oleh
Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
Perilaku Tiongkok atau Cina
yang mencuri ikan di perairan Indonesia tidak perlu dibuat heran karena memang
mereka pernah mendapat ikan tuna dari laut yang berhadapan langsung dengan Pantai
Rancabuaya, Garut Selatan, Jawa Barat, Indonesia. Ikan tuna yang mereka dapatkan
memiliki harga yang sangat fantastis, yaitu Rp3,5 miliar per satu ekor.
Orang-orang Cina itu berhasil mengambil banyak ikan tuna. Bayangkan, untuk dua
ekor saja sudah bisa mencapai harga Rp7 miliar.
Bagaimana kalau sudah sepuluh ekor?
Seratus ekor?
Hitung saja sendiri!
Hal itu pernah disampaikan oleh Gubernur Jawa Barat Ahmad
Heryawan saat acara Forum Jabar Selatan
(Forjabsel) Summit 2 di Rancabuaya, Kabupaten Garut, Jawa Barat, Indonesia.
Hal itu pulalah yang menjadi salah satu dorongan bagi pemerintah Provinsi Jawa
Barat dan pemerintah pusat Indonesia untuk membangun wilayah selatan Jawa
Barat. Tentunya, keinginan membangun itu pun disebabkan pula oleh besarnya
potensi sumber daya alam di wilayah Jawa Barat bagian selatan.
Heryawan pun memastikan bahwa nelayan Indonesia belum
pernah mendapatkan ikan tuna yang harganya sangat mahal tersebut. Ia
menyayangkan kenapa harus nelayan-nelayan Cina yang harus lebih dahulu mendapatkannya.
Seharusnya, nelayan-nelayan Indonesia-lah yang menikmatinya lebih dulu,
khususnya nelayan-nelayan Garut.
Dengan melihat pengalaman tersebut, bukan tak mungkin
bahwa nelayan-nelayan Cina berupaya mencuri ikan-ikan tuna yang sangat mahal
tersebut berikut ikan-ikan lainnya di Perairan Natuna, Indonesia. Tak perlu
heran jika kapal-kapal Cina pencuri ikan itu, termasuk KM Kway Fey 1008 dikawal
oleh kapal coastguard China. Hal itu
disebabkan pencurian ikan di Indonesia sangatlah menguntungkan, apalagi mereka
sempat mendapatkan banyak ikan tuna yang harganya Rp3,5 miliar per ekor. Mereka
mungkin berharap dapat menangkap ikan yang harganya spetakuler tersebut
sebagaimana yang pernah mereka dapatkan di laut yang berhadapan dengan Pantai
Rancabuaya, Garut, Jawa Barat, Indonesia.
Tindakan
Cina yang Memalukan
Tindakan yang dilakukan
kapal coastguard China dengan melakukan penabrakan terhadap kapal pesakitan KM
Kway Fey 10078 saat ditarik ke Natuna oleh kapal Indonesia, Kapal Pengawas Hiu
11, adalah tindakan yang memalukan. Mereka sudah mencuri, lalu berupaya
melakukan provokasi agar kapal pencuri milik mereka selamat. Hal itu memang
terjadi, kapal pencuri itu selamat, tetapi 8 ABK-nya ditahan pihak Indonesia.
Hal yang lebih memalukan lagi adalah setelah melakukan
pelanggaran, pemerintah Cina berupaya mengelak dan malah menyalahkan pemerintah
Indonesia. Hal itu jelas harus diselesaikan dan dibuktikan hingga clear agar ditemukan kebenaran yang
pasti.
RI
Tak Boleh Takut
Cina yang besar mungkin
merasa dirinya memang besar, tetapi tidaklah sebesar yang mereka kira. Mereka
mungkin merasa bisa bersikap arogan karena negaranya merasa lebih makmur dan
kuat. Itu cuma ada dalam perasaan mereka. Kenyataannya, belum tentu. Seluruh negara
yang pernah menjajah Indonesia merasa dirinya lebih hebat dibandingkan dengan
Indonesia, tetapi kenyataannya adalah mereka yang kabur dan kalah.
Memang benar hubungan bilateral yang baik harus
dipertahankan, tetapi kedaulatan hukum dan kehormatan negara harus berada di
atas “hubungan baik” itu. Jika kita harus memilih antara “damai” dengan “merdeka”,
maka merdeka adalah yang harus kita pilih.
Untuk apa berdamai jika tidak merdeka?
Justru dengan kemerdekaan kita dapat merajut perdamaian.
Tak akan ada perdamaian tanpa kemerdekaan. Perdamaian tanpa kemerdekaan hanya
melahirkan penjajahan.
Demikian pula jika kita harus memilih antara “hubungan
baik” dengan “kehormatan negara”, maka kehormatan negara adalah yang harus kita
pilih. Hubungan baik tanpa kehormatan negara hanya akan melahirkan pelecehan
dan penghinaan. Justru dengan menjadi negara terhormat kita akan bisa melakukan
hubungan baik yang lebih baik lagi.
Menteri Susi Pudjiastuti tak boleh takut dan tak boleh
mundur. Jangan terbius atau tersihir dengan kata-kata “menjaga hubungan baik”
sehingga menyebabkan pelecehan terhadap kehormatan negara dan penghinaan
terhadap kedaulatan hukum Indonesia. Tetap tegas dan kuatlah dengan pernyataan
resmi bahwa kapal milik Cina telah melakukan Ilegal, Unreported, Unregisrated (IUU) Fishing di zona ekonomi
ekslusif Indonesia. Bahkan, saya sangat menyayangkan dengan dibiarkannya kapal
pencuri ikan dari Cina itu keluar dari perbatasan laut Indonesia. Mestinya, kapal
TNI AL menembak saja langsung hingga kapal pencuri itu tenggelam atau dikuasai
benar-benar, tidak perlu mengantarnya keluar dari perbatasan.
Menjadi negara terhormat dan berdaulat adalah harga mati!
No comments:
Post a Comment