oleh
Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
Kegiatan positif itu adalah
saling berbagi potensi dan berbagi keuntungan. Sekelompok mahasiswa Institut
Teknologi Bandung (ITB) memilih lingkungan tempat tinggal saya yang di
Kabupaten Bandung untuk menjalankan program pengabdian dari kampusnya. Mereka bawa
uang Rp50 juta untuk digunakan dalam program itu, kemudian berkomunikasi dengan
warga. Akhirnya, disepakati untuk membuat program mencerdaskan kehidupan bangsa
dengan membangun taman baca dan balai untuk warga.
Pembangunan itu menggunakan tanah fasilitas umum (Fasum)
tepat di depan rumah saya. Kesepakatannya adalah uangnya dari mahasiswa,
sedangkan tenaga, makanan, dan peralatan kerja dari warga. Saya sendiri diminta
untuk membantu menyediakan isi pustaka dan honor untuk penjaga taman baca
nantinya kalau sudah benar-benar rampung.
Saya bilang, “Deal.”
Mudah-mudahan Allah swt membukakan jalan rezeki-Nya.
Pembangunan ini sebentar lagi selesai. Belum selesai pun sudah menjadi tempat favorit warga untuk berkumpul sambil mengasuh anak-anaknya. Taman baca diberi nama “Taman Baca Sawawa” serta balai untuk pertemuan dan penyimpanan pustaka, baik konvensional maupun digital diberi nama “Bale Sariak Layung”.
Melihat keseriusan
mahasiswa, saya harus bicara dengan dosen pembimbingnya agar para mahasiswa itu
diberi nilai “A” untuk program itu. Hal ini pun pernah terjadi kepada diri saya
ketika menjadi dosen pembimbing Kuliah Kerja Nyata (KKN) para mahasiswa
Universitas Al Ghifari. Saya pernah dipanggil makan malam oleh Ketua RW, tokoh
masyarakat, karang taruna, dan warga. Mereka meminta saya untuk memberikan
nilai di atas “80” bagi para mahasiswa
Universitas Al Ghifari yang saya bimbing selama KKN di tempat mereka. Ngotot
sekali mereka meminta saya untuk memberikan penilaian itu.
Saya bilang, “Deal.”
Saya tidak perlu lagi terlalu detail memeriksa hasil
kerja mahasiswa selama KKN. Toh, masyarakat senang dan merasakan manfaat. Permintaan
masyarakat agar saya memberikan nilai di atas 80 menunjukkan berarti mahasiswa
saya bermanfaat, tidak menyebabkan kerusakan, tidak mengajarkan hal yang
aneh-aneh, tidak mempengaruhi warga ke arah keburukan, bahkan memberikan banyak
nilai positif. Hal itu sudah cukup bagi saya untuk memberikan nilai di atas 80
bagi mahasiswa sesuai keinginan masyarakat.
Begitulah seharusnya mahasiswa dan kalangan akademisi
berkolaborasi dengan masyarakat memberikan nilai-nilai pencerdasan dan
kenyamanan bagi kehidupan bersama dalam rangka membangun kehidupan yang lebih
baik dan keharmonisan yang lebih terasa sehingga semua mendapatkan kebaikan.
No comments:
Post a Comment