Sunday, 25 October 2020

Imitasi

 


oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

Salah satu faktor pendorong interaksi sosial adalah “imitasi”. Imitasi adalah tindakan meniru orang lain. Orang yang melakukan proses imitasi, baik sadar maupun tidak, harus memiliki ketertarikan terhadap orang yang ditirunya. Menurut A.M.J. Chorus dalam Kun Maryati dan Juju Suryawati (2013), syarat yang diperlukan dalam proses imitasi adalah sikap menerima, mengagumi, minat atau perhatian terhadap objek yang ditirunya. Misalnya, seorang anak yang sering melihat ayahnya atau ibunya menyetir mobil akan bermain-main mobil-mobilan di rumahnya mirip ayah atau ibunya yang sedang menyetir mobil.

            Orang yang ditirunya biasanya adalah orang yang sangat dicintai, disukai, dihormati, atau dibanggakan. Misalnya, orangtua, leluhur, guru, tokoh masyarakat, artis, aktor, tokoh dunia, dsb.. Misalnya, di Indonesia banyak yang menggemari Raja Dangdut Rhoma Irama. Para penggemarnya kerap meniru gayanya dalam berbicara, bernyanyi, berpakaian, bahkan mode rambut dan janggutnya yang khas.

            Proses imitasi sangat penting dalam berinteraksi dengan masyarakat sekitarnya. Tindakan mengimitasi seseorang yang patuh pada norma, nilai, dan aturan positif di masyarakat akan menghasilkan pribadi-pribadi yang positif. Demikian pula jika mengimitasi orang-orang yang banyak melakukan pelanggaran hukum, nilai, norma, dan berperilaku negatif akan menghasilkan pribadi-pribadi negatif yang meresahkan lingkungan dan masyarakat sekitarnya. Lebih jauh lagi, dapat menimbulkan tindakan kriminal dan pembangkangan terhadap hukum di masyarakatnya.

            Sampurasun.

 

Sumber Pustaka

Irawan, Hanif; Rahmawati, Farida; Febriyanto, Alfian; Muhammad Kusumantoro, Sri, Sosiologi: Untuk SMA/MA Kelas X Semester 1

Maryati, Kun; Suryawati, Juju, 2013, Sosiologi: Kelompok Peminatan Ilmu-Ilmu Sosial; untuk SMA dan MA Kelas X Kurikulum 2013, Penerbit Erlangga: Jakarta

No comments:

Post a Comment