Monday, 15 May 2023

Kiyai Imad Tantang Ulama Sedunia

 

oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

Kebiasaan songong sih. Padahal, sudah saya bilang bahwa setelah Ketua Umum PBNU Gus Yahya meredam pertentangan, seharusnya para habib diam, bikin situasi yang lebih kondusif. Hal itu disebabkan mereka memang tidak punya sumber data yang bisa dipercaya dan otentik, kitab rujukan abad awal tidak ada, sertifikat internasional tidak ada, serta tes DNA pun tidak mau. Mereka sangat lemah, sudah seharusnya mulai diam karena memang kalah data dan lemah bukti. Para habib tidak bisa membuktikan dengan benar bahwa mereka adalah keturunan Nabi Muhammad saw. Akan tetapi, sayangnya, oknum-oknum habib songong ini malah bikin narasi-narasi aneh, video-video aneh, terus-terusan kasar, caci maki, serta tetap jualan promo syafaat, kuwalat, tuduhan syiah, yahudi, dan lain sebagainya untuk menipu orang-orang bodoh yang otaknya sudah terkuasai untuk dibodohi.

            Jika ingin berdiskusi dan berdebat, Kiyai Imaduddin Utsman Al Bantani menyediakan diri, baik untuk berdebat langsung maupun melalui media online. Banyak memang yang teriak-teriak berani untuk berdebat, tetapi tidak ada buktinya, Omdo, omong doang. Misalnya, Bahar bin Smith berani untuk berdebat selama sebulan, tetapi tidak juga terjadi, ngomongnya aja yang keras, ilmunya sih tidak ada. Demikian juga Qurtubi, pentolan FPI Banten, menantang debat Kiyai Imad, tetapi tidak mau live dan jangan diliput media, itu kan omong doang. Kalau sembunyi-sembunyi, bisa main persekusi dan main gerombolan karena tidak terdeteksi masyarakat luas.


Kiyai Imaduddin Utsman Al Bantani (Foto: Harianexpose.com)


            Saya lebih menyukai Hanif Al Athos, menantu Rizieq Shihab, yang membuat tulisan bantahan kepada Kiyai Imad. Dia bikin lagi artikel untuk membuktikan tersambungnya Ba Alawi kepada Nabi Muhammad saw. Begitu seharusnya meskipun tulisan Hanif dengan sangat mudah dipatahkan oleh Kiyai Imad.

Tidak jauh-jauh seperti yang sudah saya tulis sebelumnya, sudah pasti, dicek kitab rujukannya terlebih dahulu: siapa penulisnya? Ditulis tahun berapa atau abad berapa? Di mana ditulisnya?

Tidak benar jika catatan nasab yang ditanyakan awal abad 4 atau 5 dijawab oleh catatan atau tulisan yang dibuat pada tahun 2023 atau 1444 H. Seharusnya, ditunjukkan tulisan yang dibuat pada awal abad 4, 5, atau 6.

Meskipun tulisan Hanif Al Athos mudah sekali dipatahkan, itu tetap harus dihormati karena telah menyumbangkan perkembangan ilmu walaupun sedikit, bahkan salah. Soal salah dan benar itu nomor dua. Kita bisa tahu salah atau benar itu setelah diuji secara ilmiah. Kalaupun salah, tetap sudah punya pahala, yaitu pahala berpikir.

Karena mereka kesulitan mengalahkan Kiyai Imad, tampaknya mereka mengundang kolega-kolega mereka, ulama dari Yaman atau Timur Tengah untuk membuktikan nasab mereka tersambung kepada Nabi Muhammad saw. Akan tetapi, sayangnya, tulisan ulama-ulama itu pun sama, tidak jauh seperti apa yang dibuat oleh Hanif Al Athos. Untuk memahami hal ini, silakan ikuti chanel youtube Hanif Farhan. Terlalu panjang kalau saya menulis itu, lebih baik dari saluran aslinya yang digunakan oleh Kiyai Imaduddin. Tulisan para ulama itu pun mudah sekali dipatahkan Kiyai Imad. Seperti yang sudah saya bilang berkali-kali, pasti kitab rujukannya yang dipermasalahkan terlebih dahulu.

Ada memang yang mengklaim punya kitab pada abad ke-4, tetapi penulisnya tidak dikenal, tidak masyhur, atau majhul. Penulisnya tidak dikenal oleh para ahli nasab pada abad itu. Penulis terkenal itu pasti hasil tulisan atau karyanya dijadikan kutipan atau dikutip oleh para ahli nasab pada zaman itu. Kalau tidak pernah dikutip, ya tidak masyhur. Ada pula yang menurut saya lucu, yaitu meminta ulama Yaman untuk menandatangani bahwa Ba Alawi adalah benar keturunan Nabi Muhammad saw.

Untuk apa tanda tangan itu?

Tetap saja bakal ditanyakan dari mana dia tahu bahwa Ba Alawi atau Ubaidillah itu anak dari Ahmad bin Isa dan tersambung kepada Rasulullah saw? Dari mana sumbernya?

 Perilaku oknum-oknum habib inilah yang membuat Kiyai Imad menantang ulama seluruh dunia untuk membuktikan dua hal. Pertama, terputusnya nasab para habib kepada Rasulllah saw. Kedua, membuktikan palsunya hadits-hadits untuk mencintai dan menghormati keturunan Rasulullah saw.

Menurut Kiyai Imad, yang disebut ahlul bait atau keluarga Rasulullah saw itu adalah Fatimah, Hasan, Husen, Ali, dan Bani Muthalib. Setelah itu, tidak ada ahlul bait. Keturunan Nabi saw setelah itu disebut dzuriyah bukan ahlul bait. Hadits-hadits mengenai fadillah atau kemuliaan ahlul bait itu kembali kepada orang-orang yang disebut tadi dan bukan kepada keturunannya. Bahkan, menurutnya, makna hadits-hadits itu telah dirampas untuk ditujukan dan digunakan orang-orang yang suka mengaku-aku keturunan Nabi saw. Tidak wajib untuk mencintai dan menghormati keturunan Rasulullah saw. Tidak wajib itu bukan berarti haram atau tidak boleh. Kalau mau mencintai atau menghormati, bagus. Bersikap biasa-biasa juga tidak apa-apa. Kiyai Imad bersedia berdebat dan memeriksa hadits-hadits itu selama tiga hari tiga malam. Hal yang wajib untuk dicintai dan dihormati itu adalah orang-orang yang berilmu atau para ulama. Ada ribuan ayat tentang wajibnya menghormati ilmu dan menghormati orang berilmu.

Begitulah tantangan Kiyai Imaduddin Al Bantani. Seperti saya bilang, kalau memang mau membantah, bikin karya ilmiah tandingan. Kalau tidak bisa, jangan songong, buatlah situasi lebih tenang sehingga tidak timbul kemarahan dari keturunan wali songo. Tidak kata terlambat untuk memperbaiki hubungan dan mengoreksi diri. Kita semua manusia yang sangat mudah untuk berbuat kesalahan, tetapi Allah swt membuat pula jalan untuk memperbaiki kesalahan itu menjadi hal yang sangat baik dan diridhoi Allah swt.

Soal nasab ini sudah jadi melebar ke mana-mana, malah cenderung membahayakan kehidupan yang harmonis. Kalau mau lebih cepat selesai, buktikan dengan tes DNA. Kiyai Imad menantang warga Banten, Bandung, Garut, dan Sumedang untuk tes DNA agar membuktikan mereka adalah keturunan Prabu Sliwangi. Rakyat pun mengatakan siap untuk tes DNA jika diminta oleh Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil.

Begitulah. Tenang, bikin suasana lebih nyaman, baik di dunia nyata maupun di dunia maya.

Sampurasun

No comments:

Post a Comment