Tuesday, 19 October 2021

Bersiap Perang Sekali Lagi

 


oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

Kita sudah tahu bahwa para penjajah datang berduyun-duyun ke Indonesia adalah untuk mendapatkan sumber daya alam Indonesia. Kekayaan Indonesia berikut sumber daya manusia Indonesia dieksploitasi untuk kemakmuran negeri para penjajah. Seiring dengan perjalanan waktu para pahlawan tersadar untuk melakukan perlawanan yang akhirnya Indonesia bisa merdeka pada 9 Ramadhan 1364 H yang kita kenal 17 Agustus 1945.

            Kita sekarang sudah merdeka. Secara fisik para penjajah sudah kalah dan pulang ke negerinya masing-masing. Kita bisa membangun sendiri. Akan tetapi, para penjajah tidak pernah berhenti untuk menjajah. Mereka memanfaatkan kebodohan Indonesia dalam hal teknologi dan diplomasi politik. Mereka masih mengeruk kekayaan alam Indonesia dengan menggunakan teknologi yang tinggi dan para pejabat korup. Sumber daya alam kita dikeruk sementara kita hanya mendapatkan uang recehan dan tidak membuat rakyat kenyang perutnya.

            Melihat kenyataan seperti itu, Indonesia terus membangun SDM melalui pendidikan dan mematangkan sikap politik sehingga secara bertahap bisa melepaskan diri dari keterbelakangan dan menguasai sendiri kekayaan alamnya. Orang-orang yang rajin belajar dan bekerja keras mulai menunjukkan dirinya untuk memanfaatkan sumber daya alam Indonesia untuk Indonesia sendiri dan bukan untuk negeri asing. Para pemalas, tetap berada di pinggir dan tersisihkan.

            Beberapa tahun belakangan ini Indonesia sudah menunjukkan nyalinya untuk mengambil bagian lebih besar dari perusahaan-perusahaan asing yang sejak dulu beroperasi di Indonesia. Tidak mudah memang untuk mengambilnya, tetapi perlu keberanian dan perjuangan yang melelahkan. Kini hasilnya mulai terlihat. Indonesia sudah meletakkan dasar yang kuat untuk mengambil hak yang jauh lebih besar dibandingkan sebelumnya.

            Sebut saja PT Freeport yang dimiliki Amerika Serikat (AS) yang menambang emas di Papua, telah diambil sahamnya oleh Indonesia dalam jumlah yang sangat besar, 51%. Dulu, sebelum era Jokowi hanya 9,36% Indonesia mendapatkan bagian dari Freeport, kini 51%. Artinya, pendapatan Negara Indonesia bertambah untuk kepentingan rakyatnya. Di samping itu, Indonesia melarang perusahaan AS itu untuk membawa hasil tambang emas itu langsung ke AS, tetapi harus diolah dulu menjadi bahan setengah jadi di Indonesia. Dulu memang bahan mentahnya langsung dibawa ke AS, sekarang tidak boleh lagi.

PT Freeport diwajibkan untuk membangun smelter di Indonesia. Smelter itu pabrik pembuat barang setengah jadi. Kalau bingung tentang barang setengah jadi, begini contohnya, kapas adalah bahan mentah, bahan setengah jadinya adalah benang atau kain, bahan jadinya adalah pakaian jadi. Hasil tambang mentah dari Papua itu kini bahan mentahnya harus diproduksi di Indonesia, tidak boleh di AS. Setelah itu, baru boleh dibawa ke luar negeri untuk diproduksi di sana. Indonesia mungkin sadar diri baru mampu bikin barang setengah jadi. Kita harus semakin rajin belajar dan bekerja keras untuk mampu membuat barang jadinya. Harapannya, tentu saja disandarkan kepada para generasi muda yang sadar dan rajin, bukan kepada generasi muda pemalas yang hobinya meneriakan hoax dan ujaran kebencian.

Keberanian Indonesia itu tentu saja menunjukkan bahwa kemampuan diplomasi kita sudah semakin menguat, posisi politik Indonesia di dunia sudah semakin diperhitungkan, serta kekuatan TNI mulai bisa diandalkan untuk mengamankan kebijakan dan kemauan dari pemerintah Indonesia untuk semakin mampu mengambil haknya lebih besar lagi. Pengambilalihan ini tentu saja merugikan AS karena membuat smelter mereka berkurang produksinya yang artinya mengurangi pendapatan mereka. Oleh sebab itu, tidak aneh jika mereka marah dan menggugat Indonesia ke sidang internasional, pemerintah Indonesia ternyata tidak takut dan menghadapinya dengan tegar. Terjadi banyak debat dan persengketaan.

Hasilnya, kini AS mengalah dan harus tunduk pada keinginan Indonesia. Mereka kini mematuhi keinginan Jokowi untuk membangun smelter di Indonesia.  Pada Selasa, 12 Oktober 2021, Jokowi meresmikan pembangunan smelter terbesar di dunia, di Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Dalam proses membangunnya saja membutuhkan tenaga kerja 40 ribu orang. Artinya, terbuka lapangan pekerjaan. Honor mereka akan dibelikan beras, makanan, pakaian, alat rumah tangga, bayar sekolah anak, membantu orang tua, jajan goreng pisang, kupat tahu, dsb. yang akan membuat transaksi ekonomi semakin bergerak meningkat. Belum lagi jika smelter itu sudah beroperasi, bisa ratusan ribu tenaga ahli yang bekerja, peningkatan ekonomi pun sudah pasti terjadi. Mereka yang bisa bekerja tentu saja yang memiliki kecerdasan dan keahlian dalam bidang itu. Makanya, sekolah dan tingkatkan keterampilan dengan benar.

Amerika Serikat sudah bisa diajak bekerja sama, Indonesia mulai percaya diri dengan sudah banyaknya anak-anak muda lulusan pertambangan yang siap berpartisipasi. Kini Indonesia kembali dihadapkan pada arogansi Unieropa yang ingin tetap mengeruk bahan mentah nikel dari Indonesia sebagai materi dasar untuk pembuatan baja dan baterai listrik. Sementara itu, pemerintah Indonesia sudah tidak ingin lagi mengekspor bahan mentah karena hasilnya sedikit. Indonesia ingin meningkatkan hasil pertambangan dari barang setengah jadi. Oleh sebab itu, Jokowi menegaskan siapa pun yang menginginkan nikel dari Indonesia harus membangun smelter di Indonesia. Tentu saja, keinginan Indonesia ini mendapatkan reaksi keras dari Unieropa karena mereka akan mengalami pengurangan pendapatan. Ini soal uang yang artinya soal perut. Unieropa akan menggugat Indonesia dalam sidang WTO di tingkat internasional, tetapi Jokowi tidak gentar dan akan mengerahkan pengacara mahal tingkat dunia untuk melawan Unieropa.

Secara akal manusia biasa saja keinginan Unieropa itu tidak masuk akal dan memang harus dilawan. Toh nikelnya milik kita, mau diapain juga terserah kita, mau dibuat hingga sampai barang jadi pun bagaimana kita saja, kan punya kita.

Mengapa Unieropa harus ribut, padahal itu kan bukan barang milik mereka?

Mereka memang arogan dan berupaya agar Indonesia tidak makin kaya. Negara yang harus kaya, ya mereka saja. Mereka masih bermental penjajah. Hal itu seperti yang dikatakan Luhut Binsar Pandjaitan bahwa tidak ada satu negara pun di dunia ini yang menginginkan Indonesia bangkit menjadi negara maju. Mereka ingin tetap menjadikan Indonesia sebagai tukang kuli gali tambang dan yang mendapatkan untung besar adalah mereka.

Mereka akan menggunakan berbagai cara untuk melemahkan Indonesia, salah satu cara yang tampak adalah menggugat Indonesia dalam sidang WTO secara internasional. Indonesia akan menghadapinya. Hal yang tidak tampak adalah sangat mungkin mereka akan membiayai para buzzerRp, partaiRp, OrmasRp, dan oknum aktivis BemRp untuk membuat nyinyiran, keraguan, dan huru-hara di Indonesia. Hal ini pun terjadi pada saat pengambilalihan saham PT Freeport. Orang-orang Indonesia bayaran mereka menyebarkan penipuan dan kebodohan bahwa Indonesia tidak memiliki kemampuan untuk mengelola tambang emas.

Tidak mampu apanya?

Anak-anak muda lulusan pertambangan sudah banyak yang pintar kok. Mereka siap berpartisipasi. Kalau kata mereka Indonesia bodoh, ya mereka saja yang bodoh, jangan ngajak-ngajak orang lain ikut bodoh.

Seperti saya bilang, ini soal uang yang juga soal perut. Unieropa akan kehilangan penghasilan karena smelter-smelter mereka akan kekurangan bahan mentah dari Indonesia. Sementara itu, Indonesia ingin mengalihkan pendapatan itu untuk Indonesia sendiri. Bukan tidak mungkin mereka akan mengerahkan militernya untuk mengancam Indonesia seperti masa penjajahan dulu. Meskipun skenario perang itu sangat jauh dari terjadinya karena zaman sekarang adalah zaman pertarungan diplomasi, politik, ekonomi, dan cyber, Indonesia harus tetap waspada dan bersiap untuk menghadapi kemungkinan terburuk soal ini. Kita harus bersiap-siap dan melakukan apa pun untuk mendapatkan hak kita. Jangan takut karena kita adalah keturunan pemenang perang.

Mudah-mudahan perang tidak terjadi, bahkan perang dalam sidang hukum internasional pun tidak perlu terjadi. Kita berharap bahwa Unieropa dapat bersikap seperti Amerika Serikat yang bersedia dan mampu bekerja sama dengan keinginan pemerintah Negara Indonesia.

Sampurasun.

No comments:

Post a Comment