oleh
Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
Saat ini berita dunia
bergeser dari hiruk pikuk Isis beserta aksi-aksinya ke arah perseteruan antara
Saudi Arabia versus Iran. Pertengkaran mereka disebabkan dijatuhinya hukuman
mati terhadap salah satu ulama Syiah oleh Kerajaan Arab Saudi dengan dakwaan
melakukan terorisme. Penjatuhan hukuman mati itu ditentang keras Iran dan
rakyat Iran yang kemudian membakar Kedubes Arab di Teheran.
Tidak tahu kenapa saya jadi
suka pengen tertawa melihat berita-berita semacam itu. Saya menduga perseteruan
itu hanyalah merupakan upaya pengalihan isu dari berita-berita heboh tentang
Isis atau merupakan perwujudan ketololan Syiah Iran. Dua hal itulah yang jadi
pilihan untuk menilai kejadian itu. Kalau bukan pengalihan isu, ya Syiah Iran
yang gobloknya bukan main.
Pandangan saya bahwa
kejadian itu adalah pengalihan isu dari isu-isu Isis dan Suriah adalah bahwa
para “perancang” huru-hara di Timur Tengah yang melibatkan Isis sudah
kebingungan dan kesulitan untuk meneruskan kekacauannya. Kita bisa melihatnya
dari betapa beraninya Rusia pasang badan untuk membela Bashar al Assad yang
presiden Suriah itu dari berbagai kekuatan yang ingin merubuhkan pemerintahan
Bashar al Assad, termasuk dari Isis. Rusia lebih berani dibandingkan Nato. Dia
sendirian melakukan aksi-aksi militer dan menjalin kerja sama dengan berbagai
kelompok untuk mempertahankan pemerintahan Suriah sekaligus menghancurkan Isis.
Berbeda dengan Nato yang selalu teriak-teriak ngajakin negara-negara lain untuk
mengeroyok pihak-pihak yang dipandang sebagai musuhnya. Keterlibatan Rusia di
Suriah tentu saja membuat situasi menjadi tidak mudah. Artinya, pemerintahan
Bashar al Assad tetap kokoh berkuasa, pemberontak Suriah dan Isis makin sulit
mengalahkan pemerintah Suriah, dan berbagai rencana membentuk pemerintahan baru
di Suriah menjadi tidak jelas.
Di samping itu, tekanan dunia untuk segera menghentikan
petualangan Isis makin keras dan nyata. Saya saja melalui blog ini menyarankan
bahwa jika ingin Isis berhenti, jangan diperangi, tetapi hentikan saja bisnis
minyaknya. Itu jauh lebih masuk akal dan murah secara ekonomi, sosial, dan
militer. Setelah saya menulis saran tersebut, besoknya PBB langsung sepakat
untuk menghentikan bisnis Isis; dua hari berikutnya Presiden Suriah Bashar al
Assad berteriak bahwa Isis bisa diatasi jika pihak barat atau Nato tidak
membantu Isis; seminggu kemudian petinggi Vatikan menyarankan agar menghentikan
penjualan senjata pada Isis; Rusia pun tetap bersikukuh dengan pendapatnya
bahwa Turki dan Nato adalah pihak-pihak yang menikmati minyak Isis. Hal-hal ini
jelas menjadi hambatan yang serius bagi mereka yang mengeruk keuntungan dari
huru-hara di Timur Tengah.
Tambahan pula, setelah saya mempertanyakan dan mengkritik
berbagai berita tidak masuk akal mengenai Isis dan kekacauan di Timur Tengah
yang tampak bohongnya, berita-berita aneh itu tidak muncul lagi. Apalagi
setelah banyak orang yang melihat kejanggalan dalam hal peristiwa bom Paris
yang melibatkan orang-orang yang sama pada berbagai peristiwa, seperti, adanya
kumpulan orang-orang yang tampak bersedih karena peristiwa teror, tetapi
orang-orang itu selalu ada dan berperan sedih di banyak tempat yang terjadi
teror. Mirip orang-orang bayaran yang dibayar untuk sedih jika ada aksi-aksi
teror. Hal-hal ini tentu saja membuat para “pembuat berita” kesulitan untuk
terus menipu orang dengan berita-berita janggal dan aneh. Dunia sudah tidak
bisa lagi ditipu. Banyak sekali orang cerdas yang mampu melakukan analisis
mendalam terhadap berita-berita yang beredar.
Kenyataan-kenyataan yang menjadi hambatan besar inilah
yang membuat kesulitan sangat rumit bagi mereka yang menikmati keuntungan dari
kesemrawutan di Timur Tengah. Apalagi setelah Isis diberitakan telah mengalami
kemunduran pada beberapa tempat, misalnya, kehilangan 40% wilayahnya di Irak.
Situasi menjadi lebih tidak menguntungkan bagi para pecinta huru-hara.
Karena keadaan yang semakin tidak menentu dan sulit
diprediksi dengan hasil yang sulit juga diperkirakan untuk mendapatkan minyak
dan kekuasaan, bahkan kebusukan mereka bisa semakin terbongkar, mereka pun
mengalihkan isu ke peristiwa Saudi Arabia Vs Iran. Dengan demikian, orang-orang
pun tidak lagi terlalu memikirkan Isis dan Suriah dalam arti menghentikan rasa
penasaran orang tentang apa yang sebenarnya terjadi di Suriah dan apa itu
sebenarnya Isis.
Itu kalau Saudi Arabia Vs Iran dirancang untuk
mengalihkan perhatian dunia dari Isis dan Suriah serta pihak-pihak yang berada
di belakang mereka. Pengalihan isu itu memang menjadi daya tarik sendiri karena
“pembual berita” bisa mengembangkan isu menjadi perseteruan antara Sunni Vs
Syiah.
Kalau Saudi Arabia Vs Iran bukanlah rekayasa dalam arti
terjadi tanpa dirancang sebelumnya, saya melihat betapa goblok dan tololnya
Iran. Vonis mati bagi ulama Syiah di Saudi Arabia itu adalah urusan kedaulatan
hukum Saudi. Iran seharusnya menghormati kedaulatan hukum Saudi Arabia karena
memang peristiwa melanggar hukum itu terjadi di Saudi Arabia. Kalau tidak suka terhadap
hasil pengadilan Arab dan protes, boleh saja, itu hak, tetapi untuk
menghentikan hukuman mati terhadap ulama Syiah, tidak perlu dengan membakar Kedubes
Arab Saudi di Teheran. Pembakaran Kedubes itu merupakan penghinaan kepada Arab
dan menunjukkan bahwa pemerintah Iran tidak becus dalam menjaga keamanan dan
tidak menghormati kedaulatan Arab. Adalah hal yang sangat wajar jika Arab Saudi
memutuskan hubungan diplomatik dengan Iran. Syiah Iran memang tolol.
Kalau ulama Syiah yang dihukum mati itu adalah orang
penting bagi Iran, kenapa tidak dicari jalan lain yang lebih konstitusional
oleh Iran terhadap sistem hukum di Arab Saudi?
Arab Saudi itu kan dikuasai keluarga Al Saud, kenapa
tidak “melobi” keluarga itu agar hukuman
mati bisa dibatalkan?
Kenapa Iran langsung bergerak dan bersikap melakukan
aksi-aksi permusuhan yang tidak beradab?
Malu dong sama orang Indonesia. Saya jadi tambah yakin
bahwa bangsa Indonesia adalah diberi anugerah banyak kemuliaan oleh Allah swt.
Coba lihat dan ingat ketika ada seorang pembantu yang hendak dipancung mati di
Arab Saudi, rakyat Indonesia dengan cepat mengumpulkan koin dan berbagai dana
untuk membebaskan saudaranya sebangsa dan setanah air. Aksi pengumpulan dana
itu pernah berhasil sukses sehingga hukuman pancung terhadap TKW Indonesia di
Arab Saudi dibatalkan.
Inilah yang saya sebut Syiah Iran itu tolol bukan main.
Indonesia aja bisa ngumpulin uang dalam arti menggunakan cara konstitusional
untuk membebaskan seorang pembantu. Masa Iran tidak bisa membebaskan ulama yang dihormatinya dari hukuman mati di
Arab Saudi.
Lihat Indonesia, cuma seorang pembantu aja dibela-belain
tanpa harus melakukan aksi kekerasan.
Masa
Iran nggak bisa membela ulamanya yang kelihatannya sebagai orang penting di
Iran?
Hei Syiah Iran!
Malu
dong sama rakyat Indonesia!
Pembantu aja dibelain sampai bebas!
Masa kalian tidak bisa membebaskan orang penting kalian!
Malu dong! Malu!
Cetek banget pikiran kalian!
No comments:
Post a Comment