Friday 1 October 2021

Patung Haram, tetapi Harus Ada

 


oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

Bingung tidak dengan judul itu?

            Kalau saya sih, bingung. Kalau haram, berarti harus tidak ada.

            Iya, kan?

            Kalau haram, tetapi harus ada, membingungkan.

            Iya, kan?

            Kalau kita mengharamkan minuman keras, daging babi, daging anjing, dsb., berarti kita akan menghilangkannya atau menjauhkannya dari lingkungan kita, iya kan?

            Banyak orang yang mengharamkan adanya patung.

Kalau mengharamkan patung, seharusnya mendukung orang yang menghilangkan patung, iya kan?

Kalau mengharamkan patung, tetapi memaki-maki atau menyalahkan orang yang menghilangkannya, membingungkan.

Soal isu PKI ini seperti agenda tahunan yang selalu diramaikan. Ketika patung Soeharto, Sarwo Edhi, dan A.H. Nasution tidak ada di Museum Dharma Bhakti, Kostrad, mantan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo menuding bahwa TNI telah disusupi PKI karena ketiga patung itu menggambarkan sejarah dalam masa-masa masih ada PKI di Indonesia.


Patung Soeharto, Sarwo Edhie, dan A.H. Nasution yang Tidak Tampak di Museum Dharma Bhakti, Kostrad. (Foto: INDOZONE)


Pernyataan itu segera mendapatkan sambutan luar biasa dari mereka yang selalu menghembuskan adanya PKI hingga hari ini. Mereka pun mendukung bahwa hilangnya patung itu merupakan tanda-tanda kehadiran PKI. Artinya, mereka marah bahwa patung itu harus tetap ada di tempatnya.

Anehnya, banyak di antara mereka yang mengecam hilangnya patung itu adalah orang-orang yang selalu berceramah, berteriak, mengajarkan, dan berpendapat bahwa patung adalah haram dalam Islam. Patung adalah tempatnya syetan menurut mereka. Akan tetapi, ketika patung Soeharto hilang, mereka marah dan menuding adanya PKI di TNI.

Seharusnya kan kalau memang mengharamkan patung, semua patung harus diharamkan dan mendukung penghilangan atau penghancuran patung, patung apa pun. Mau patung siapa pun harus didukung untuk dihilangkan. Aneh jadinya kalau mengharamkan patung, tetapi patung Soeharto, Sarwo Edhie, dan Nasution tetap harus ada.

Kan lucu jadinya jika ada pernyataan semua patung haram, kecuali Soeharto, Sarwo Edhie, dan Nasution.

Ajaran apa itu?

Kalau yakin bahwa patung haram, seluruh patung harus hilang. Kalau tidak mengharamkan patung, ya biasa-biasa saja.

Bagi yang tidak mengharamkan patung, kan tinggal dicek hilangnya patung itu kenapa. Faktanya, ketiga patung itu dipindahkan atas permintaan mantan Pangkostrad Azmyn Yusri Nasution yang dulu berinisiatif membuat patung itu. Karena dirinya yakin bahwa patung itu haram, ia meminta Pangkostrad sekarang, Dudung Abdurachman, untuk memindahkan patung itu supaya dirinya tenang menghadapi hari tuanya, kini dia sudah berusia 67 tahun.

Jelas ya, patung itu bukan dihilangkan karena TNI terpengaruh PKI. Itu disebabkan Kostrad menghormati keinginan hidup tenang dari mantan Pangkostrad Azmyn Yusri Nasution.

Sampurasun.

No comments:

Post a Comment