Tuesday 26 October 2021

Para Mantan FPI dan Ormas Baru Mereka


oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

Sebetulnya ini berita sudah cukup lama, tetapi tetap menarik karena masih banyak orang yang membicarakannya. Orang-orang masih menyimpan kecurigaan yang besar kepada para mantan anggota Front Pembela Islam (FPI) yang telah dibubarkan itu. Banyak orang dan Ormas yang waspada terhadap mereka. Hal itu ditambah dengan hadirnya FPI gaya baru yang bernama Front Persaudaraan Islam, masih disingkat FPI. Ormas ini dianggap ingin membangkitkan kembali semangat FPI lama.

            FPI baru ini kemudian kini dipimpin mantan imam FPI lama Banten Ahmad Qurthubi Jaelani.  Ia berharap para anggota FPI lama dapat bergabung dengan FPI baru. Para mantan FPI punya wadah baru untuk berorganisasi dan memperjuangkan aspirasinya.

            Sementara itu, ternyata tidak semua mantan FPI lama ini bergabung di FPI baru. Salah satunya, mereka membentuk lagi organisasi baru, namanya Perisai Bangsa. Ormas ini didirikan oleh mantan wakil ketua bidang organisasi FPI lama Surabaya Habib Umar Al Athos dan mantan wali laskar FPI lama Surabaya Gus Din Nawawi. Habib Umar Al Athos menjabat sebagai Ketua Perisai Bangsa Surabaya, sedangkan Gus Din sebagai Sekretaris Perisai Bangsa Surabaya.

            Habib Umar Al Athos tidak merasa tertarik untuk ikut bergabung menjadi anggota ataupun pengurus FPI baru yang dideklarasikan di Jakarta itu. Mereka memilih untuk mendirikan Ormas baru di Surabaya.

            Baik FPI baru maupun Perisai Bangsa dua-duanya di atas kertas dan dalam lisan memiliki cita-cita yang bagus untuk bersama-sama membangun dan mempertahankan Indonesia. Tinggal kita lihat saja nanti. Jika banyak orang yang resah dan kembali dianggap menganggu, ya dibubarkan lagi. Jika justru berperan aktif dalam menyelesaikan masalah rakyat dan memberikan banyak saran positif untuk dilakukan pemerintah, mereka akan menjadi elemen bangsa yang dihormati sebagaimana Ormas-ormas lain yang sudah menjadi mitra berpikir pemerintah untuk memecahkan masalah bangsa, baik dengan dukungan ataupun kritik.

            Saya sendiri tidak terlalu khawatir dengan mereka karena di samping kekuatan mereka sudah terbagi dua yang artinya semakin berkurang, juga sudah mendapatkan pengalaman dari masa lalu yang menyebabkan pucuk pemimpinnya ditangkap karena masalah hukum. Mereka bisa belajar dari berbagai peristiwa yang terjadi. Jika di antara mereka berbeda pendapat, bagus-bagus saja, setiap orang boleh berpendapat berbeda. Setiap habib bisa beda pikiran. Bahkan, bisa beda pandangan politik pada saat pemilihan serentak kepala daerah dan presiden. Mereka bisa beda sosok calon pemimpin yang akan dipilih. Itu biasa normal. Toh kemarin-kemarin juga beda doanya. Ada yang mendoakan Prabowo menjadi presiden dan ada yang mendoakan Jokowi untuk tetap menjadi presiden.

Doa yang terkabul kan kalian sudah tahu sendiri, iya kan?

            So, jangan terlalu curiga dengan mereka, toh mereka juga WNI. Akan tetapi, tetap harus diperhatikan karena ada pengalaman lama yang membuat mereka harus dibubarkan.

            Sampurasun.

No comments:

Post a Comment