Tuesday 26 October 2010

Buka Dulu Catatan Sejarahnya, Baru Bicarakan Pantas-Tidaknya Soeharto Jadi Pahlawan

oleh Tom Finaldin

Bandung, Putera Sang Surya
Baru-baru ini ramai diperbincangkan Soeharto diusulkan menjadi pahlawan. Ah, ... sebuah wacana yang memalukan. Sejatinya, rakyat negeri ini sangat menghargai para pemimpinnya, para pejuang, dan penggerak pembangunan. Akan tetapi, orang-orang pintar di negeri ini jangan menjadikan rakyat yang begitu baik sebagai objek sasaran penipuan untuk kepentingan segelintir manusia.

Soeharto boleh menjadi pahlawan, tetapi sebelumnya harus dibuka dulu catatan sejarahnya. Ia jatuh karena dugaan korupsi, kolusi, dan nepotisme yang menggerogoti bangsa ini. Belum lagi kebijakan-kebijakannya yang membungkam suara-suara arus bawah. Tambahan pula yang sampai saat ini menjadi misterius, yaitu tentang peristiwa G-30-S yang berujung pada pembunuhan jutaan jiwa warga Indonesia. Posisi yang pernah dipegangnya sebagai pemulih keamanan malah membuat situasi kacau penuh dendam, huru-hara, bukannya menjadi stabil dan kondusif. Di samping itu, banyak hal yang perlu dijelaskan semasa kepemimpinannya yang ternyata membuat banyak aset nasional yang dinikmati pihak asing kapitalis, bukan untuk rakyat Indonesia.

Kalau soal pembangunan dan peningkatan ekonomi, itu kan cuma hutang yang belakangan ini harus dibayar oleh rakyat yang terus-menerus hidup dalam penderitaan dengan aneka ragam jenis pajak. Soal ekonomi dan pembangunan itu sama sekali Soeharto tidak memilik keistimewaan. Orang lain pun bisa lebih hebat dari dia jika memiliki banyak fasilitas seperti yang pernah dikuasainya.

Malahan, sampai saat ini saya masih curiga bahwa dana-dana pembangunan itu berasal dari pihak-pihak kapitalis yang telah diuntungkan dengan kejatuhan Soekarno berikut pembantaian anggota-anggota PKI yang jumlahnya jutaan itu. Artinya, dana-dana untuk pembangunan dan peningkatan ekonomi itu bisa saja cuma berupa bayaran karena Soeharto telah menjadi tukang pukul kapitalis. Itu artinya, bisa sama saja nilainya dia itu dengan preman jalanan yang disewa untuk memukul atau membunuh seseorang yang sesudahnya diberi upah atas hasil kejahatannya. Diakah pahlawan kita? Malu-maluin aja....!

Sebagaimana tadi disebutkan, sesungguhnya rakyat negeri ini, termasuk saya akan sangat mendukung sepenuh hati Soeharto menjadi pahlawan kebanggaan negeri ini, tetapi sebelumnya harus dibuka dahulu secara jujur hal-hal yang sampai saat ini masih menjadi kecurigaan masyarakat mengenai berbagai hal semasa kepemimpinannya. Harus dijelaskan praktik-praktik KKN yang masih belum terbuka, penculikan dan pembunuhan aktivis, G-30-S, Supersemar, pengkhianatan terhadap Ir. Soekarno, dan lain sebagainya. Kalau itu dapat dibuka dengan jelas dan jujur serta ternyata Soeharto adalah memang orang baik-baik, why not?

Jangan gunakan kalimat-kalimat bodoh semacam setiap orang memiliki kesalahan, tetapi memiliki juga sisi positif. Itu adalah kalimat racun dalam kasus ini. Lihat para pahlawan lain yang tidak kontroversial, mereka juga manusia yang punya kesalahan, tetapi jasanya bagi negeri teramat besar dan penolakan terhadap mereka untuk menjadi pahlawan sangatlah kecil, bahkan mungkin tidak ada sama sekali. Berbeda jauh dengan Soeharto yang ketika diusulkan, penolakannya sangat besar karena dalam ingatan banyak orang keburukannya sangatlah masih terasa.

Saya mengusulkan, sudahi percekcokan soal ini. Soeharto masih sangat sulit untuk dijadikan pahlawan. Adalah lebih baik bagi penggemarnya untuk berdoa agar berbagai kesalahannya dapat diampuni atau setidak-tidaknya dikurangi oleh Allah swt. Percekcokan soal ini bisa saja sangat terasa ke alam sana, alam tempat Soeharto sekarang berada. Percekcokan ini malahan merugikan Soeharto sendiri karena akan banyak gugatan kepadanya, padahal sebenarnya dia saat ini sangat menanti-nanti doa dari banyak orang karena ia tak lagi memiliki kesempatan untuk menambah catatan pahalanya dan mengurangi dosa akibat kesalahannya. Jika mencintai Soeharto, sudahi berbagai hal yang akan membuatnya tampak buruk dan lebih buruk lagi, sebaiknya doakan dan terus doakan.

No comments:

Post a Comment