Wednesday, 22 June 2022

Kalau Mau Makmur, Jangan Ribut

 


oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

Jika mengajak diskusi siapa pun tentang hal ini, jawabannya selalu sama karena berasal dari otak dan hati yang jujur.

            Kalau kita punya uang lima puluh juta dan ingin membuka toko kecil-kecilan, tempat mana yang akan dipilih untuk usaha?

            Tempat yang penduduknya tidak berpendidikan, gemar ribut, sering tawuran, banyak pertengkaran, dan miskin atau tempat yang penduduknya berpendidikan, damai, saling menghormati, tidak gemar tawuran, dan punya uang banyak?

            Jawabannya selalu sama dan para pembaca tulisan saya pun pasti menjawab hal yang sama.

            Iya, kan?

            Begitu juga dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Jika ingin maju dan makmur bersama, kita harus menjaga situasi yang aman dan damai tanpa huru hara atau tanpa keributan yang mengarah pada perpecahan secara fisik. Kalau perdebatan ilmu pengetahuan, perbedaan pendapat, atau perbedaan pilihan politik sih, tidak mengapa, tidak masalah. Bahkan, itu bagus untuk pencerdasan.

            Dengan situasi yang aman, harmonis, damai, dan terkendali akan menarik para investor dan pemilik uang atau harta yang banyak dari seluruh dunia untuk menanamkan uangnya di Indonesia. Mereka bisa membuat perusahaan-perusahaan besar pada segala bidang sehingga terbuka banyak lapangan pekerjaan untuk kita dan kita pun bisa mendapatkan nilai tambah lainnya dari pajak, perputaran bisnis, serta alih teknologi. Kita bisa belajar dari mereka sehingga pada masa depan kita semakin mandiri karena memiliki banyak pengetahuan dan investasi yang banyak.

            Kalau selalu gemar ribut dan perpecahan, siapa yang tertarik menanamkan uangnya untuk bisnis di Indonesia?

             Itulah sebabnya Presiden Soeharto pada masa Orba melakukan tindakan yang sangat keras untuk membuat negara stabil dan tertib sehingga pada zamannya disebut sebagai “ekonomi adalah panglima”, berbeda daripada era Presiden Soekarno yang disebut “politik adalah panglima”. Sayangnya, Soeharto terlalu ekstrim sehingga membungkam aspirasi rakyat dan sangat kejam terhadap mereka yang berbeda pandangan, orang bisa tiba-tiba gila atau hilang tak diketahui di mana kuburannya. Dia dijatuhkan karena hal itu salah satunya.

            Pada masa ini diharapkan panglimanya adalah kesadaran diri dan penegakkan hukum yang tegas dan adil sehingga situasi tetap bisa terkendali untuk membuat suasana bisnis berjalan dengan baik dan menguntungkan.

            Baru-baru ini ada contoh menarik, yaitu Elon Musk yang awalnya diharapkan untuk membuat pabrik Tesla di Indonesia, ternyata memilih untuk membangun pabrik di Thailand. Dia memang membuat pabrik juga di Indonesia, tetapi hanya pabrik baterai yang bisa menyimpan listrik ratusan watt atau mungkin lebih dari seribu watt. Nilainya jelas jauh antara pabrik mobil dan pabrik baterai. Kalau pabrik Tesla ada di Indonesia, terbayang puluhan ribu orang bisa bekerja mengikuti perputaran bisnis Tesla. Keputusan Elon Musk untuk mendirikan pabrik di Thailand menggugurkan banyak kesempatan dan harapan untuk kita.

Beberapa pengamat menganalisa bahwa salah satu alasan Elon Musk tidak jadi membangun pabrik Tesla di Indonesia adalah adanya konflik-konflik dan potensi perpecahan yang ada di kalangan rakyat Indonesia meskipun itu bukan satu-satunya alasan. Elon Musk memang dikenal sangat pemilih dalam menanamkan uangnya. Dia menilai juga sejauh mana sebuah negara menghormati lingkungan, sikap para pengusaha terhadap karyawan, kemudahan birokrasi terhadap rakyat dan para pengusaha, serta yang lainnya.

Pendapat para analis ini bisa debatable, bisa didebat kebenarannya. Akan tetapi, cukuplah menjadi pelajaran bahwa untuk menjadi maju dan makmur, situasi harus diciptakan damai, aman, dan harmonis agar ada banyak uang yang masuk untuk diputarkan dalam bisnis serta menguntungkan banyak pihak. Kalau gemar tawuran dan huru hara, sangat sulit akan terjadi perputaran usaha secara positif.

Ekstrimnya, siapa yang akan menanamkan uangnya untuk buka usaha di Ukraina sekarang?

Tidak ada.

Siapa yang akan menanamkan uangnya di Afghanistan?

Cina mulai berani bisnis di Afghanistan, tetapi masih memperhatikan situasi hingga benar-benar aman untuk berbisnis di sana.

Mari ciptakan Indonesia yang harmonis dan untung bersama. Insyaallah.

Sampurasun.

No comments:

Post a Comment