Sunday, 10 October 2010

Teroris dan Polisi Sama-Sama Anak Bangsa

oleh Tom Finaldin

Bandung, Putera Sang Surya

Sungguh merupakan peristiwa yang menyedihkan ketika melihat anak-anak bangsa menjadi korban kekejian suatu pertikaian politik dan ekonomi. Baik para polisi maupun mereka yang disebut teroris, saya, serta kita semua adalah anak-anak negeri yang menginginkan dirinya bermanfaat dalam hidupnya, minimal untuk dirinya sendiri. Sayangnya, kita terjebak dalam pertarungan kepentingan rendahan semu yang menimbulkan korban jiwa. Mereka yang tidak ikut dalam pertempuran langsung, sesungguhnya tetap ikut-ikut terseret dalam kekacauan tersebut.

Sebenarnya, persoalan Negara Islam Indonesia (NII) itu adalah persoalan usang dan memuakkan. Kita sebenarnya adalah bangsa yang santun dan mampu untuk hidup berdampingan saling mengalah dan saling menerima agar tercipta kehidupan yang harmonis dan serasi. Akan tetapi, agaknya ada banyak penjahat kudisan kotor yang tidak menginginkan di negeri ini terjadi keselarasan hidup dan tentunya menjadi kuat dalam kemakmuran. Mereka terus menciptakan berbagai konflik dan kerusuhan untuk kepentingan yang rendah. Untuk mengatasi permasalahan NII itu, sesungguhnya bisa diselesaikan dengan baik. Setiap elemen bangsa yang terlibat langsung dalam konflik bisa duduk bersama berbicara menyelesaikannya. Jika terjadi deadlock, dalam pemahaman keilmuan, biarkanlah para ahli ilmu dari kedua pihak yang berlelah-lelah, berletih-letih untuk menemukan jalan keluarnya. Saya yaqin haqul yaqin semuanya bisa selesai dengan baik. Sekarang ini semuanya berjalan kacau karena tidak diselesaikan secara terpelajar, bahkan terkesan memang dibiarkan agar kondisi ini bisa terus dimanfaatkan sebagai sarana untuk melanggengkan keuntungan materi yang memalukan. Saat ini kedua belah pihak yang terlibat dalam pertempuran hanya saling lempar propaganda di luar diskusi resmi seolah-olah hendak mempengaruhi publik bahwa dirinya yang terbaik tanpa adanya keinginan luhur untuk berbicara dari hati ke hati. Kedua pihak mempromosikan dirinya sebagai hero bagi para pendukungnya masing-masing. Itu hanyalah sebuah tontonan keji dan bodoh.

Kita harus sadar bahwa negeri ini sangat seksi sehingga banyak pihak yang tergiur untuk menikmatinya. Bagi para perampok kekayaan bangsa, konflik ini merupakan alat efektif untuk tetap merampok dan memperkaya dirinya sendiri. Masyarakat pun dibuat tersesat karena perhatiannya hanya terfokuskan pada peristiwa-peristiwa langsung saling bunuh-bunuhan itu. Kemudian, tercipta kondisi dan opini-opini palsu yang lebih menyesatkan lagi.

Sungguh, kejahatan saling bunuh dan saling fitnah di antara anak negeri ini harus segera dihentikan. Kita memiliki potensi untuk saling menghormati. Ada beberapa hal yang harus dilakukan, yaitu: hentikan demokrasi, hentikan menerima hibah-hibah dari kapitalis, percaya kepada diri sendiri, jangan bangga dengan kehidupan bangsa lain, jangan gemar percaya terhadap informasi kapitalis, jadikan komunikasi sebagai cara untuk menyelesaikan masalah, serta pandang bahwa setiap nyawa itu adalah berharga, satu orang saja mati tanpa hak adalah kerugian bagi bangsa ini. Demi Allah.

No comments:

Post a Comment