Saturday, 27 May 2023

Memerangi dan Melawan Terorisme Versi Mahasiswa Fisip Universitas Al Ghifari

 

oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

Ada dua hal yang sangat membanggakan saya dari mahasiswa Universitas Al Ghifari, Fakultasi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisip), baik Program Studi (Prodi) Ilmu Hubungan Internasional (HI) maupun Ilmu Administrasi Negara (AN) dalam Praktikum Simulasi Sidang: “Al Ghifari Model Organization Islamic Cooperation (OIC) Summit di Hotel Savoy Homann, Bandung pada Sabtu, 27 Mei 2023. Praktikum sidang itu mengambil tema “Strengthening Organization of Islamic Cooperation to Combat and Counter Terrorism” yang kalau diterjemahkan bebas dalam bahasa Indonesia adalah “Memperkuat Kerja Sama Organisasi Islam untuk Memerangi dan Melawan Terorisme”. Kedua hal yang sangat membanggakan itu adalah pertama, semua peserta sidang yang terdiri atas mahasiswa HI dan AN, Fisip, Unfari pada semester VI sangat anti terhadap tindakan terorisme, tak ada seorang pun yang mendukung gerakan teroris. Itu sangat bagus dan membanggakan. Kedua, mereka yang sehari-harinya menggunakan bahasa Indonesia memaksakan diri untuk menggunakan bahasa Inggris meskipun kadang masih tercampur antara bahasa Indonesia dengan bahasa Inggris. Itu juga sudah menunjukkan keberanian dan kemajuan yang sangat bagus.

            Jika anti terhadap terorisme, mereka harus pula anti terhadap radikalisme. Jika anti terhadap radikalisme, mereka wajib anti terhadap intoleransi. Hal itu disebabkan intoleran adalah benih dari radikalisme. Jika sudah menjadi pohon radikalisme, buahnya adalah terorisme. Artinya, dalam sikap dan pandangan awal sehari-hari, untuk mencegah terorisme, kita harus toleran dengan berbagai perbedaan yang ada sepanjang tidak melanggar hukum yang disepakati untuk diberlakukan di Indonesia.



            Saya ini Ketua Program Studi Hubungan Internasional, Fisip, Unfari, tetapi tidak ikut mengarahkan mahasiswa untuk melakukan sidang dan berdebat dalam isu yang mereka bawakan dalam kegiatan tersebut. Saya malah hanya diminta mereka untuk menjadi juri, hanya menilai mereka, baik dari segi membuat tulisan, berbicara, berdebat, dan melakukan lobi. Saya juga tidak ingin menilai isi materi yang mereka kemukakan karena bisa terjadi banyak perbedaan pandangan antara mahasiswa dengan dosen. Saya hanya menilai apa yang mereka lakukan dalam simulasi tersebut.

            Ada hal menarik lain yang saya perhatikan dari perdebatan mereka. Dalam sidang tersebut, setelah terjadi perdebatan, mereka terpisah dan terbagi ke dalam dua kelompok pemikiran, ada dua koalisi besar dari 31 negara itu, yaitu Koalisi Indonesia dan Koalisi Arab. Dari dua koalisi besar tersebut, pandangan dan pendapatnya keras berbeda. Terjadi perdebatan yang lumayan seru. Dalam pandangan Koalisi Arab, untuk memerangi dan melawan terorisme, diperlukan upaya militer yang kuat. Artinya, teroris harus dilawan dengan kekuatan militer. Adapun Koalisi Indonesia berpandangan bahwa untuk memerangi dan melawan terorisme, harus melalui pendekatan kemanusiaan yang berupa mengubah ide atau gagasan terorisme dengan gagasan kemanusiaan serta melakukan banyak pembangunan untuk kesejahteraan rakyat. Dua koalisi besar itu saling berdebat dengan seru dan menggunakan pemahaman serta ilmu yang mereka dapat selama ini. Hal itu sangat menarik dan mencerdaskan.



            Saya tidak memutuskan mana yang paling benar dari kedua koalisi tersebut. Akan tetapi, saya mendapatkan pemahaman bahwa mahasiswa Fisip, Unfari, baik HI maupun AN sama-sama ingin memberantas terorisme. Saya memandang pendapat dua koalisi itu sama-sama benarnya, bahkan pendapat mereka harus dilaksanakan dengan baik oleh para penguasa negara dan berbagai organisasi Islam untuk memerangi dan melawan terorisme. Artinya, tindakan yang perlu dilakukan berdasarkan pendapat mahasiswa Fisip, Universitas Al Ghifari adalah adanya penyebarluasan ide atau gagasan toleransi yang membangun martabat kemanusiaan, pembangunan fisik dan manusia dalam segala bidang untuk kesejahteraan rakyat, serta penggunaan kekuatan militer yang kuat jika memang terorisme sudah menunjukkan ancaman yang sangat membahayakan bagi manusia dan eksistensi negara.



            Pendapat dua koalisi besar para mahasiswa itu akan menjadi dasar pemikiran yang baik untuk dikembangkan menjadi pemikiran besar lainnya dalam memerangi dan melawan terorisme. Baguslah, meskipun mereka masih statusnya pelajar, sudah bisa dan berani berpikir seoalah-olah para profesor. Semoga pada masa depan Allah swt memberikan kemudahan bagi mereka untuk mencapai cita-citanya. Aamiin.

            Sampurasun.

No comments:

Post a Comment