oleh
Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
Sebetulnya ini berita sudah
cukup lama, tetapi tetap menarik karena masih banyak orang yang
membicarakannya. Orang-orang masih menyimpan kecurigaan yang besar kepada para
mantan anggota Front Pembela Islam (FPI) yang telah dibubarkan itu. Banyak
orang dan Ormas yang waspada terhadap mereka. Hal itu ditambah dengan hadirnya
FPI gaya baru yang bernama Front Persaudaraan Islam, masih disingkat FPI. Ormas
ini dianggap ingin membangkitkan kembali semangat FPI lama.
FPI baru ini kemudian kini dipimpin mantan imam FPI lama
Banten Ahmad Qurthubi Jaelani. Ia
berharap para anggota FPI lama dapat bergabung dengan FPI baru. Para mantan FPI
punya wadah baru untuk berorganisasi dan memperjuangkan aspirasinya.
Sementara itu, ternyata tidak semua mantan FPI lama ini
bergabung di FPI baru. Salah satunya, mereka membentuk lagi organisasi baru,
namanya Perisai Bangsa. Ormas ini didirikan oleh mantan wakil ketua bidang organisasi
FPI lama Surabaya Habib Umar Al Athos dan mantan wali laskar FPI lama Surabaya
Gus Din Nawawi. Habib Umar Al Athos menjabat sebagai Ketua Perisai Bangsa
Surabaya, sedangkan Gus Din sebagai Sekretaris Perisai Bangsa Surabaya.
Habib Umar Al Athos tidak merasa tertarik untuk ikut
bergabung menjadi anggota ataupun pengurus FPI baru yang dideklarasikan di
Jakarta itu. Mereka memilih untuk mendirikan Ormas baru di Surabaya.
Baik FPI baru maupun Perisai Bangsa dua-duanya di atas
kertas dan dalam lisan memiliki cita-cita yang bagus untuk bersama-sama
membangun dan mempertahankan Indonesia. Tinggal kita lihat saja nanti. Jika
banyak orang yang resah dan kembali dianggap menganggu, ya dibubarkan lagi.
Jika justru berperan aktif dalam menyelesaikan masalah rakyat dan memberikan
banyak saran positif untuk dilakukan pemerintah, mereka akan menjadi elemen
bangsa yang dihormati sebagaimana Ormas-ormas lain yang sudah menjadi mitra
berpikir pemerintah untuk memecahkan masalah bangsa, baik dengan dukungan
ataupun kritik.
Saya sendiri tidak terlalu khawatir dengan mereka karena
di samping kekuatan mereka sudah terbagi dua yang artinya semakin berkurang,
juga sudah mendapatkan pengalaman dari masa lalu yang menyebabkan pucuk
pemimpinnya ditangkap karena masalah hukum. Mereka bisa belajar dari berbagai
peristiwa yang terjadi. Jika di antara mereka berbeda pendapat, bagus-bagus
saja, setiap orang boleh berpendapat berbeda. Setiap habib bisa beda pikiran. Bahkan,
bisa beda pandangan politik pada saat pemilihan serentak kepala daerah dan
presiden. Mereka bisa beda sosok calon pemimpin yang akan dipilih. Itu biasa
normal. Toh kemarin-kemarin juga beda doanya. Ada yang mendoakan Prabowo
menjadi presiden dan ada yang mendoakan Jokowi untuk tetap menjadi presiden.
Doa
yang terkabul kan kalian sudah tahu sendiri, iya kan?
So, jangan terlalu curiga dengan mereka, toh mereka juga
WNI. Akan tetapi, tetap harus diperhatikan karena ada pengalaman lama yang
membuat mereka harus dibubarkan.
No comments:
Post a Comment