Saturday, 25 June 2022

Hebatnya Ulama Pendiri Bangsa

 

oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

Indonesia ini didirikan oleh ulama, para santri, dan para pejuang nasionalis lainnya. Orang-orang nonmuslim dan muslim yang tidak tergabung dalam organisasi keagamaan biasanya termasuk dalam golongan nasionalis. Merekalah yang disebut “founding fathers” atau “para pendiri bangsa”.  Jadi, bukan hanya Soekarno dan Mohammad Hatta, melainkan pula banyak elemen yang membidani kelahiran bangsa Indonesia.

            Kalau kita jadikan Soekarno sebagai tokoh sentral kependirian bangsa, banyak sekali ulama yang memberikan masukan dan partner debat Soekarno. Dia sendiri adalah murid dari Haji Oemar Said Tjokroaminoto. Soekarno ditemani berjuang oleh Mohammad Natsir dan Mohammad Hatta. Dia sering berdebat dengan Buya Hamka dan Haji Agus Salim. Dalam catatan sejarah, dia pun kerap berdiskusi dengan Hassan Bandung. Di samping itu, dalam mempertahankan kemerdekaan sering sekali meminta nasihat Hasyim Asyaari dan Ahmad Dahlan. Dalam sidang-sidang konstituante dipenuhi pula oleh ulama.

            Diskusi, perdebatan, dan berbagai nasihat ulama itu telah membentuk dasar-dasar kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia. Salah satu dasar yang menarik perhatian saya adalah politik luar negeri Indonesia yang “bebas dan aktif” dan sikap nonblok atau non alignment yang harus dijalankan Indonesia dalam bergaul di kancah pergaulan internasional.

            Politik luar negeri yang bebas dan aktif itu ternyata terbukti hari ini telah menyelamatkan Indonesia untuk tidak terseret-seret kepentingan asing, baik kepentingan Barat maupun Timur. Indonesia tidak boleh berpihak pada salah satu blok, tetapi harus bebas dari tekanan negara mana pun, tetapi tetap aktif mewujudkan perdamaian dunia. Indonesia harus tetap berada di tengah.

            Ulama dan para pendiri bangsa lainnya sudah punya penglihatan atau prediksi terhadap masa depan. Para ulama itu memahami kejadian-kejadian masa depan. Oleh sebab itu, mereka meletakkan dasar-dasar kehidupan bernegara, termasuk politik luar negeri bebas dan aktif agar bangsa Indonesia tetap berada dalam keadaan baik menghadapi situasi kehidupan masa depan. Makin kagum saya terhadap para ulama itu.

            Pada zaman ini semakin jelas dengan adanya perang Rusia Vs Ukraina yang didukung Amerika Serikat dan sekutunya. Indonesia dibujuk rayu sekaligus diancam jika tidak memihak Barat oleh AS dan sekutunya. Indonesia pun didekati dan dipuji-puji oleh Rusia, Cina, dan sekutunya. Akan tetapi, karena diamanati oleh para sepuhnya yang terdiri atas para ulama dan pejuang nasionalis itu, Indonesia tetap kukuh pada prinsipnya, yaitu tidak memihak Barat maupun Timur. Dengan demikian, Indonesia memiliki kesempatan yang sangat besar untuk aktif dalam mendamaikan Timur dan Barat agar kehidupan dunia berjalan lebih baik dan harmonis sesuai perkembangan zaman secara natural.

            Saat ini tampak jelas ketika dunia terbagi dua blok barat dan blok timur serta saling menguatkan kelompoknya masing-masing dan menjatuhkan lawannya, Presiden RI Jokowi malah memilih untuk berangkat menemui kedua presiden yang sedang berperang itu. Jokowi menemui Presiden Ukraina Volodymir Zelensky dan Presiden Rusia Vladimir Putin dengan pesan perdamaian. Memang tidak mungkin hanya satu atau dua kali kunjungan akan terjadi perdamaian karena perdamaian itu memerlukan upaya besar dan berbiaya mahal, tetapi dengan kehadiran Jokowi ke kedua negara yang sedang perang itu minimal berhenti perang ketika Jokowi sedang berada di kedua negara itu. Mereka harus bertangung jawab atas keselamatan Presiden Indonesia sebagai tamu kehormatan mereka.

            Meskipun demikian, Paspampres Jokowi pun sudah bersiap bertugas dengan berupa gabungan pasukan Kopassus, Den Jaka, dan Paskhas dengan senjata laras panjang yang dilengkapi helm, rompi antipeluru, dan jumlah peluru tak terbatas. Kehadiran Jokowi dengan pasukannya yang berjumlah 39 orang itu disebut publik AS, Malaysia, dan Singapura, sebagai tindakan gila.

            Indonesia memang harus berperan aktif dalam mendamaikan dunia karena itu adalah pesan para pendiri bangsa sebagai wujud dari politik luar negeri bebas aktif. Politik luar negeri ini kalau dipandang dari ajaran Islam adalah sesuai dengan keinginan Allah swt dalam “QS Al Baqarah : 143” bahwa umat Islam adalah harus menjadi “ummatan wasathan”, ‘umat pertengahan’, yang bisa juga diartikan sebagai umat penengah yang menjadi saksi atas kehidupan manusia dan memberikan solusi bagi kekisruhan manusia, tidak berat sebelah, tidak ke kanan dan tidak ke kiri, tidak ke timur dan tidak ke barat, melainkan berada di pertengahan dengan sikap seimbang dan adil.

            Sekali lagi, sungguh saya mengagumi kecerdasan dan kemampuan prediksi para ulama pendiri bangsa agar Indonesia tetap berada di jalur yang benar.

Kalaulah ada yang sok tahu dan mengecilkan, bahkan menganggap karya besar para ulama Indonesia terdahulu dalam mendirikan bangsa ini adalah sebuah kesalahan dan menganggap diri mereka sendiri adalah lebih hebat dan lebih cerdas sehingga ingin mengubah Indonesia sesuai keinginan mereka, saya hanya ingn bertanya, apa yang telah kalian lakukan untuk negeri ini dan apa yang telah kalian korbankan untuk kepentingan rakyat Indonesia?

            Sampurasun.

No comments:

Post a Comment