oleh
Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
Isis ini organisasi aneh
yang makin hari makin tidak jelas tujuannya. Saya menduga sangat keras memang
Isis ini dikendalikan oleh orang-orang yang tidak berpengetahuan atau memang
dikendalikan untuk tujuan membuat huru-hara. Jujur saja awalnya banyak yang
simpatik kepada Isis di Indonesia ini, termasuk saya. Selain itu, beberapa
pengajian yang diikuti ibu saya, banyak ustadz yang simpatik pada Isis dan
malahan menyarankan kepada seluruh peserta majelis talim untuk tidak membenci
Isis. Hal itu disebabkan adanya keinginan Isis untuk membentuk Daulah Islamiyah
dan menerapkan hukum Islam di wilayah yang penuh dengan kekacauan, yaitu Irak
dan Suriah. Akan tetapi, Isis tidak tampak berjuang untuk terjadinya Negara
Islam sebagaimana yang mereka kampanyekan. Mereka malahan mencitrakan dirinya
sebagai organisasi besar, memiliki banyak uang dan senjata, serta dipenuhi
pasukan bermilitansi tinggi yang akan melibas siapa pun yang menghalangi.
Bisakah citra yang ditampilkannya itu mendorong
terciptanya suatu negara?
Di dalam sistem pergaulan internasional yang berlaku saat
ini, tentu saja tidak akan bisa.
Di dalam berbagai kajian ilmu-ilmu sosial dan politik,
untuk terciptanya suatu negara, diperlukan beberapa syarat yang sangat
mendasar, yaitu: memiliki wilayah tertentu, memiliki pemerintahan, memiliki
rakyat, memiliki tujuan yang sama dari rakyatnya, dan mendapatkan pengakuan
internasional.
Wilayah tertentu
sangat diperlukan dan jelas lokasi serta batas-batasnya. Mustahil sebuah negara
ada tanpa memiliki wilayah yang jelas. Oleh sebab itu, Indonesia sama sekali
tidak mengakui Israel sebagai sebuah negara karena tidak memiliki wilayah yang
jelas menjadi hak mereka. Wilayah yang sekarang diklaim Israel sebagai
negaranya hanyalah merupakan caplokan atau perampasan dari pemiliknya yang sah,
yaitu rakyat Palestina. Bagi Indonesia, Israel hanyalah suatu bangsa yang
melakukan penjajahan terhadap Palestina.
Isis asalnya mengklaim memiliki wilayah yang jelas. Sebagaimana
namanya Islamic State of Iraq and Syiria,
wilayah yang diklaimnya adalah wilayah Irak dan Suriah. Di sanalah
seharusnya Isis mengonsentrasikan dirinya untuk berjuang menegakkan negara yang
mereka cita-citakan.
Kalaulah informasi yang disampaikan aparat keamanan
Indonesia benar-benar valid dalam arti teror yang terjadi di Jl. Thamrin,
Jakarta, pada 14 Januari 2016, adalah dilakukan oleh Isis, berarti Isis sudah
menunjukkan sendiri kebodohannya. Artinya, tidak jelas mereka ingin mendirikan
negara di wilayah yang mana. Mereka tidak memiliki batasan yang jelas mengenai
wilayahnya. Hal itu pun menunjukkan keanehan yang begitu bloon karena namanya
kan Isis dalam arti Irak dan Suriah, tetapi berjuang atau mengajak berperang
terhadap pemerintah Indonesia.
Isis harus banyak belajar dari bangsa Indonesia yang
memperjuangkannya di wilayah yang diklaimnya sendiri, yaitu di seluruh “wilayah
bekas koloni Belanda”. Rakyat Indonesia tidak melakukan perang atau teror di
negara lain meskipun saat itu banyak sekali negeri propenjajahan yang berupaya
menghalangi kemerdekaan Indonesia dan tidak mengakui kemerdekaan Indonesia.
Indonesia tetap berkonsentrasi di wilayah yang ingin dikuasainya sendiri.
Upaya
itu berhasil bukan?
Masih
berdasarkan informasi keamanan Indonesia, Isis kabarnya memiliki perwakilan
atau cabang di Asia Tenggara yang diistilahkan sebagai Isis Asia Tenggara. Itu
lebih aneh lagi.
Masa
ada Negara Islam Irak dan Suriah di Asia Tenggara?
Suriah
ya Suriah. Irak ya Irak. Asia Tenggara beda lagi. Kalau ingin mendirikan negara
di Asia Tenggara, namanya harus diubah agar masuk akal, yaitu Islamic State of Southeast Asia, ‘Negara
Islam Asia Tenggara’.
Masa
ada Irak dan Suriah Asia Tenggara?
Yang
bener aja.
Oww,
mungkin mereka berniat membentuk daulah Islam di seluruh dunia. Saya sarankan
jangan ngimpi kebangetan. Uang boleh banyak, pengikut setia boleh bejibun,
senjata modern boleh ada, keberanian boleh dibanggakan, tetapi jangankan
membentuk kekuasaan di seluruh dunia, berkuasa di Irak dan Suriah aja masih
kerepotan.
Masih
belum berhasil kan di Irak dan Suriah?
Isis
seharusnya konsentrasi saja di Irak dan Suriah.
Untuk
terwujudnya sebuah negara, mutlak dimiliki pemerintahan
yang berkuasa di wilayah yang diklaimnya. Tanpa ada pemerintahan, tak akan
pernah ada negara.
Isis
memang memiliki organisasi yang mungkin menjadi cikal bakal pemerintahan yang
sah kalau menang. Itu sudah dimiliki Isis. Akan tetapi, sampai hari ini
pemerintahan itu belum berkuasa penuh di wilayah Irak dan Suriah. Isis masih harus
maju-mundur, maju-mundur, maju-mundur cantik, cantik di wilayah yang
diklaimnya. Artinya, Isis hanya baru mampu berkuasa di wilayah sebagian Irak
dan Suriah yang telah ditaklukannya dan itu masih tetap dalam kondisi maju-mundur,
maju-mundur, cantik, cantik.
Isis
harus belajar banyak dari Indonesia. Indonesia pernah dalam kondisi
maju-mundur, maju-mundur cantik, cantik. Indonesia pernah memiliki pemerintahan
yang sah, tetapi ditangkap dan ditahan oleh Belanda. Kemudian, wilayah yang diklaim
Indonesia diserbu pula oleh pasukan multinasional. Indonesia dikeroyok oleh
banyak negara yang tidak mengakui kedaulatan dan kemerdekaan Negara Indonesia.
Hal itu menyebabkan Jenderal Sudirman harus mundur-mundur-mundur ke dalam
hutan, tetapi perjuangan tetap maju-maju-maju. Kondisi maju-mundur, maju-mundur
cantik, cantik itu berubah menjadi ayo
maju, maju, ayo maju, maju! Hasilnya berakhir dengan cantik, cantik, cantik
sekali tiada tara. Indonesia bisa membuktikan bahwa kitalah penguasa sesungguhnya
di tanah air Indonesia. TNI masih ada dan pemerintahan pun pulih.
Syarat
lainnya untuk terwujudnya sebuah negara adalah adanya rakyat yang tentu saja harus memiliki kesamaan keinginan dengan
pemerintahnya dalam arti kesamaan tujuan dengan mereka yang berjuang mendirikan
negara tersebut. Rakyat ini harus berada mendorong terciptanya negara yang
ingin didirikannya. Kalaulah rakyat di wilayah yang diklaimnya berbeda
keinginan dan tujuan dengan pemerintahnya, itu hanyalah sebentuk penjajahan
yang dilakukan pihak yang berkuasa terhadap yang dikuasainya. Negeri itu tidak
akan pernah menunjukkan diri sebagai negara yang mapan, tetapi hanya menjadi
arena atau wilayah perseteruan di antara elemen-elemen negerinya sendiri.
Perseteruan itu terjadi akan sangat keras dan selalu berdarah karena perbedaan
keinginan yang tajam dan benar-benar berbeda secara ideologi. Itu bukanlah
suatu negara karena yang namanya negara harus memilliki kesamaan ideologi.
Isis
harus belajar banyak dari Indonesia. Indonesia itu memiliki rakyat yang jelas
dengan keinginan yang sama dan ideologi yang sama. Rakyat dan pemerintahnya
sepakat menjadikan Pancasila sebagai ideologi
yang merupakan dasar sekaligus tujuan hidup. Kalaulah sempat ada penolakan
terhadap Pancasila, itu disebabkan bukan oleh keinginan, tujuan, atau
ideologinya, tetapi oleh pihak penguasa yang sempat menjadikan Pancasila
sebagai kedok untuk melakukan kesewenang-wenangan dan berbagai kejahatan
lainnya terhadap rakyat. Sesungguhnya, rakyat Indonesia ingin mencapai
Pancasila itu sendiri dan berharap pemerintah konsisten untuk mewujudkan
Pancasila itu dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Kalaupun ada
pertentangan di antara elemen bangsa Indonesia pada saat ini, bukanlah oleh
karena adanya perbedaan tujuan, melainkan oleh adanya kecurangan, kejahatan,
dan kebusukan yang sangat menghambat hidup bangsa Indonesia yang terkandung
dalam Pancasila.
Ngerti
kan?
Hal
yang patut ada dalam membentuk suatu negara adalah adanya tujuan yang kemudian
menjadi dasar hukum dari negara itu sendiri. Isis tampaknya punya tujuan dan
dasar hukum ini.
Persoalannya
adalah apakah tujuan dan dasar hukum ini dijadikan konsitusi yang disetujui
bersama rakyat dan mengikat seluruh rakyat dan pemerintahnya?
Indonesia
jelas punya itu semua dan disepakati oleh semuanya dan mengikat semuanya.
Hal
terakhir yang menjadi syarat mutlak adanya suatu negara adalah adanya pengakuan internasional. Tanpa ada
pengakuan dari negara lain, negara itu dipandang sama sekali bukan negara dan
tidak patut untuk bekerja sama dalam posisi yang sejajar. Indonesia sama sekali
tidak mengakui Israel sebagai sebuah negara. Oleh sebab itu, tidak patut
Indonesia bekerja sama dengan Israel dalam posisi yang sejajar. Israel hanyalah
sebuah bangsa tanpa negara dalam pandangan Indonesia.
Negara
mana hari ini yang mengakui Isis sebagai sebuah negara?
Tidak
ada!
Oww,
kan mereka sedang berjuang.
Apakah
mereka berjuang secara normal untuk terciptanya sebuah negara?
Saya
pikir tidak!
Mereka
itu tertipu!
Begini
ya. Di dalam sejarah dunia ini, untuk terciptanya suatu negara, setiap
pejuangnya berjuang dalam posisinya masing-masing. Ada yang berjuang secara militer
dan ada yang berjuang dengan menggunakan diplomasi. Keduanya harus selalu ada.
Diplomasi itu ada yang dilakukan di dalam negeri, tetapi ada pula yang
dilakukan di luar negeri. Diplomasi yang dilakukan di luar negeri itulah yang
dimaksudkan untuk mendapatkan pengakuan dan dukungan internasional.
Isis
harus belajar banyak dari Indonesia. Presiden Pertama RI, Ir. Soekarno bersama
yang lainnya berjuang melalui jalur diplomasi di dalam negeri. Perjuangan militer
dilakukan oleh Jenderal Besar Sudirman dan seluruh TNI. Diplomasi di luar
negeri dilakukan oleh Mohamad Hatta, Mohamad Natsir, Sutan Syahrir, dan yang
lainnya. Mereka yang berjuang di luar negeri bukan untuk menciptakan teror dan
memaksa orang lain takut agar menyetujui kemerdekaan Indonesia. Mereka berupaya
menjelaskan kepada dunia agar memahami pentingnya kemerdekaan bagi rakyat
Indonesia dan keburukan-keburukan yang akan diderita Indonesia jika masih terus
berada di bawah kendali penjajahan. Berbagai petinggi negara dan orang-orang
berpengaruh pada berbagai negara mereka temui untuk mendapatkan dukungan
sekaligus pengakuan terhadap kedaulatan Negara Indonesia.
Mereka
jelas berhasil!
Kita
lihat Isis sekarang.
Apa
yang mereka lakukan di luar Irak dan Suriah untuk mendapatkan dukungan dari
pihak internasional?
Mereka
sama sekali tidak memberikan penjelasan yang cukup mengapa di Irak dan Suriah
harus ada negara yang baru, padahal sudah ada pemerintah yang sedang berkuasa?
Jangankan
untuk menjelaskan maksud dan tujuannya, untuk menjelaskan dirinya sendiri
secara utuh pun tidak. Sampai saat ini orang-orang masih kebingungan dengan apa
Isis ini sebenarnya.
Isis
malahan mengekspor orang-orangnya untuk melakukan aksi-aksi kekerasan di luar
negeri, termasuk di Indonesia. Setidaknya, itu yang saya pahami berdasarkan
penuturan aparat keamanan Indonesia.
Bagaimana
mungkin Isis akan menjadi sebuah negara berdaulat jika melakukan keburukan di
negara lain, termasuk di Indonesia?
Negara
mana yang akan bersimpatik kepada Isis?
Siapa
yang akan melakukan hubungan positif dengan penguasa wilayah yang gemar
melakukan kekerasan kemanusiaan?
Tak akan
ada perdagangan positif, kecuali pasar gelap.
Tak akan
ada hubungan budaya, pendidikan, teknologi, kesehatan, dan lainnya kecuali
dilakukan dalam pasar gelap.
Jika
hanya melakukan ekspor kekerasan pada berbagai negara, Isis hanya akan menjadi
segerombolan manusia yang menciptakan teror bagi kehidupan ini. Jauh sekali
dari keinginan Allah swt yang mendorong umat Islam menjadi rahmatan lil alamin, ‘rahmat bagi semesta alam’.
Isis
harus belajar banyak dari Indonesia. Jangan bermimpi menguasai dunia jika di
Irak dan Suriah saja masih belum bisa berkuasa. Berkonsentrasi saja di sana.
Kemudian, jelaskan pada dunia mengapa pemerintahan Suriah Bashar al Assad harus
dihancurkan dan mengapa pemerintahan Irak sekarang harus diganti oleh namanya
Isis. Terangkan dengan utuh siapa dan apa Isis itu sesungguhnya agar dunia
mengerti. Beritakan penderitaan dan kesemrawutan yang terjadi di Suriah dan
Irak sehingga jawabannya pemerintahan pada kedua negara itu harus dilebur ke
dalam negara yang bernama Isis. Ambil simpati dunia, terutama dunia Islam agar
memberikan dukungan demi terciptanya Negara Baru Isis. Minta maaf kepada
negara-negara yang sebetulnya berpotensi mendukung Isis, tetapi justru Isis malah
menghadiahi mereka teror. Berikan ganti rugi kepada korban yang sebetulnya
tidak tahu-menahu soal Isis.
Begitulah
caranya jika ingin membentuk sebuah negara. Akan tetapi, lain halnya kalau
memang bermaksud membuat kekacauan di muka Bumi.
Pada
pihak siapa Allah swt akan berada?
Pada
pihak pencipta perdamaian dan penebar kebaikan atau pencipta pertengkaran,
permusuhan, dan kekacauan?
Mana
yang Allah swt lebih sukai kedamaian atau perang?
Jangan
tertipu dan dikendalikan orang-orang yang sesungguhnya mencari dan mendapatkan
keuntungan dari keributan dan kesemrawutan manusia.
Berpijaklah
pada kebenaran Allah swt, jangan menggantungkan diri pada bisikan-bisikan jahat
syetan yang memenuhi dada manusia.
Ketahuilah
syetan itu minal jinnati wannas. Syetan
itu terdiri atas jin dan manusia.
No comments:
Post a Comment