Sunday, 21 May 2023

Lucu, Kiyai Imaduddin Dilaporkan ke Polisi

 

oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

Bagi saya beneran lucu ini. Beberapa waktu lalu saya sudah menulis bahwa Gus Fuad Plered ingin melaporkan Rabithah Alawiyah, organisasi para habib, ke polisi karena telah melakukan kebohongan publik sejak 1928 dengan mengaku sebagai keturunan Nabi Muhammad saw, padahal tidak ada buktinya. Gus Fuad menyandarkan pendapatnya itu pada hasil penelitian Kiyai Imaduddin yang menegaskan bahwa nasab Ba Alawi terputus dari Nabi Muhammad saw selama 550 tahun. Artinya, para habib di Indonesia ini tidak terbukti secara ilmiah bahwa mereka adalah keturunan Nabi Muhammad saw.

            Keinginan Gus Fuad itu ditentang Kiyai Imad. Sebagai seorang akademisi, Kiyai Imad tidak ingin memenjarakan orang lain. Dia ingin justru ilmu pengetahuan berkembang dan masyarakat menjadi cerdas. Kelihatan sekali Kiyai Imad itu seorang akademisi karena bagi seorang akademisi, kepuasannya adalah mendapatkan ilmu baru, bukan mengalahkan orang atau menjatuhkan orang lain. Bahkan, orang yang berbeda pendapat dengannya akan dianggap sebagai partner berpikir untuk mendapatkan ilmu pengetahuan baru. Itulah ciri-ciri seorang alim.

            Gus Fuad harus puas meskipun tidak puas dengan penentangan Kiyai Imad. Toh, yang membuat penelitian adalah Kiyai Imad bukan Gus Fuad atau orang lain. Gus Fuad sendiri tampaknya bukan ingin memenjarakan orang lain juga, melainkan ingin memindahkan perdebatan ke meja pengadilan. Sayangnya, ditentang Sang Peneliti, Kiyai Imad. Akan tetapi, lucunya justru yang membuatnya kemungkinan masuk ke pengadilan adalah para oknum habib sendiri. Sebuah organisasi yang katanya rakyat atau warga melaporkan Kiyai Imad ke polisi karena penelitiannya dianggap tercela dan mengadu domba. Nama organisasinya adalah “Majelis Muhyin Nufuus”. Netizen mencari tahu organisasi itu dan ternyata di dalamnya dipenuhi para habib.

            Kiyai Imad pun menyatakan siap melayaninya di pengadilan. Bahkan, ini menurut saya akan semakin mempermalukan para habib sendiri karena yang dilaporkan itu hasil penelitian. Mestinya, hasil peneltian itu diuji di universitas, bukan di pengadilan. Akan tetapi, karena sudah dilaporkan, akan dibuka penelitian itu dalam persidangan dan menurut Kiyai Nur Ikhya Salafy, sama saja para oknum habib itu menggali kuburnya sendiri.

            Tidak jauh-jauh, saya membayangkan sejak awal penelitian itu dibuka di pengadilan yang juga terbuka untuk umum, orang akan menyaksikan fenomena yang melatarbelakangi penelitian Kiyai Imaduddin. Fenomena itu adalah peristiwa atau kejadian yang membuat peneliti merasa penasaran, kemudian mendorongnya untuk melakukan penelitian. Sebagaimana yang dikatakan Kiyai Imad dalam berbagai kesempatan bahwa fenomena yang melatarbelakangi penelitiannya adalah banyaknya orang yang mengaku keturunan Nabi Muhammad saw, tetapi ucapan dan perilakunya jauh menyimpang dari baik pribadi Nabi Muhammad saw atau ajaran Rasululllah saw. Jika hakim, jaksa, ataupun pengacara meminta bukti ucapan dan perilaku oknum habib yang bertentangan dengan Nabi Muhammad saw atau ajaran Islam, akan dibeberkanlah perilaku-perilaku itu, baik melalui catatan media, tayangan video pribadi, ataupun yang sudah tersebar di youtube. Kemudian, perilaku-perilaku itu dikonfrontir dengan ayat-ayat Al Quran dan Hadits. Pada awal pembeberan fenomena saja sudah akan sangat memalukan para oknum habib itu.

            Sekarang saja semua orang mudah sekali melihat bagaimana ucapan dan perilaku oknum habib itu yang dianggap tidak sesuai dengan ajaran Islam dan Nabi Muhammad saw. Para youtuber sudah berinisiatif mengumpulkannya sendiri bagaimana kata-kata kotor, merendahkan, arogan, dan yang dipenuhi kata-kata berasal dari kebun binatang yang diumbar oknum-oknum habib itu. Semua orang bisa melihat mereka, coba cek saja sendiri. Ada ratusan, bahkan mungkin ribuan tayangan tentang hal itu.

            Itu baru fenomena, belum masuk ke sumber kajian pustaka. Kalau masuk ke sumber kitab rujukan, akan tampak sekali kitab-kitab yang menjadi pegangan Kiyai Imad dan melemahkan sumber rujukan para oknum habib itu mengingat sampai sekarang pun para oknum habib tidak memiliki sumber sumber selengkap Kiyai Imad.

Inilah yang menurut saya lucu. Kiyai Imad menentang Gus Fuad untuk memenjarakan orang, tetapi para oknum itu sendiri yang memilih berdebat di pengadilan dan terbuka untuk umum. Padahal, sampai sekarang, mereka belum bisa membuktikan diri sebagai keturunan Nabi Muhammad saw, baik melalui kitab rujukan yang bisa dipercaya, sertifikat internasional dari negara asal, maupun hasil tes DNA. Mereka masih bertahan pada pendapat para ulama yang salah satunya menyatakan bahwa ada kewajiban untuk mencintai Ba Alawi dan kalau tidak mencintai, mungkin akan masuk neraka. Kalau diperhatikan lebih jauh, ulama yang mengatakan itu ternyata masih oknum habib juga yang berasal dari Ba Alawi. Pantas atuh kalau begitu mah.

Maaf ya kepada para habib yang baik dan shaleh. Tidak akan berkurang rasa hormat saya kepada para habib shaleh yang penuh ilmu dan mencerahkan umat. Saya hanya tidak menyukai oknum habib yang bagi saya menyesatkan umat. Saya punya banyak kerabat, keluarga, dan murid. Saya harus menyelamatkan mereka dari pikiran sesat sebatas yang saya mampu dan sebatas yang saya yakini kebenarannya.

Karena sudah dilaporkan  ke polisi, mari kita lihat kelucuan selanjutnya di persidangan.

Sampurasun.

No comments:

Post a Comment