oleh
Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
Bagi saya beneran lucu ini. Beberapa
waktu lalu saya sudah menulis bahwa Gus Fuad Plered ingin melaporkan Rabithah
Alawiyah, organisasi para habib, ke polisi karena telah melakukan kebohongan publik
sejak 1928 dengan mengaku sebagai keturunan Nabi Muhammad saw, padahal tidak
ada buktinya. Gus Fuad menyandarkan pendapatnya itu pada hasil penelitian Kiyai
Imaduddin yang menegaskan bahwa nasab Ba Alawi terputus dari Nabi Muhammad saw selama
550 tahun. Artinya, para habib di Indonesia ini tidak terbukti secara ilmiah
bahwa mereka adalah keturunan Nabi Muhammad saw.
Keinginan Gus Fuad itu ditentang Kiyai Imad. Sebagai
seorang akademisi, Kiyai Imad tidak ingin memenjarakan orang lain. Dia ingin
justru ilmu pengetahuan berkembang dan masyarakat menjadi cerdas. Kelihatan
sekali Kiyai Imad itu seorang akademisi karena bagi seorang akademisi,
kepuasannya adalah mendapatkan ilmu baru, bukan mengalahkan orang atau
menjatuhkan orang lain. Bahkan, orang yang berbeda pendapat dengannya akan
dianggap sebagai partner berpikir untuk mendapatkan ilmu pengetahuan baru.
Itulah ciri-ciri seorang alim.
Gus Fuad harus puas meskipun tidak puas dengan
penentangan Kiyai Imad. Toh, yang membuat penelitian adalah Kiyai Imad bukan
Gus Fuad atau orang lain. Gus Fuad sendiri tampaknya bukan ingin memenjarakan
orang lain juga, melainkan ingin memindahkan perdebatan ke meja pengadilan.
Sayangnya, ditentang Sang Peneliti, Kiyai Imad. Akan tetapi, lucunya justru
yang membuatnya kemungkinan masuk ke pengadilan adalah para oknum habib
sendiri. Sebuah organisasi yang katanya rakyat atau warga melaporkan Kiyai Imad
ke polisi karena penelitiannya dianggap tercela dan mengadu domba. Nama
organisasinya adalah “Majelis Muhyin
Nufuus”. Netizen mencari tahu organisasi itu dan ternyata di dalamnya dipenuhi
para habib.
Kiyai Imad pun menyatakan siap melayaninya di pengadilan.
Bahkan, ini menurut saya akan semakin mempermalukan para habib sendiri karena
yang dilaporkan itu hasil penelitian. Mestinya, hasil peneltian itu diuji di
universitas, bukan di pengadilan. Akan tetapi, karena sudah dilaporkan, akan
dibuka penelitian itu dalam persidangan dan menurut Kiyai Nur Ikhya Salafy,
sama saja para oknum habib itu menggali kuburnya sendiri.
Tidak jauh-jauh, saya membayangkan sejak awal penelitian
itu dibuka di pengadilan yang juga terbuka untuk umum, orang akan menyaksikan
fenomena yang melatarbelakangi penelitian Kiyai Imaduddin. Fenomena itu adalah peristiwa
atau kejadian yang membuat peneliti merasa penasaran, kemudian mendorongnya
untuk melakukan penelitian. Sebagaimana yang dikatakan Kiyai Imad dalam
berbagai kesempatan bahwa fenomena yang melatarbelakangi penelitiannya adalah
banyaknya orang yang mengaku keturunan Nabi Muhammad saw, tetapi ucapan dan
perilakunya jauh menyimpang dari baik pribadi Nabi Muhammad saw atau ajaran
Rasululllah saw. Jika hakim, jaksa, ataupun pengacara meminta bukti ucapan dan
perilaku oknum habib yang bertentangan dengan Nabi Muhammad saw atau ajaran
Islam, akan dibeberkanlah perilaku-perilaku itu, baik melalui catatan media,
tayangan video pribadi, ataupun yang sudah tersebar di youtube. Kemudian,
perilaku-perilaku itu dikonfrontir dengan ayat-ayat Al Quran dan Hadits. Pada awal
pembeberan fenomena saja sudah akan sangat memalukan para oknum habib itu.
Sekarang saja semua orang mudah sekali melihat bagaimana
ucapan dan perilaku oknum habib itu yang dianggap tidak sesuai dengan ajaran
Islam dan Nabi Muhammad saw. Para youtuber sudah berinisiatif mengumpulkannya
sendiri bagaimana kata-kata kotor, merendahkan, arogan, dan yang dipenuhi
kata-kata berasal dari kebun binatang yang diumbar oknum-oknum habib itu. Semua
orang bisa melihat mereka, coba cek saja sendiri. Ada ratusan, bahkan mungkin
ribuan tayangan tentang hal itu.
Itu baru fenomena, belum masuk ke sumber kajian pustaka. Kalau
masuk ke sumber kitab rujukan, akan tampak sekali kitab-kitab yang menjadi
pegangan Kiyai Imad dan melemahkan sumber rujukan para oknum habib itu
mengingat sampai sekarang pun para oknum habib tidak memiliki sumber sumber
selengkap Kiyai Imad.
Inilah
yang menurut saya lucu. Kiyai Imad menentang Gus Fuad untuk memenjarakan orang,
tetapi para oknum itu sendiri yang memilih berdebat di pengadilan dan terbuka
untuk umum. Padahal, sampai sekarang, mereka belum bisa membuktikan diri
sebagai keturunan Nabi Muhammad saw, baik melalui kitab rujukan yang bisa
dipercaya, sertifikat internasional dari negara asal, maupun hasil tes DNA.
Mereka masih bertahan pada pendapat para ulama yang salah satunya menyatakan
bahwa ada kewajiban untuk mencintai Ba Alawi dan kalau tidak mencintai, mungkin
akan masuk neraka. Kalau diperhatikan lebih jauh, ulama yang mengatakan itu
ternyata masih oknum habib juga yang berasal dari Ba Alawi. Pantas atuh kalau
begitu mah.
Maaf
ya kepada para habib yang baik dan shaleh. Tidak akan berkurang rasa hormat
saya kepada para habib shaleh yang penuh ilmu dan mencerahkan umat. Saya hanya
tidak menyukai oknum habib yang bagi saya menyesatkan umat. Saya punya banyak
kerabat, keluarga, dan murid. Saya harus menyelamatkan mereka dari pikiran
sesat sebatas yang saya mampu dan sebatas yang saya yakini kebenarannya.
Karena
sudah dilaporkan ke polisi, mari kita
lihat kelucuan selanjutnya di persidangan.
No comments:
Post a Comment