oleh:
Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
Beberapa hari ini semakin
banyak orang yang cemas atas keselamatan Presiden RI Jokowi dan istrinya, Iriana
dalam misinya untuk mendamaikan perang antara Rusia dan Ukraina. Perjalanan
Jokowi dari Indonesia ke Jerman memenuhi undangan G7, lalu transit di Polandia
untuk menggunakan kereta api menuju Ibu Kota Ukraina, Kiev, menemui Presiden
Ukraina Zelensky, kemudian ke Moskow menemui Presiden Rusia Putin, mendapatkan
sorotan rakyat Indonesia, termasuk perhatian dunia internasional. Banyak sekali
doa yang dipanjatkan rakyat Indonesia dalam berbagai agama. Menurut survey,
76,7% rakyat Indonesia puas terhadap kinerja Jokowi. Wajar jika mendapatkan
banyak doa dari seluruh agama di Indonesia.
Sudah sesuatu yang normal jika rakyat Indonesia
mencemaskan pemimpinnya yang mengunjungi medan perang yang dikabarkan lebih
dahsyat dibandingkan perang dunia masa lalu. Bahkan, kata pengamat AS, tiga
hari serangan Rusia ke Ukraina menimbulkan kerusakan yang sama dengan 73 tahun
serangan Israel ke Palestina. Soal suka atau tidak suka terhadap Jokowi,
semestinya dikesampingkan dahulu karena dia bagaimana pun adalah Presiden
Indonesia. Saya tidak menyukai Presiden RI Soeharto, tetapi ketika dia keluar
negeri dan mendapatkan perlakuan tidak baik dari negara lain, saya pasti
tersinggung dan membela Soeharto. Saya tidak memilih Presiden SBY, tetapi
ketika dia mendapatkan perlakuan buruk dari negara lain, saya pasti membelanya.
Soal saya tidak suka, itu adalah urusan di dalam negeri.
Indonesia adalah ibarat sebuah keluarga. Jika ada
perselisihan di dalam keluarga, itu adalah urusan dalam keluarga, bukan urusan
orang lain. Jika kita mengajak orang lain untuk ikut campur urusan keluarga
kita, itu artinya parah dan keluarga itu
berantakan. Sudah tidak pantas lagi seorang anggota keluarga yang mengajak
pihak luar untuk merusakkan keluarganya sendiri masih disebut anggota keluarga.
Dia harusnya keluar dari keluarga itu. Tidak pantas seseorang meminta orang
lain memukuli ayahnya, kakaknya, adiknya, atau bahkan ibunya sendiri karena ada
persengketaaan keluarga. Apa pun yang terjadi dalam keluarga kita, jika anggota
keluarga kita mendapatkan perlakuan buruk dari orang lain, kita harus
membelanya. Soal perselisihan keluarga, kita selesaikan di dalam keluarga
sendiri.
Hal yang banyak dicemaskan rakyat adalah ketika Jokowi
berada di Kiev menemui Presiden Zelensky karena Ukraina adalah medan
pertempuran. Sebetulnya, dalam etika hubungan internasional, Jokowi adalah tamu
kehormatan negara. Ukraina harus menjamin keselamatan Jokowi. Demikian pula,
Rusia harus menjaga keselamatan Jokowi. Wajib hukumnya. Jaminan itu pasti
diberikan oleh Zelensky dan Putin. Jadi, selama Jokowi berada di Ukraina dan
Rusia, sudah seharusnya perang berhenti untuk tercipta kondusivitas upaya
perdamaian.
Keamanan yang diberikan Ukraina dan Rusia sudah cukup
bisa dipercaya oleh dunia untuk keselamatan Jokowi karena keduanya adalah
negara sahabat Indonesia. Jadi, sudah pasti menjaga persahabatan itu. Hal yang
tidak bisa diduga adalah adanya kemungkinan teroris “lone wolf” yang bergerak atas dasar keinginan kelompoknya sendiri
dan tidak mengatasnamakan negara tertentu. Dia atau mereka akan melakukan
tindakan-tindakan brutal karena tidak menginginkan perdamaian terjadi dan
sangat diuntungkan oleh perang tersebut. Dunia sudah mengalami kejahatan mereka
itu, seperti, pembunuhan terhadap Presiden AS Abraham Lincoln dan Kennedy.
Presiden Kuba Fidel Castro sempat mengalami ancaman yang sama berupa upaya
pembunuhan menggunakan peluru, racun yang ditaburkan di gelas susunya, atau dioleskan
di cerutunya, tetapi upaya para penjahat ini tidak berhasil terhadap Castro.
Karena ancaman yang serius, Jokowi dilengkapi dengan
Paspampres terbaik berjumlah 39 orang yang dilengkapi senjata laras panjang,
helm, dan rompi antipeluru. Itu jumlah yang diberitakan, jumlah yang
sebenarnya, saya yakin jauh lebih banyak dari itu.
Semua persiapan yang dilakukan Indonesia-Ukraina-Rusia
sudah sangat baik. Akan tetapi, hal apa pun bisa terjadi di medan tempur. Oleh
sebab itu, diperlukan doa bersama agar perdamaian bisa tercipta. Minimal, upaya
dialog awal mulai diciptakan Indonesia karena dialog pertama perdamaian yang
dilakukan oleh Turki dan dialog kedua oleh Israel telah gagal mendamaikan
mereka. Kalau perang tidak berhenti juga, dalam beberapa bulan akan terjadi
kelaparan di dunia serta prediksi IMF bahwa akan ada 60 negara yang bangkrut
dan 42 di antaranya dipastikan bangkrut, benar-benar terjadi.
Memang
Indonesia tidak ada dalam daftar negara bangkrut itu. Akan tetapi, kalau banyak
negara yang bangkrut, Indonesia akan kehilangan banyak rekan bisnis dan akan
pula menanggung banyak kerugian.
Semoga Presiden Jokowi dan rombongan tetap selamat dan
perdamaian mulai tercipta. Aamiin.
Sampurasun.
No comments:
Post a Comment