Friday, 8 January 2016

Saudi Arabia Vs Iran Cuma Pengalihan Isu

oleh Tom Finaldin


Bandung, Putera Sang Surya

Saat ini berita dunia bergeser dari hiruk pikuk Isis beserta aksi-aksinya ke arah perseteruan antara Saudi Arabia versus Iran. Pertengkaran mereka disebabkan dijatuhinya hukuman mati terhadap salah satu ulama Syiah oleh Kerajaan Arab Saudi dengan dakwaan melakukan terorisme. Penjatuhan hukuman mati itu ditentang keras Iran dan rakyat Iran yang kemudian membakar Kedubes Arab di Teheran.

Tidak tahu kenapa saya jadi suka pengen tertawa melihat berita-berita semacam itu. Saya menduga perseteruan itu hanyalah merupakan upaya pengalihan isu dari berita-berita heboh tentang Isis atau merupakan perwujudan ketololan Syiah Iran. Dua hal itulah yang jadi pilihan untuk menilai kejadian itu. Kalau bukan pengalihan isu, ya Syiah Iran yang gobloknya bukan main.

Pandangan saya bahwa kejadian itu adalah pengalihan isu dari isu-isu Isis dan Suriah adalah bahwa para “perancang” huru-hara di Timur Tengah yang melibatkan Isis sudah kebingungan dan kesulitan untuk meneruskan kekacauannya. Kita bisa melihatnya dari betapa beraninya Rusia pasang badan untuk membela Bashar al Assad yang presiden Suriah itu dari berbagai kekuatan yang ingin merubuhkan pemerintahan Bashar al Assad, termasuk dari Isis. Rusia lebih berani dibandingkan Nato. Dia sendirian melakukan aksi-aksi militer dan menjalin kerja sama dengan berbagai kelompok untuk mempertahankan pemerintahan Suriah sekaligus menghancurkan Isis. Berbeda dengan Nato yang selalu teriak-teriak ngajakin negara-negara lain untuk mengeroyok pihak-pihak yang dipandang sebagai musuhnya. Keterlibatan Rusia di Suriah tentu saja membuat situasi menjadi tidak mudah. Artinya, pemerintahan Bashar al Assad tetap kokoh berkuasa, pemberontak Suriah dan Isis makin sulit mengalahkan pemerintah Suriah, dan berbagai rencana membentuk pemerintahan baru di Suriah menjadi tidak jelas.

            Di samping itu, tekanan dunia untuk segera menghentikan petualangan Isis makin keras dan nyata. Saya saja melalui blog ini menyarankan bahwa jika ingin Isis berhenti, jangan diperangi, tetapi hentikan saja bisnis minyaknya. Itu jauh lebih masuk akal dan murah secara ekonomi, sosial, dan militer. Setelah saya menulis saran tersebut, besoknya PBB langsung sepakat untuk menghentikan bisnis Isis; dua hari berikutnya Presiden Suriah Bashar al Assad berteriak bahwa Isis bisa diatasi jika pihak barat atau Nato tidak membantu Isis; seminggu kemudian petinggi Vatikan menyarankan agar menghentikan penjualan senjata pada Isis; Rusia pun tetap bersikukuh dengan pendapatnya bahwa Turki dan Nato adalah pihak-pihak yang menikmati minyak Isis. Hal-hal ini jelas menjadi hambatan yang serius bagi mereka yang mengeruk keuntungan dari huru-hara di Timur Tengah.

            Tambahan pula, setelah saya mempertanyakan dan mengkritik berbagai berita tidak masuk akal mengenai Isis dan kekacauan di Timur Tengah yang tampak bohongnya, berita-berita aneh itu tidak muncul lagi. Apalagi setelah banyak orang yang melihat kejanggalan dalam hal peristiwa bom Paris yang melibatkan orang-orang yang sama pada berbagai peristiwa, seperti, adanya kumpulan orang-orang yang tampak bersedih karena peristiwa teror, tetapi orang-orang itu selalu ada dan berperan sedih di banyak tempat yang terjadi teror. Mirip orang-orang bayaran yang dibayar untuk sedih jika ada aksi-aksi teror. Hal-hal ini tentu saja membuat para “pembuat berita” kesulitan untuk terus menipu orang dengan berita-berita janggal dan aneh. Dunia sudah tidak bisa lagi ditipu. Banyak sekali orang cerdas yang mampu melakukan analisis mendalam terhadap berita-berita yang beredar.

            Kenyataan-kenyataan yang menjadi hambatan besar inilah yang membuat kesulitan sangat rumit bagi mereka yang menikmati keuntungan dari kesemrawutan di Timur Tengah. Apalagi setelah Isis diberitakan telah mengalami kemunduran pada beberapa tempat, misalnya, kehilangan 40% wilayahnya di Irak. Situasi menjadi lebih tidak menguntungkan bagi para pecinta huru-hara.

            Karena keadaan yang semakin tidak menentu dan sulit diprediksi dengan hasil yang sulit juga diperkirakan untuk mendapatkan minyak dan kekuasaan, bahkan kebusukan mereka bisa semakin terbongkar, mereka pun mengalihkan isu ke peristiwa Saudi Arabia Vs Iran. Dengan demikian, orang-orang pun tidak lagi terlalu memikirkan Isis dan Suriah dalam arti menghentikan rasa penasaran orang tentang apa yang sebenarnya terjadi di Suriah dan apa itu sebenarnya Isis.

            Itu kalau Saudi Arabia Vs Iran dirancang untuk mengalihkan perhatian dunia dari Isis dan Suriah serta pihak-pihak yang berada di belakang mereka. Pengalihan isu itu memang menjadi daya tarik sendiri karena “pembual berita” bisa mengembangkan isu menjadi perseteruan antara Sunni Vs Syiah.

            Kalau Saudi Arabia Vs Iran bukanlah rekayasa dalam arti terjadi tanpa dirancang sebelumnya, saya melihat betapa goblok dan tololnya Iran. Vonis mati bagi ulama Syiah di Saudi Arabia itu adalah urusan kedaulatan hukum Saudi. Iran seharusnya menghormati kedaulatan hukum Saudi Arabia karena memang peristiwa melanggar hukum itu terjadi di Saudi Arabia. Kalau tidak suka terhadap hasil pengadilan Arab dan protes, boleh saja, itu hak, tetapi untuk menghentikan hukuman mati terhadap ulama Syiah, tidak perlu dengan membakar Kedubes Arab Saudi di Teheran. Pembakaran Kedubes itu merupakan penghinaan kepada Arab dan menunjukkan bahwa pemerintah Iran tidak becus dalam menjaga keamanan dan tidak menghormati kedaulatan Arab. Adalah hal yang sangat wajar jika Arab Saudi memutuskan hubungan diplomatik dengan Iran. Syiah Iran memang tolol.

            Kalau ulama Syiah yang dihukum mati itu adalah orang penting bagi Iran, kenapa tidak dicari jalan lain yang lebih konstitusional oleh Iran terhadap sistem hukum di Arab Saudi?

            Arab Saudi itu kan dikuasai keluarga Al Saud, kenapa tidak “melobi” keluarga itu  agar hukuman mati bisa dibatalkan?

            Kenapa Iran langsung bergerak dan bersikap melakukan aksi-aksi permusuhan yang tidak beradab?

            Malu dong sama orang Indonesia. Saya jadi tambah yakin bahwa bangsa Indonesia adalah diberi anugerah banyak kemuliaan oleh Allah swt. Coba lihat dan ingat ketika ada seorang pembantu yang hendak dipancung mati di Arab Saudi, rakyat Indonesia dengan cepat mengumpulkan koin dan berbagai dana untuk membebaskan saudaranya sebangsa dan setanah air. Aksi pengumpulan dana itu pernah berhasil sukses sehingga hukuman pancung terhadap TKW Indonesia di Arab Saudi dibatalkan.

            Inilah yang saya sebut Syiah Iran itu tolol bukan main. Indonesia aja bisa ngumpulin uang dalam arti menggunakan cara konstitusional untuk membebaskan seorang pembantu. Masa Iran tidak bisa membebaskan  ulama yang dihormatinya dari hukuman mati di Arab Saudi.

            Lihat Indonesia, cuma seorang pembantu aja dibela-belain tanpa harus melakukan aksi kekerasan.

Masa Iran nggak bisa membela ulamanya yang kelihatannya sebagai orang penting di Iran?

            Hei Syiah Iran!

Malu dong sama rakyat Indonesia!

            Pembantu aja dibelain sampai bebas!

            Masa kalian tidak bisa membebaskan orang penting kalian!

            Malu dong! Malu!


            Cetek banget pikiran kalian!

No comments:

Post a Comment