Saturday 16 January 2016

Isis Tertipu

oleh Tom Finaldin


Bandung, Putera Sang Surya

Isis ini organisasi aneh yang makin hari makin tidak jelas tujuannya. Saya menduga sangat keras memang Isis ini dikendalikan oleh orang-orang yang tidak berpengetahuan atau memang dikendalikan untuk tujuan membuat huru-hara. Jujur saja awalnya banyak yang simpatik kepada Isis di Indonesia ini, termasuk saya. Selain itu, beberapa pengajian yang diikuti ibu saya, banyak ustadz yang simpatik pada Isis dan malahan menyarankan kepada seluruh peserta majelis talim untuk tidak membenci Isis. Hal itu disebabkan adanya keinginan Isis untuk membentuk Daulah Islamiyah dan menerapkan hukum Islam di wilayah yang penuh dengan kekacauan, yaitu Irak dan Suriah. Akan tetapi, Isis tidak tampak berjuang untuk terjadinya Negara Islam sebagaimana yang mereka kampanyekan. Mereka malahan mencitrakan dirinya sebagai organisasi besar, memiliki banyak uang dan senjata, serta dipenuhi pasukan bermilitansi tinggi yang akan melibas siapa pun yang menghalangi.

            Bisakah citra yang ditampilkannya itu mendorong terciptanya suatu negara?

            Di dalam sistem pergaulan internasional yang berlaku saat ini, tentu saja tidak akan bisa.

            Di dalam berbagai kajian ilmu-ilmu sosial dan politik, untuk terciptanya suatu negara, diperlukan beberapa syarat yang sangat mendasar, yaitu: memiliki wilayah tertentu, memiliki pemerintahan, memiliki rakyat, memiliki tujuan yang sama dari rakyatnya, dan mendapatkan pengakuan internasional.

            Wilayah tertentu sangat diperlukan dan jelas lokasi serta batas-batasnya. Mustahil sebuah negara ada tanpa memiliki wilayah yang jelas. Oleh sebab itu, Indonesia sama sekali tidak mengakui Israel sebagai sebuah negara karena tidak memiliki wilayah yang jelas menjadi hak mereka. Wilayah yang sekarang diklaim Israel sebagai negaranya hanyalah merupakan caplokan atau perampasan dari pemiliknya yang sah, yaitu rakyat Palestina. Bagi Indonesia, Israel hanyalah suatu bangsa yang melakukan penjajahan terhadap Palestina.

            Isis asalnya mengklaim memiliki wilayah yang jelas. Sebagaimana namanya Islamic State of Iraq and Syiria, wilayah yang diklaimnya adalah wilayah Irak dan Suriah. Di sanalah seharusnya Isis mengonsentrasikan dirinya untuk berjuang menegakkan negara yang mereka cita-citakan.

            Kalaulah informasi yang disampaikan aparat keamanan Indonesia benar-benar valid dalam arti teror yang terjadi di Jl. Thamrin, Jakarta, pada 14 Januari 2016, adalah dilakukan oleh Isis, berarti Isis sudah menunjukkan sendiri kebodohannya. Artinya, tidak jelas mereka ingin mendirikan negara di wilayah yang mana. Mereka tidak memiliki batasan yang jelas mengenai wilayahnya. Hal itu pun menunjukkan keanehan yang begitu bloon karena namanya kan Isis dalam arti Irak dan Suriah, tetapi berjuang atau mengajak berperang terhadap pemerintah Indonesia.

            Isis harus banyak belajar dari bangsa Indonesia yang memperjuangkannya di wilayah yang diklaimnya sendiri, yaitu di seluruh “wilayah bekas koloni Belanda”. Rakyat Indonesia tidak melakukan perang atau teror di negara lain meskipun saat itu banyak sekali negeri propenjajahan yang berupaya menghalangi kemerdekaan Indonesia dan tidak mengakui kemerdekaan Indonesia. Indonesia tetap berkonsentrasi di wilayah yang ingin dikuasainya sendiri.

Upaya itu berhasil bukan?

Masih berdasarkan informasi keamanan Indonesia, Isis kabarnya memiliki perwakilan atau cabang di Asia Tenggara yang diistilahkan sebagai Isis Asia Tenggara. Itu lebih aneh lagi.

Masa ada Negara Islam Irak dan Suriah di Asia Tenggara?

Suriah ya Suriah. Irak ya Irak. Asia Tenggara beda lagi. Kalau ingin mendirikan negara di Asia Tenggara, namanya harus diubah agar masuk akal, yaitu Islamic State of Southeast Asia, ‘Negara Islam Asia Tenggara’.

Masa ada Irak dan Suriah Asia Tenggara?

Yang bener aja.

Oww, mungkin mereka berniat membentuk daulah Islam di seluruh dunia. Saya sarankan jangan ngimpi kebangetan. Uang boleh banyak, pengikut setia boleh bejibun, senjata modern boleh ada, keberanian boleh dibanggakan, tetapi jangankan membentuk kekuasaan di seluruh dunia, berkuasa di Irak dan Suriah aja masih kerepotan.

Masih belum berhasil kan di Irak dan Suriah?

Isis seharusnya konsentrasi saja di Irak dan Suriah.

Untuk terwujudnya sebuah negara, mutlak dimiliki pemerintahan yang berkuasa di wilayah yang diklaimnya. Tanpa ada pemerintahan, tak akan pernah ada negara.

Isis memang memiliki organisasi yang mungkin menjadi cikal bakal pemerintahan yang sah kalau menang. Itu sudah dimiliki Isis. Akan tetapi, sampai hari ini pemerintahan itu belum berkuasa penuh di wilayah Irak dan Suriah. Isis masih harus maju-mundur, maju-mundur, maju-mundur cantik, cantik di wilayah yang diklaimnya. Artinya, Isis hanya baru mampu berkuasa di wilayah sebagian Irak dan Suriah yang telah ditaklukannya dan itu masih tetap dalam kondisi maju-mundur, maju-mundur, cantik, cantik.

Isis harus belajar banyak dari Indonesia. Indonesia pernah dalam kondisi maju-mundur, maju-mundur cantik, cantik. Indonesia pernah memiliki pemerintahan yang sah, tetapi ditangkap dan ditahan oleh Belanda. Kemudian, wilayah yang diklaim Indonesia diserbu pula oleh pasukan multinasional. Indonesia dikeroyok oleh banyak negara yang tidak mengakui kedaulatan dan kemerdekaan Negara Indonesia. Hal itu menyebabkan Jenderal Sudirman harus mundur-mundur-mundur ke dalam hutan, tetapi perjuangan tetap maju-maju-maju. Kondisi maju-mundur, maju-mundur cantik, cantik itu berubah menjadi ayo maju, maju, ayo maju, maju! Hasilnya berakhir dengan cantik, cantik, cantik sekali tiada tara. Indonesia bisa membuktikan bahwa kitalah penguasa sesungguhnya di tanah air Indonesia. TNI masih ada dan pemerintahan pun pulih.

Syarat lainnya untuk terwujudnya sebuah negara adalah adanya rakyat yang tentu saja harus memiliki kesamaan keinginan dengan pemerintahnya dalam arti kesamaan tujuan dengan mereka yang berjuang mendirikan negara tersebut. Rakyat ini harus berada mendorong terciptanya negara yang ingin didirikannya. Kalaulah rakyat di wilayah yang diklaimnya berbeda keinginan dan tujuan dengan pemerintahnya, itu hanyalah sebentuk penjajahan yang dilakukan pihak yang berkuasa terhadap yang dikuasainya. Negeri itu tidak akan pernah menunjukkan diri sebagai negara yang mapan, tetapi hanya menjadi arena atau wilayah perseteruan di antara elemen-elemen negerinya sendiri. Perseteruan itu terjadi akan sangat keras dan selalu berdarah karena perbedaan keinginan yang tajam dan benar-benar berbeda secara ideologi. Itu bukanlah suatu negara karena yang namanya negara harus memilliki kesamaan ideologi.

Isis harus belajar banyak dari Indonesia. Indonesia itu memiliki rakyat yang jelas dengan keinginan yang sama dan ideologi yang sama. Rakyat dan pemerintahnya sepakat menjadikan Pancasila sebagai ideologi yang merupakan dasar sekaligus tujuan hidup. Kalaulah sempat ada penolakan terhadap Pancasila, itu disebabkan bukan oleh keinginan, tujuan, atau ideologinya, tetapi oleh pihak penguasa yang sempat menjadikan Pancasila sebagai kedok untuk melakukan kesewenang-wenangan dan berbagai kejahatan lainnya terhadap rakyat. Sesungguhnya, rakyat Indonesia ingin mencapai Pancasila itu sendiri dan berharap pemerintah konsisten untuk mewujudkan Pancasila itu dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Kalaupun ada pertentangan di antara elemen bangsa Indonesia pada saat ini, bukanlah oleh karena adanya perbedaan tujuan, melainkan oleh adanya kecurangan, kejahatan, dan kebusukan yang sangat menghambat hidup bangsa Indonesia yang terkandung dalam Pancasila.

Ngerti kan?

Hal yang patut ada dalam membentuk suatu negara adalah adanya tujuan yang kemudian menjadi dasar hukum dari negara itu sendiri. Isis tampaknya punya tujuan dan dasar hukum ini.

Persoalannya adalah apakah tujuan dan dasar hukum ini dijadikan konsitusi yang disetujui bersama rakyat dan mengikat seluruh rakyat dan pemerintahnya?

Indonesia jelas punya itu semua dan disepakati oleh semuanya dan mengikat semuanya.

Hal terakhir yang menjadi syarat mutlak adanya suatu negara adalah adanya pengakuan internasional. Tanpa ada pengakuan dari negara lain, negara itu dipandang sama sekali bukan negara dan tidak patut untuk bekerja sama dalam posisi yang sejajar. Indonesia sama sekali tidak mengakui Israel sebagai sebuah negara. Oleh sebab itu, tidak patut Indonesia bekerja sama dengan Israel dalam posisi yang sejajar. Israel hanyalah sebuah bangsa tanpa negara dalam pandangan Indonesia.

Negara mana hari ini yang mengakui Isis sebagai sebuah negara?

Tidak ada!

Oww, kan mereka sedang berjuang.

Apakah mereka berjuang secara normal untuk terciptanya sebuah negara?

Saya pikir tidak!

Mereka itu tertipu!

Begini ya. Di dalam sejarah dunia ini, untuk terciptanya suatu negara, setiap pejuangnya berjuang dalam posisinya masing-masing. Ada yang berjuang secara militer dan ada yang berjuang dengan menggunakan diplomasi. Keduanya harus selalu ada. Diplomasi itu ada yang dilakukan di dalam negeri, tetapi ada pula yang dilakukan di luar negeri. Diplomasi yang dilakukan di luar negeri itulah yang dimaksudkan untuk mendapatkan pengakuan dan dukungan internasional.

Isis harus belajar banyak dari Indonesia. Presiden Pertama RI, Ir. Soekarno bersama yang lainnya berjuang melalui jalur diplomasi di dalam negeri. Perjuangan militer dilakukan oleh Jenderal Besar Sudirman dan seluruh TNI. Diplomasi di luar negeri dilakukan oleh Mohamad Hatta, Mohamad Natsir, Sutan Syahrir, dan yang lainnya. Mereka yang berjuang di luar negeri bukan untuk menciptakan teror dan memaksa orang lain takut agar menyetujui kemerdekaan Indonesia. Mereka berupaya menjelaskan kepada dunia agar memahami pentingnya kemerdekaan bagi rakyat Indonesia dan keburukan-keburukan yang akan diderita Indonesia jika masih terus berada di bawah kendali penjajahan. Berbagai petinggi negara dan orang-orang berpengaruh pada berbagai negara mereka temui untuk mendapatkan dukungan sekaligus pengakuan terhadap kedaulatan Negara Indonesia.

Mereka jelas berhasil!

Kita lihat Isis sekarang.

Apa yang mereka lakukan di luar Irak dan Suriah untuk mendapatkan dukungan dari pihak internasional?

Mereka sama sekali tidak memberikan penjelasan yang cukup mengapa di Irak dan Suriah harus ada negara yang baru, padahal sudah ada pemerintah yang sedang berkuasa?

Jangankan untuk menjelaskan maksud dan tujuannya, untuk menjelaskan dirinya sendiri secara utuh pun tidak. Sampai saat ini orang-orang masih kebingungan dengan apa Isis ini sebenarnya.

Isis malahan mengekspor orang-orangnya untuk melakukan aksi-aksi kekerasan di luar negeri, termasuk di Indonesia. Setidaknya, itu yang saya pahami berdasarkan penuturan aparat keamanan Indonesia.

Bagaimana mungkin Isis akan menjadi sebuah negara berdaulat jika melakukan keburukan di negara lain, termasuk di Indonesia?

Negara mana yang akan bersimpatik kepada Isis?

Siapa yang akan melakukan hubungan positif dengan penguasa wilayah yang gemar melakukan kekerasan kemanusiaan?

Tak akan ada perdagangan positif, kecuali pasar gelap.

Tak akan ada hubungan budaya, pendidikan, teknologi, kesehatan, dan lainnya kecuali dilakukan dalam pasar gelap.

Jika hanya melakukan ekspor kekerasan pada berbagai negara, Isis hanya akan menjadi segerombolan manusia yang menciptakan teror bagi kehidupan ini. Jauh sekali dari keinginan Allah swt yang mendorong umat Islam menjadi rahmatan lil alamin, ‘rahmat bagi semesta alam’.

Isis harus belajar banyak dari Indonesia. Jangan bermimpi menguasai dunia jika di Irak dan Suriah saja masih belum bisa berkuasa. Berkonsentrasi saja di sana. Kemudian, jelaskan pada dunia mengapa pemerintahan Suriah Bashar al Assad harus dihancurkan dan mengapa pemerintahan Irak sekarang harus diganti oleh namanya Isis. Terangkan dengan utuh siapa dan apa Isis itu sesungguhnya agar dunia mengerti. Beritakan penderitaan dan kesemrawutan yang terjadi di Suriah dan Irak sehingga jawabannya pemerintahan pada kedua negara itu harus dilebur ke dalam negara yang bernama Isis. Ambil simpati dunia, terutama dunia Islam agar memberikan dukungan demi terciptanya Negara Baru Isis. Minta maaf kepada negara-negara yang sebetulnya berpotensi mendukung Isis, tetapi justru Isis malah menghadiahi mereka teror. Berikan ganti rugi kepada korban yang sebetulnya tidak tahu-menahu soal Isis.

Begitulah caranya jika ingin membentuk sebuah negara. Akan tetapi, lain halnya kalau memang bermaksud membuat kekacauan di muka Bumi.

Pada pihak siapa Allah swt akan berada?

Pada pihak pencipta perdamaian dan penebar kebaikan atau pencipta pertengkaran, permusuhan, dan kekacauan?

Mana yang Allah swt lebih sukai kedamaian atau perang?

Jangan tertipu dan dikendalikan orang-orang yang sesungguhnya mencari dan mendapatkan keuntungan dari keributan dan kesemrawutan manusia.

Berpijaklah pada kebenaran Allah swt, jangan menggantungkan diri pada bisikan-bisikan jahat syetan yang memenuhi dada manusia.

Ketahuilah syetan itu minal jinnati wannas. Syetan itu terdiri atas jin dan manusia.


No comments:

Post a Comment