Saturday 23 January 2016

Tajamnya Lidah

oleh Tom Finaldin


Bandung, Putera Sang Surya

Pernah dengar peribahasa lidah lebih tajam daripada mata pedang?

Pedang memang bisa melukai orang lain, tetapi bisa melukai pula pemiliknya jika tidak hati-hati. Demikian pula lidah, bisa melukai orang lain, tetapi bisa pula melukai pemiliknya. Lidah yang saya maksud tentu saja bukan lidah dalam arti fisik, tetapi dalam arti konotatif, yaitu “berkata-kata”.

            Di Indonesia ini, bahkan di seluruh dunia, gara-gara lidah bisa mengakibatkan terjadinya pembunuhan. Orang yang tersinggung atau cekcok yang kemudian terlibat saling hina dan saling merendahkan bisa saling bunuh. Akan tetapi, itu hal yang sangat kecil meskipun sering terjadi. Hal yang sangat besar pun sebenarnya berkali-kali terjadi di Indonesia ini. Sayangnya, banyak orang yang tidak menyadarinya, bahkan tidak belajar dari berbagai peristiwa yang terjadi. Ada banyak kasus besar gara-gara lidah ini. Akan tetapi, saya hanya ingin memberikan contoh yang masih dapat diingat oleh orang banyak secara langsung.

            Kita mulai dengan pembantaian terhadap anggota dan simpatisan Partai Komunis Indonesia (PKI). Menurut beberapa sumber, sesungguhnya ada jutaan manusia yang mati dalam pembantaian ini. Ir . Soekarno sendiri, selaku Presiden RI, menyatakan kesedihannya karena banyak orang mati yang dibuang di sungai, di tengah jalan, digantung di pohon, dan disembelih. Soekarno sendiri menganggapnya bahwa kita telah memperlakukan orang-orang PKI seperti bangkai anjing. Akan tetapi, ia berterima kasih kepada Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) yang setidak-tidaknya telah menguburkan mayat-mayat itu dengan baik.

            Orang-orang boleh berkilah dan menulis macam-macam buku dengan mempertanyakan apakah adil kematian tujuh jenderal dan satu orang bocah perempuan kecil dibalas oleh kematian jutaan nyawa PKI?

            Jawabannya tentu saja tidak adil. Akan tetapi, sesungguhnya kematian tujuh jenderal yang kemudian jasadnya ditemukan di lubang buaya itu hanyalah puncak kekejian yang dilakukan elit PKI yang memicu kemarahan rakyat yang sudah sangat kesal dengan tingkah polah PKI dengan segala ajarannya. Bukan kematian para jenderal yang membuat massa menjadi beringas, tetapi kelakuan orang-orang PKI sendiri.

            Saya mendapatkan banyak ceritera dari orang-orang tua yang mengalami peristiwa itu. Orang-orang PKI itu suka menjelek-jelekkan orang, menghina orang lain seenaknya, mengajarkan untuk membenci orang lain tanpa alasan yang jelas, dan yang lainnya. Uwak saya sendiri hampir menjadi korban penculikan dan pembunuhan PKI. Menurut orang-orang, uwak saya akan diculik karena disebut sebagai orang kaya raya.

            Lho, apa salahnya menjadi orang kaya?

            Memang saat itu uwak saya termasuk orang kaya di daerahnya. Dia sekretaris salah satu perusahaan Wybert. Semacam permen pereda gatal di tenggorokan, mirip Pagoda Pastiles. Sekarang permen itu sudah tidak ada lagi.

            Kabarnya, orang-orang PKI mengajarkan untuk memusuhi orang kaya karena dianggap kapitalis. Seharusnya, yang dimusuhi itu orang-orang pelit, bukan orang kaya.

            Di samping itu, komunisme itu tidak bisa dibantah bersaudara erat atau sejiwa dengan ateisme. Orang-orang ateis itu gemar sekali menghina Allah swt dan Nabi Muhammad saw. Paling tidak, hampir 200 orang ateis asing yang berdebat dengan saya akhir-akhir ini. Mereka selalu bisa saya kalahkan. Ketika mereka kalah debat, tak memiliki lagi kalimat yang bisa mengalahkan saya, keluarlah jurus “menjijikan” mereka, yaitu menghina Allah swt dan Nabi Muhammad saw tanpa pengetahuan yang jelas.

            Mereka punya puluhan frase untuk menghina Allah swt dan Nabi Muhammad saw. Perhatikan bahasa-bahasa kotor ini. Mereka menulis kata-kata tanpa pengetahuan, seperti, Allaaahu Cockbar ….! Allaahu Fuckbar …!. Ketika menghina Nabi Muhammad saw, mereka menulis Muhammad pemerkosa! Muhammad ejakulasi dengan sperma di paha gadis kecil.

            Ada yang lebih menjijikan daripada yang sudah saya tulis itu. Namun, itu saja sudah cukup untuk membuktikan bahwa orang-orang ateis memang membuat muslim mana pun marah besar.

            Belakangan mereka menghapus penghinaan-penghinaan itu setelah saya ancam mereka. Saya memang tidak bisa berdebat lagi dengan kata-kata kotor seperti itu. Saya ancam saja mereka dengan keras.

            Tahu bagaimana saya mengancam?

            Saat itu sudah ada berita bahwa 2.000 orang Eropa bergabung dengan Isis. Sekarang sih sudah mencapai lebih dari 8.000 orang. Saya ancam mereka bahwa bisa jadi orang-orang Isis itu adalah tetangga mereka, lalu membunuh mereka di mana saja Isis menemui mereka.

            He he he … lumayan ampuh juga ancaman saya itu. Saya gunakan nama Isis untuk mengancam para penghina Islam itu. Orang-orang ateis itu ternyata takut juga. 
        
           Memang jadi kenyataan juga kan? 
       
          Isis mengatakan bahwa Paris dibom itu karena penyerangan Perancis terhadap Isis di Suriah sekaligus karena di Perancis banyak orang yang menghina Nabi Muhammad saw.

Kemungkinan besar penghinaan-penghinaan kotor itulah yang membuat setiap muslim Indonesia pada masa lalu menjadi sangat beringas untuk melakukan pembantaian terhadap orang-orang PKI ketika kesempatan membantai itu datang. Inilah yang saya sebut lidah lebih tajam daripada mata pedang. Penghinaan-penghinaan itu memicu kemarahan besar yang mengakibatkan pembunuhan besar-besaran.

Jadi, hati-hati kalau berbicara. Jangan menghina agama orang lain. Bisa mati konyol dibunuh.

Adapula kelompok kecil yang ngakunya Islam, tetapi melakukan penghinaan terhadap Islam dan kaum muslimin. Kita mungkin masih ingat ada kelompok syiah yang dibenci dan atau diusir dari kampungnya. Itu juga kemungkinan besar gara-gara lidah yang membuat orang lain marah. Kita tahu bahwa banyak kelompok syiah yang gemar melakukan penghinaan terhadap para sahabat Rasulullah saw, seperti, Abu Bakar ra, Umar bin Khattab ra, dan Usman bin Affan ra. Di samping itu, mereka pun sering memutarbalikan sejarah sekaligus menghina istri Nabi Muhammad saw, Siti Aisyah ra. Penghinaan-penghinaan itu jelas membuat orang lain marah. Siti Aisyah ra dan para sahabat Rasulullah saw yang dihina syiah itu adalah orang-orang yang dijadikan contoh hidup oleh kaum muslimin mayoritas di Indonesia.

Jadi, jangan menghina Islam dan kaum muslimin. Bisa diusir.

Sekarang soal Gafatar. Mereka diusir dari Kalimantan tempat mereka berkumpul.

Kenapa?

Pasti soal lidah.

Lidah mereka telah mengajarkan hal-hal sesat yang membuat terpisah anggota keluarga dari keluarganya. Mereka mengklaim mendapat petunjuk dari seorang mesias.

Memang sehebat apa sih mesias mereka itu mendapatkan pengalaman spiritual?

Mereka pun menafsirkan Al Quran sekehendak hati mereka, misalnya, tidak perlu shalat, puasa, dan lain sebagainya. Mereka menganggap diri mereka yang benar. Sementara itu, orang lain salah. Semuanya itu bukanlah yang nyata-nyata tercantum dalam Al Quran, melainkan penafsiran yang disesuaikan dengan hawa nafsu mereka.

Bahkan, lebih sesat lagi jika mereka mengafirkan orang lain. Padahal, tugas orang Islam itu adalah membuat orang kafir menjadi Islam, bukan memandang orang Islam sebagai orang kafir.

Wajar jika orang-orang marah, bahkan sampai mengusirnya karena setiap keluarga yang waras otak pasti tidak mau kehilangan anggota keluarganya untuk mengikuti kegiatan-kegiatan yang tidak diketahui dengan jelas dan serba rahasia. Mereka khawatir jika ada anggota keluarganya yang ketularan ikut hilang dan tidak lagi menghormati keluarganya sendiri. Mereka pun tidak mau jika ada anggota keluarganya memahami Islam secara tidak benar.

Ini bukan soal intoleransi, melainkan soal melindungi keluarga dari jalan yang sesat. Intoleransi itu adalah jika menghalangi orang lain untuk beribadat sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing. Akan tetapi, upaya mengusir ajaran sesat dan membahayakan keutuhan keluarga merupakan suatu kewajiban.

Allah swt sendiri mewanti-wanti agar umat Islam selalu menjaga diri dan keluarganya dari siksa api neraka. Jika ada ajaran yang membawa kesesatan sekaligus penghinaan bagi yang lain, sudah merupakan sesuatu hal yang wajar untuk dihalangi dan dijauhkan.
       
        Ajaran Islam yang benar adalah selalu mengajarkan untuk menjaga keutuhan keluarga dan menghormati keluarga. Bahkan, seorang muslim harus tetap berbakti kepada orangtua dan keluarganya meskipun orangtua dan keluarganya itu bukan orang Islam. Meskipun hanya dia satu-satunya yang beragama Islam dalam keluarganya, sangat tidak diperbolehkan untuk menyakiti, menghina, serta menjauhi orangtua dan keluarganya. Sepanjang orangtua dan keluarganya itu tidak menghalanginya menjadi muslim yang baik dan tidak memaksanya pada kekufuran, dia tetap harus berbakti kepada orangtua dan keluarganya.

            Jadi, ajaran yang menganjurkan terpisah dan bercerai-berai dengan keluarganya adalah ajaran sesat. Inilah lidah yang sangat tajam yang mengajarkan kesesatan yang pada akhirnya berbalik pada dirinya sendiri menjadi berbagai buah keburukan dan kesusahan.

            Jangan menghina dan jangan berbohong karena Pancasila tidak bisa bertoleransi dengan para penghina dan pembohong.

Bersikaplah “intoleran” terhadap para  penghina dan pembohong.

Kita memang tidak boleh bertoleransi dengan penghina dan pembohong.

Tak ada toleransi terhadap penghina dan pembohong!
           
           

            

No comments:

Post a Comment