai ciri khas demokrasi yang menyuarakan reformasi itu akan musnah, hilang, hancur. Kemudian, tampil pemimpin baru yang memiliki sifat nasionalis-religius, sebagaimana yang disampaikan Jayabaya tadi, berkedaton dua di Mekah dan Tanah Jawa, ‘punya dua istana, yaitu satu di Mekah dan satu lagi di Indonesia’. Maksudnya, pemimpin yang taat menjalankan ajaran Islam serta sangat mencintai rakyat dan tanah airnya. Pemimpin ini akrab di telinga masyarakat Indonesia dengan sebutan Ratu Adil.

Setelah demokrasi hancur, yang harus dilakukan adalah kembali pada cita-cita murni dari Proklamasi RI, Preambul UUD 1945, Pancasila, Sumpah Pemuda, dan Bhineka Tunggal Ika titik. Itulah yang akan menjadi dasar pemikiran terbentuknya sistem politik baru yang sesuai dengan jiwa bangsa Indonesia, bukan lagi meniru-niru cara hidup orang lain.

Perhatikan bagaimana keadaan masa depan Indonesia menurut Prabu Siliwangi ratusan tahun silam.

Daréngékeun! Jaman bakal ganti deui, tapi engké lamun Gunung Gedé anggeus bitu, disusul ku tujuh gunung. Génjlong deui sajajagat. Urang Sunda disarambat. Urang Sunda ngahampura. Hadé deui sakabéhanana. Sanagara sahiji deui. Nusa jaya, jaya deui sabab ngadeg Ratu Adil. Ratu Adil nu sajati.

Artinya:

Dengarkan semuanya! Zaman bakalan ganti lagi, tetapi nanti setelah Gunung Gede meletus yang disusul meletusnya tujuh gunung. Gempar lagi seluruh dunia. Orang Sunda dipanggil-panggil. Orang Sunda memaafkan. Baik lagi semuanya. Senegara bersatu lagi. Nusa jaya, jaya lagi sebab berdiri Ratu Adil. Ratu Adil yang sejati.

Prabu Siliwangi mengatakan hal itu ratusan tahun silam, tetapi sekarang benar-benar terjadi yang ditandai dengan adanya berita gunung meletus. Hal itu menandakan bahwa beliau sudah mengetahui bakal banyak bencana menimpa Indonesia. Kemudian, setelah itu, nusantara akan hidup berada dalam kejayaan dan tetap bersatu.

Ada dua pendapat mengenai Gunung Gede, yaitu bisa berarti gunung yang bernama Gede yang akan meletus sebagai pertanda perubahan zaman atau gunung yang berukuran besar karena gede dalam bahasa Sunda berarti besar. Kalau Gunung Gede yang akan meletus, berarti kita harus siap-siap mendapati bencana yang lebih besar daripada yang sudah-sudah karena ditambah lagi tujuh gunung yang akan meletus mengikutinya. Hal itu disebabkan Prabu Siliwangi mengatakannya dengan pasti, sedangkan Gunung Merapi yang sudah meletus menakutkan saja tidak disingung-singgung. Akan tetapi, kalau yang dimaksud gunung gede adalah gunung berukuran besar, berarti gunung itu adalah Gunung Merapi dan sudah meletus. Kita tinggal menunggu momen-momen penting perubahan zaman, bukan hanya Indonesia melainkan pula dunia secara keseluruhan.

Kondisi masa depan Indonesia dalam prediksi Jayabaya malah lebih lengkap, sebagaimana berikut.

Waktu itulah ada keadilan. Rakyat pajaknya dinar sebab saya diberi hidangan bunga seruni oleh Ki Ajar. Waktu itu pemerintahan raja baik sekali. Orangnya tampan, senyumnya manis sekali.

Benar-benar raharja waktu itu tidak ada yang menghalang-halangi. Rakyat yang dikenakan pajak seribu dikurangi oleh Sang Prabu tinggal seratus dinar.

Sebelumnya, ada pertanda bintang pari panjang sekali tepat di arah Selatan menuju Timur, lamanya tujuh malam, hilangnya menjelang pagi sekali bersama munculnya Batara Surya bebarengan dengan hilangnya kesengsaraan manusia yang berlarut-larut.

Itulah tanda putera Batara Indra sudah tampak datang di Bumi untuk membantu orang Jawa.

Ini pendapatku, tetapi kelak akan muncul lagi, sudah menjadi kehendak Illahi, kembalinya wahyu nurbuat, nusantara kembali seperti zaman dahulu, seperti waktu kejayaan Majapahit, negeri yang mandiri secara pribadi.

Kemakmuran melimpah ruah, langgeng, tertib tenteram selamanya, hilanglah kedurjanaan, murah sandang pangan, pemimpin yang penuh tanggung jawab dan kasih sayang kepada rakyatnya, selalu tidak kekurangan uang, ibaratnya tanah satu hektar pajaknya satu rupiah.

Kelak, tanah yang sangat luas pajaknya hanya satu real, tidak ada tambahan pajak lainnya. Tunggulah saja hampir tiba saatnya kemuliaan untuk nusantara.

Tidak berapa lama segera datang Ratu Adil duduk menjadi pemimpin dan suri tauladan di wilayah tersebut sehingga menjadi makmur diibaratkan sawah yang sangat luas pajaknya sangat kecil, diibaratkan tidak ada lagi yang harus dilakukan negara sebab saking adil makmurnya nusantara, ibaratnya kegiatan orang-orang tinggal terfokus untuk sembahyang kepada Tuhan saja serta memanjatkan puji-pujian tanpa henti.

Kembali ke soal penyanderaan dalam demokrasi. Demokrasi adalah cara-cara hidup orang lain, orang sono, yang jauhnya ribuan mil dari kita. Nilai-nilai yang mereka anut berbeda jauh dengan nilai-nilai luhur di Indonesia. Dengan digunakannya demokrasi, nilai-nilai hidup kita pun bergeser mengarah hidup seperti mereka yang dipenuhi kecurangan, konflik, korup, dusta, aniaya, grasa-grusu, gemar bertengkar, mudah membunuh, dan lain sebagainya. Itu artinya, demokrasilah yang menyandera orang-orang Indonesia sehingga berperilaku tidak terpuji, tidak patut. Tidak benar bahwa orang-orang Indonesia menyandera demokrasi.

Orang-orang yang akan memimpin Indonesia nanti adalah orang-orang berhati baik dan berperilaku benar. Keluhuran, kecerdasan, kejujuran, dan kemuliaan Prabu Siliwangi akan kembali hidup dalam jiwa-jiwa para pemimpin masa depan, masa Indonesia memegang kunci percaturan dalam pergaulan dunia.

Renungkan pernyataan Prabu Siliwangi ratusan tahun silam berikut ini.

Sakabéh turunan dia ku ngaing bakal dilanglang. Tapi, ngan di waktu anu perelu. Ngaing bakal datang deui, nulungan nu barutuh, mantuan anu sarusah, tapi ngan nu hadé laku-lampahna. Mun ngaing datang moal kadeuleu; mun ngaing nyarita moal kadéngé. Mémang ngaing bakal datang. Tapi ngan ka nu rancagé haténa, ka nu weruh di semu anu saéstu, anu ngarti kana wangi anu sajati jeung nu surti lantip pikirna, nu hadé laku lampahna. Mun ngaing datang; teu ngarupa teu nyawara, tapi méré céré ku wawangi.

Dalam bahasa Indonesia:

Seluruh keturunan kalian akan aku kunjungi, tetapi hanya pada waktu yang diperlukan. Aku akan datang lagi menolong yang membutuhkan pertolongan, membantu yang kesusahan, tetapi hanya kepada mereka yang baik tingkah lakunya. Jika aku datang, tidak akan terlihat. Kalau aku berbicara, tidak akan terdengar. Memang aku akan datang. Akan tetapi, hanya kepada mereka yang baik hatinya, mereka yang memahami terhadap satu tujuan, mereka yang mengerti pada keharuman sejati, mereka yang memiliki empati tinggi dan tertata rapi pikirannya, serta yang baik tingkah lakunya. Kalau aku datang, tidak akan berupa dan tidak akan bersuara, tetapi memberi ciri dengan wewangian.

Pernyataan tersebut menegaskan bahwa Prabu Siliwangi akan berkeliling mengunjungi keturunan Sunda di mana pun berada, tetapi hanya mengunjungi orang-orang Sunda yang kriterianya ditentukannya sendiri, sebagaimana tertulis di atas. Ia akan datang tanpa rupa dan tanpa suara, tetapi akan memberi ciri dengan wewangian. Ia akan datang kepada mereka yang memiliki ilmu pengetahuan, berhati bersih, berjiwa baik, dan berperilaku benar. Itu bisa berarti yang akan datang dan terus mengalir adalah ilmunya, jiwanya, semangatnya, cita-citanya, perilakunya, serta ketajaman pikiran dan kemampuan manajemen pemerintahannya. Sang Prabu akan datang berkeliling kepada orang-orang yang memiliki gelombang energi yang sama dengannya. Kesamaan energi itu bisa ada pada orang-orang yang kriterianya sesuai seperti yang disebutkan Sang Prabu sendiri.

Pernyataan Prabu Siliwangi di atas tidak hanya berlaku kepada orang-orang Sunda, tetapi juga kepada seluruh orang Indonesia. Siapa pun yang yang memiliki ilmu pengetahuan, berhati bersih, berjiwa baik, berempati tinggi dan tertata pikirannya, serta berperilaku benar akan mampu menjadi pemimpin Indonesia yang menjadi anutan seluruh rakyat sekaligus menjadikan Indonesia sebagai contoh keagungan bagi negara-negara lain.

Para pemimpin Indonesia yang memiliki kriteria demikian akan dapat membawa Indonesia sebagaimana zaman keemasan kejayaan Kerajaan Pajajaran, seperti yang diakui oleh sejarahwan Portugis yang bernama Tome Pires, “The Kingdom of Sunda is justly governed. They are true men."

Artinya, Kerajaan Sunda diperintah dengan adil. Mereka adalah orang-orang jujur.

Jika ingin berperan serta membangun bangsa dalam zaman keemasan, mulailah sejak saat ini menghindari demokrasi. Jangan takut. Takdir kejayaan bersama orang-orang yang benar. Kemuliaan masa depan adalah milik Indonesia.

Ingat, Pemimpin Besar Revolusi Indonesia, Ir. Soekarno, berkata, ”Ubah saja yang perlu diubah. Jangan tedeng aling-aling!”

Ia pun menegaskan, “Dengan lebih teguh keyakinan bahwa nasib kita ada di dalam genggaman kita sendiri ..., dengan menolak tiap-tiap politik opportunisme dan tiap-tiap politik possibilisme, yakni tiap-tiap politik yang menghitung-hitung ini tidak bisa dan itu tidak bisa, maka kita bersama Mahatma Gandhi yang berkata, ‘Siapa mau mencari mutiara, haruslah berani selam ke dalam laut yang sedalam-dalamnya. Siapa yang dengan kecil hati berdiri di pinggir saja dan takut terjun ke dalam air, ia tak akan dapat sesuatu apa!’ Siapa yang menangkap dan kadang-kadang luput tangkapannya adalah lebih utama daripada siapa yang tidak menangkap sama sekali karena takut jika luput tangkapannya!”

Bagi umat Islam yang jumlahnya terbesar berada di republik ini harus segera mempertebal keimanan dan memperbanyak amal saleh. Keimanan dan amal saleh adalah dua hal mutlak yang akan dijadikan ukuran utama bagi Allah swt untuk memilih para leader di Indonesia dan seluruh muka Bumi ini, sebagaimana janji-Nya sendiri. Bukan rakyat lagi yang memilih, melainkan Allah swt secara langsung, sebagaimana Allah swt telah memilih orang-orang terbaik untuk menjadi para nabi dan rasul pada masa lalu.

“Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di Bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Akan tetapi, mereka yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” (QS : An Nuur : 55)

No comments:

Post a Comment