oleh
Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
Salah satu faktor pendorong
interaksi sosial adalah “imitasi”.
Imitasi adalah tindakan meniru orang lain. Orang yang melakukan proses imitasi,
baik sadar maupun tidak, harus memiliki ketertarikan terhadap orang yang
ditirunya. Menurut A.M.J. Chorus dalam Kun Maryati dan Juju Suryawati (2013),
syarat yang diperlukan dalam proses imitasi adalah sikap menerima, mengagumi, minat
atau perhatian terhadap objek yang ditirunya. Misalnya, seorang anak yang
sering melihat ayahnya atau ibunya menyetir mobil akan bermain-main mobil-mobilan
di rumahnya mirip ayah atau ibunya yang sedang menyetir mobil.
Orang yang ditirunya biasanya adalah orang yang sangat
dicintai, disukai, dihormati, atau dibanggakan. Misalnya, orangtua, leluhur, guru,
tokoh masyarakat, artis, aktor, tokoh dunia, dsb.. Misalnya, di Indonesia
banyak yang menggemari Raja Dangdut Rhoma Irama. Para penggemarnya kerap meniru
gayanya dalam berbicara, bernyanyi, berpakaian, bahkan mode rambut dan
janggutnya yang khas.
Proses imitasi sangat penting dalam berinteraksi dengan
masyarakat sekitarnya. Tindakan mengimitasi seseorang yang patuh pada norma,
nilai, dan aturan positif di masyarakat akan menghasilkan pribadi-pribadi yang
positif. Demikian pula jika mengimitasi orang-orang yang banyak melakukan
pelanggaran hukum, nilai, norma, dan berperilaku negatif akan menghasilkan
pribadi-pribadi negatif yang meresahkan lingkungan dan masyarakat sekitarnya. Lebih
jauh lagi, dapat menimbulkan tindakan kriminal dan pembangkangan terhadap hukum
di masyarakatnya.
Sampurasun.
Sumber
Pustaka
Irawan,
Hanif; Rahmawati, Farida; Febriyanto, Alfian; Muhammad Kusumantoro, Sri, Sosiologi: Untuk SMA/MA Kelas X Semester 1
Maryati,
Kun; Suryawati, Juju, 2013, Sosiologi:
Kelompok Peminatan Ilmu-Ilmu Sosial; untuk SMA dan MA Kelas X Kurikulum 2013,
Penerbit Erlangga: Jakarta
No comments:
Post a Comment