oleh
Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
Negara-negara terkuat di
dunia yang tergabung dalam G7 ternyata masih belum memahami Indonesia, bahkan
mungkin juga belum paham tentang negara-negara di Asia dan Afrika. Itu mungkin
disebabkan mereka tidak pernah ingin tahu tentang negara lain serta hanya ingin
mendengar dan hanya ingin menunjukkan dirinya sendiri yang sangat kuat, makmur,
dan tinggi dibandingkan negara lainnya. Hal itu bisa dilihat dari pertanyaan
mereka yang ditujukan kepada Presiden RI Jokowi dengan pertanyaan memaksa ketika
diundang sebagai tamu dalam pertemuan G7 di Jerman.
Mereka menginginkan kepastian Indonesia dari Jokowi,
“Apakah Indonesia pro-Ukraina (Barat) atau pro-Rusia?”
Pertanyaan itu jelas menunjukkan bahwa mereka tidak
memahami konsep “Politik Luar Negeri
Bebas dan Aktif” yang dianut Indonesia. Bagi mereka, hanya ada “hitam dan putih”; kalau tidak bersama
kami, berarti musuh kami; kalau tidak pro-Barat, berarti musuh Barat.
Untungnya, Jokowi patuh pada politik luar negeri yang disepakati para ulama,
para santri, dan para pejuang nasionalis untuk tetap tidak berpihak ke mana
pun, tetapi aktif menjaga ketertiban dan menciptakan perdamaian dunia. Kalau
tidak patuh, Jokowi akan bermasalah di dalam negeri Indonesia dengan para
pecinta NKRI. Itu berbahaya karena sangat besar kekuatannya. Kalau cuma
bermasalah dengan pendukung khilafah, itu mah kecil.
Sikap Jokowi yang kukuh tetap di tengah itu sudah
memberikan pelajaran kepada negara-negara super power itu untuk lebih memahami
sikap Indonesia yang tidak mau terseret-seret arus blok mana pun.
Sikap
Jokowi itu diperkuat pula oleh pernyataan Menteri Pertahanan RI Prabowo
Subianto dalam pertemuan para menteri pertahanan dunia dengan sangat tegas,
“Musuh kalian belum tentu musuh kami.”
Negara-negara
terkuat itu mungkin sudah mulai tertarik dan paham terhadap sikap Indonesia.
Mereka tidak memiliki alasan untuk memusuhi Indonesia karena Indonesia tidak
memusuhi mereka. Rusia pun tidak punya alasan untuk memusuhi Indonesia karena
meskipun Indonesia bersahabat dengan barat, tidak mungkin memusuhi Rusia.
Saya
juga tidak mengerti kenapa negara-negara terkuat itu berpakaian seperti Jokowi
dengan baju putih dan lengan digulung?
Ini
tidak biasa. Mereka biasanya menggunakan tuxedo mahal dengan dasi yang rapi.
Kalau kegerahan, kan tinggal setel AC lebih dingin saja hingga seperti musim
salju, nggak perlu buka jas, lalu hanya pakai kemeja seperti Jokowi.
Orang-orang
bilang, mereka terpengaruhi Jokowi. Disebutnya, “Jokowi effect” atau “Jokowi
Style”. Pengaruh Jokowi atau Gaya Jokowi.
Jokowi Effect, Jokowi Style (Foto: Terkini.Id) |
Foto
para pemimpin negara-negara terkuat di dunia yang berpakaian seperti Jokowi
saya dapatkan dari Terkini id.
Sekarang
mereka harus paham tentang sikap Indonesia dalam berhubungan secara
internasional. Ke depan, mereka harus belajar Dasasila Bandung yang lebih baik
dibandingkan Persatuan Bangsa Bangsa (PBB), apalagi sekarang PBB sudah
menyatakan menyerah dalam menangani kasus perang Rusia Vs Ukraina yang
disponsori pihak Barat.
Pancasila
adalah lima sila yang menjadi dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia dan
khusus untuk Indonesia. Adapun Dasasila Bandung adalah sepuluh sila yang harus
digunakan seluruh bangsa di dunia agar tercipta keamanan, ketertiban, dan
keadilan. Dasasila Bandung adalah dasar-dasar yang disepakati oleh para ulama
dan para pejuang nasionalis dunia yang terdiri atas 29 negara yang pernah
dijajah. Mereka membentuknya di Kota Bandung, Jawa Barat, Indonesia.
Sayangnya,
negara-negara mulai melupakannya, bahkan bangsa Indonesia pun mungkin
melupakannya. Lebih jauh lagi, warga Kota Bandung pun mungkin tidak
mengenalnya. Parah.
Beruntung,
pemerintah membuat monumen Dasasila Bandung berikut isinya di seputaran Jln.
Asia Afrika, Bandung. Jalan-jalan saja ke seputaran Gedung Merdeka, Bandung.
Insyaallah, akan menemukan monumen itu. Foto monumen Dasasila Bandung saya
dapatkan dari Indo Public Art Archive.
Monumen Dasasila Bandung (Foto: Indo Public Art Archive) |
Jangan
berpikir macam-macam, para ulama dan para pejuang nasionalis sudah membentuk
Pancasila untuk Indonesia dan Dasasila Bandung untuk dunia. Kita tinggal
melaksanakannya, insyaallah tercipta rahmatan
lil alamin.
Kalau
ada pihak yang merasa lebih hebat, lebih shaleh, dan lebih pintar dibandingkan
para ulama dan para pejuang nasionalis yang berpikir membentuk dasar-dasar
kehidupan untuk kemaslahatan dunia sehingga ingin mengubah dunia sesuai dengan
keinginannya, coba cari bukti dan tunjukkan jasa-jasa mereka untuk keselamatan
umat manusia di dunia ini. Saya pasti menghargainya kalau memang ada. Kalau
tidak ada, ya memang tidak ada apa-apanya.
No comments:
Post a Comment