oleh
Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
Beginilah indahnya memiliki politik
luar negeri bebas dan aktif. Ketika para sahabat bertengkar, berkelahi,
berperang, kita tidak memihak salah satu dari mereka, tetapi, berupaya
mendamaikan mereka. Dengan demikian, kita tetap dihormati oleh semua pihak. Jika
memihak salah satu, kita akan menjadi musuh bagi yang lainnya. Itu bukanlah
Indonesia. Indonesia itu harus “thousands
friends and zero enemy”, ‘ribuan teman dan nol musuh’.
Sebelum Jokowi ke Kyiv menemui Presiden Ukraina Zelensky,
Rusia membombardir Kyiv. Akan tetapi, ketika Jokowi datang, Rusia berhenti
membombardir Kota Kyiv dan Kota Irpin karena kedua kota itu didatangi Jokowi.
Di Kyiv Jokowi memberikan bantuan medis dan bertemu Zelensky, sedangkan di
Irpin meninjau kehancuran puing-puing akibat bombardir Rusia. Setelah Jokowi
pergi dari Ukraina pun Kyiv dan Irpin tidak lagi menjadi sasaran tembak Rusia,
entah untuk berapa lama.
Ketika Jokowi meninggalkan Ukraina menuju Rusia untuk
menemui Presiden Putin, Rusia melakukan pertukaran tahanan perang dengan Ukraina
sebagai tindakan kemanusiaan. Di samping itu juru bicara Rusia menjelaskan
bahwa perang bisa berakhir dalam sehari dan selamanya jika Ukraina menyetujui
syarat-syarat yang diinginkan Rusia.
Tambahan
pula, Rusia segera menarik mundur pasukannya dari Pulau Ular karena paham bahwa
Jokowi akan meminta itu agar Pelabuhan Kapal Laut di wilayah Laut Hitam itu
bisa lagi berlayar untuk memasok makanan, terutama gandum, biji-bijian lainnya,
dan pupuk ke seluruh dunia. Jika tidak, ratusan juta, bahkan miliaran manusia bisa
kelaparan dan itu sangat berbahaya bagi seluruh dunia.
Rusia
menjelaskan bahwa penarikan mundur pasukannya dari Pulau Ular itu tujuannya
adalah untuk kemanusiaan dan agar PBB bisa mengatur lagi pasokan makanan ke
seluruh dunia sebagaimana yang diinginkan Jokowi. Presiden Putin pun
menjelaskan bahwa bukan dirinya yang membuat pasokan makanan itu terhenti,
melainkan Ukraina dan pihak barat yang memasang ranjau-ranjau di Laut Hitam.
Setelah kedatangan Jokowi, Rusia mundur. Akan tetapi, mundurnya Rusia ini
diklaim oleh Ukraina sebagai kemenangan Ukraina mengalahkan Rusia di Pulau Ular
dan meningkatkan semangat prajurit Ukraina untuk mengambil alih wilayah-wilayah
Ukraina yang telah dikuasai oleh Rusia.
Begitulah
mereka, tidak mau kehilangan muka dan harga diri. Rusia menjelaskan bahwa
mereka mundur adalah untuk membuka jalan bagi kemanusiaan, bukan kalah perang, sedangkan
Ukraina mengklaim Rusia mundur karena kalah perang di Pulau Ular itu dan bukan
untuk kemanusiaan seperti yang diminta Jokowi.
Ya,
sudahlah, hal yang penting adalah satu hari setelah Jokowi datang mengunjungi
Ukraina dan Rusia, ranjau-ranjau laut sudah dibersihkan dan kapal-kapal dagang
bisa lagi beroperasi untuk memasok makanan serta berbagai bahan pangan lain
untuk berbisnis ke seluruh dunia dan mencegah kelaparan. Itu yang penting bagi
kita karena jika tidak begitu, Indonesia pun akan mengalami kelaparan yang
sama.
Indonesia
tidak punya kepentingan politik terhadap perang itu. Hal yang dilakukan
Indonesia adalah berupaya secara perlahan menciptakan perdamaian dan hal yang
harus dilakukan cepat adalah memberikan makanan ke seluruh dunia karena makanan
adalah kebutuhan dasar manusia di mana pun berada.
Perang
masih berlanjut, tetapi satu langkah kecil telah menyelamatkan miliaran nyawa
manusia. Allah swt melihat itu.
No comments:
Post a Comment