Sunday, 3 July 2022

Negara Terkuat Belajar Indonesia

 

oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

Negara-negara terkuat di dunia yang tergabung dalam G7 ternyata masih belum memahami Indonesia, bahkan mungkin juga belum paham tentang negara-negara di Asia dan Afrika. Itu mungkin disebabkan mereka tidak pernah ingin tahu tentang negara lain serta hanya ingin mendengar dan hanya ingin menunjukkan dirinya sendiri yang sangat kuat, makmur, dan tinggi dibandingkan negara lainnya. Hal itu bisa dilihat dari pertanyaan mereka yang ditujukan kepada Presiden RI Jokowi dengan pertanyaan memaksa ketika diundang sebagai tamu dalam pertemuan G7 di Jerman.

            Mereka menginginkan kepastian Indonesia dari Jokowi, “Apakah Indonesia pro-Ukraina (Barat) atau pro-Rusia?”

            Pertanyaan itu jelas menunjukkan bahwa mereka tidak memahami konsep “Politik Luar Negeri Bebas dan Aktif” yang dianut Indonesia. Bagi mereka, hanya ada “hitam dan putih”; kalau tidak bersama kami, berarti musuh kami; kalau tidak pro-Barat, berarti musuh Barat. Untungnya, Jokowi patuh pada politik luar negeri yang disepakati para ulama, para santri, dan para pejuang nasionalis untuk tetap tidak berpihak ke mana pun, tetapi aktif menjaga ketertiban dan menciptakan perdamaian dunia. Kalau tidak patuh, Jokowi akan bermasalah di dalam negeri Indonesia dengan para pecinta NKRI. Itu berbahaya karena sangat besar kekuatannya. Kalau cuma bermasalah dengan pendukung khilafah, itu mah kecil.

            Sikap Jokowi yang kukuh tetap di tengah itu sudah memberikan pelajaran kepada negara-negara super power itu untuk lebih memahami sikap Indonesia yang tidak mau terseret-seret arus blok mana pun.

Sikap Jokowi itu diperkuat pula oleh pernyataan Menteri Pertahanan RI Prabowo Subianto dalam pertemuan para menteri pertahanan dunia dengan sangat tegas, “Musuh kalian belum tentu musuh kami.”

Negara-negara terkuat itu mungkin sudah mulai tertarik dan paham terhadap sikap Indonesia. Mereka tidak memiliki alasan untuk memusuhi Indonesia karena Indonesia tidak memusuhi mereka. Rusia pun tidak punya alasan untuk memusuhi Indonesia karena meskipun Indonesia bersahabat dengan barat, tidak mungkin memusuhi Rusia.

Saya juga tidak mengerti kenapa negara-negara terkuat itu berpakaian seperti Jokowi dengan baju putih dan lengan digulung?

Ini tidak biasa. Mereka biasanya menggunakan tuxedo mahal dengan dasi yang rapi. Kalau kegerahan, kan tinggal setel AC lebih dingin saja hingga seperti musim salju, nggak perlu buka jas, lalu hanya pakai kemeja seperti Jokowi.

Orang-orang bilang, mereka terpengaruhi Jokowi. Disebutnya, “Jokowi effect” atau “Jokowi Style”. Pengaruh Jokowi atau Gaya Jokowi.


Jokowi Effect, Jokowi Style (Foto: Terkini.Id)


Foto para pemimpin negara-negara terkuat di dunia yang berpakaian seperti Jokowi saya dapatkan dari Terkini id.

Sekarang mereka harus paham tentang sikap Indonesia dalam berhubungan secara internasional. Ke depan, mereka harus belajar Dasasila Bandung yang lebih baik dibandingkan Persatuan Bangsa Bangsa (PBB), apalagi sekarang PBB sudah menyatakan menyerah dalam menangani kasus perang Rusia Vs Ukraina yang disponsori pihak Barat.

Pancasila adalah lima sila yang menjadi dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia dan khusus untuk Indonesia. Adapun Dasasila Bandung adalah sepuluh sila yang harus digunakan seluruh bangsa di dunia agar tercipta keamanan, ketertiban, dan keadilan. Dasasila Bandung adalah dasar-dasar yang disepakati oleh para ulama dan para pejuang nasionalis dunia yang terdiri atas 29 negara yang pernah dijajah. Mereka membentuknya di Kota Bandung, Jawa Barat, Indonesia.

Sayangnya, negara-negara mulai melupakannya, bahkan bangsa Indonesia pun mungkin melupakannya. Lebih jauh lagi, warga Kota Bandung pun mungkin tidak mengenalnya. Parah.

Beruntung, pemerintah membuat monumen Dasasila Bandung berikut isinya di seputaran Jln. Asia Afrika, Bandung. Jalan-jalan saja ke seputaran Gedung Merdeka, Bandung. Insyaallah, akan menemukan monumen itu. Foto monumen Dasasila Bandung saya dapatkan dari Indo Public Art Archive.


Monumen Dasasila Bandung (Foto: Indo Public Art Archive)


Jangan berpikir macam-macam, para ulama dan para pejuang nasionalis sudah membentuk Pancasila untuk Indonesia dan Dasasila Bandung untuk dunia. Kita tinggal melaksanakannya, insyaallah tercipta rahmatan lil alamin.

Kalau ada pihak yang merasa lebih hebat, lebih shaleh, dan lebih pintar dibandingkan para ulama dan para pejuang nasionalis yang berpikir membentuk dasar-dasar kehidupan untuk kemaslahatan dunia sehingga ingin mengubah dunia sesuai dengan keinginannya, coba cari bukti dan tunjukkan jasa-jasa mereka untuk keselamatan umat manusia di dunia ini. Saya pasti menghargainya kalau memang ada. Kalau tidak ada, ya memang tidak ada apa-apanya.

Sampurasun.

No comments:

Post a Comment