oleh
Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
Para perokok biasanya kalau
dikritik soal kebiasaan merokoknya, tak jarang bilang bahwa perokok adalah
penyumbang besar bagi pendapatan negara. Bahkan, ada yang bilang sebagai
penyumbang terbesar bagi keuangan negara. Kalau soal terbesar, saya tidak tahu.
Akan tetapi, sumbangan para perokok itu memang sangat besar bagi keuangan
negara.
Hal ini diakui sendiri oleh Menteri Keuangan terbaik se-dunia
Sri Mulyani. Memang pendapatan Negara Indonesia dari rokok itu sangat besar.
Akan tetapi, negara pun harus mengeluarkan uang yang juga sangat besar ketika
para perokok itu sakit. Negara harus mengeluarkan biaya kesehatan, mulai
obat-obatan, alat medis, teknologi tinggi, dan rumah sakit berkualitas untuk
menyembuhkan orang yang sakit akibat dari kebiasaan merokok.
Hal yang belum kita tahu adalah apakah pendapatan negara
dari rokok itu lebih besar atau lebih kecil dibandingkan biaya kesehatan yang
harus dikeluarkan negara ketika para perokok itu sakit. Kalau pendapatan dari
rokok lebih besar daripada pengeluaran untuk kesehatannya, merokok adalah
kegiatan yang sangat menguntungkan perekonomian negara. Akan tetapi,
sebaliknya, jika pengeluaran negara lebih besar untuk mengobati penyakit akibat
rokok dibandingkan pendapatan dari rokok, merokok adalah kegiatan yang sangat
merugikan ekonomi negara.
Hitungan itu belum disampaikan Menteri Keuangan RI Sri
Mulyani. Kita belum tahu. Jadi, kita belum paham apakah merokok itu
menguntungkan atau merugikan ekonomi negara.
Buat para perokok, agar negara tidak mengeluarkan uang
untuk menyembuhkan penyakit akibat rokok, sebaiknya cari atau bikin secara
kreatif rokok yang tidak menimbulkan penyakit.
Rokok apa itu?
Nggak tahu da belum pernah ada.
Mari
kita cari tahu atau kita bikin baru meskipun kita belum tahu rokok apa itu.
Jadi, … ya sudahlah.
Ngopi, Lur!
Ngopinya sambil ngerokok jangan ya?
Hmmm ….
Sampurasun
No comments:
Post a Comment