oleh
Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
Sebetulnya bukan hanya mie
instant yang naik, melainkan pula segala bahan makanan yang berbahan baku
gandum, seperti, roti, kue, sereal, bubur bayi, dan bubur bagi lanjut usia.
Kenaikan harga ini disebabkan pasokan terbesar gandum dunia sebesar 40% berasal
dari Rusia dan Ukraina. Kedua negara ini sekarang sedang sibuk berperang saling
bunuh. Dengan demikian, gandum tidak bisa keluar dari pelabuhan dan yang sudah
keluar dari pelabuhan pun terkatung-katung di laut.
Hal yang lebih mengerikan adalah pernyataan Menteri
Pertanian RI Syahrul Yasin Limpo bahwa harga mie instant bisa naik tiga kali
lipat. Bayangkan, jika sekarang harganya Rp3.000,-, bakal naik menjadi
Rp9.000,-. Mahal sekali.
Kalau kenaikan harga itu benar-benar terjadi, maka
seluruh mahasiswa kost-kostan di Indonesia harus serius mengutuk perang Rusia
Vs Ukraina yang dibantu Nato itu. Kita tahu banyak mahasiswa lebih memilih mie
karena instant, cepat, dan harganya murah. Gara-gara perang, makanan favorit
itu jadi sulit dibeli karena mahal. Di samping itu, rakyat Indonesia penggemar
mie instant pun harus mengutuk benar-benar perang yang terjadi karena mie
instant sudah merupakan bagian dari kehidupan berbangsa dan bernegara
Indonesia.
Terkutuklah perang!
Hidup mie instant!
Memang tidak menyehatkan sih kebanyakan makan mie
instant, tetapi dalam keadaan tertentu makanan ini tetap menjadi favorit.
Meskipun demikian, perang tidak perlu menjadi alasan
utama. Rakyat sudah menggaji pemerintah, sudah selayaknya Menteri Pertanian
bekerja sama dengan Menteri Perdagangan dan Menteri Luar Negeri mencari alternatif
dari negara lain di luar Rusia dan Ukraina untuk memenuhi kebutuhan gandum
dalam negeri agar rakyat masih bisa menikmati mie instant dengan harga
terjangkau. Para pengusaha atau produsen makanan Indonesia berbahan baku gandum
pun harus menjadi mitra aktif dalam mengatasi kelangkaan gandum ini agar
produksinya masih bisa dibeli oleh rakyat dengan murah. Di samping itu, rakyat
pun harus mulai belajar mengganti makanan mie dengan makanan berbiaya murah
lainnya, misalnya, singkong. Tanamlah singkong banyak-banyak di setiap jengkal
tanah yang dimiliki untuk bisa menjadi bahan konsumsi kita. Para petani
singkong dan pengusaha kuliner harus bisa lebih aktif merekayasa singkong agat
lebih menarik dan menjadi makanan pengganti sekaligus makanan tambahan berbiaya
murah.
Mudah-mudahan tidak terjadi kenaikan harga. Kalaupun
terjadi, mudah-mudahan naik sedikit, dan tidak sampai tiga kali lipat. Kasihan
para penggemar mie instant.
Hidup mie instant!
Hidup singkong Indonesia!
Sampurasun.
No comments:
Post a Comment