oleh
Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
Usulan pemerintah Turki
Recep Tayyip Erdogan agar Indonesia dapat mengabadikan nama Mustafa Kemal
Ataturk menjadi nama jalan di Indonesia mendapat tentangan dari beberapa
gelintir orang yang berpikiran sangat lucu. Mereka ini seperti sedang melawak.
Mereka yang lucu itu adalah sedikit orang-orang Indonesia
para pemuja Presiden Erdogan. Para pemuja ini menganggap Erdogan adalah
pemimpin yang paling membela Islam, pemimpin utama pujaan umat Islam. Akan
tetapi, pada saat yang sama para pemuja Erdogan ini membenci Mustafa Kemal
Ataturk. Mereka menganggap bahwa Kemal adalah penjahat yang pasti masuk neraka
karena meruntuhkan kekuatan terakhir kekhalifahan di Turki. Padahal, Erdogan
yang mereka puja itu sangat menghormati Kemal sebagai “Bapak Turki”. Ataturk
itu artinya Bapak Turki. Erdogan menjaga ketat patung Kemal dan kuburan Kemal
serta menjadi daya tarik wisatawan yang datang berziarah dari seluruh dunia.
Erdogan meneruskan cita-cita Kemal dan tidak mengembalikan Turki ke sistem kekhalifahan.
Betapa tidak lucu?
Para pemuja ini memuja Erdogan, tetapi membenci Kemal,
padahal Erdogan yang mereka puja ini mengagungkan Kemal.
Penghormatan kepada Kemal inilah yang membuat pemerintahan
Turki Erdogan mengusulkan ada jalan yang menggunakan nama Kemal Ataturk untuk
mempererat persahabatan antara Turki dengan Indonesia.
Hal yang lebih parah membuat pengen tertawa adalah mereka
menyalahkan Presiden RI Jokowi. Kata mereka ini adalah ciri bahwa Jokowi tidak
memihak Islam dan mengarahkan Indonesia menjadi negara sekuler.
Apa hubungannya antara Jokowi dengan usulan Erdogan?
Erdogan yang punya usul, kok Jokowi yang disalahkan?
Mereka memang bagusnya menjadi pelawak saja. Sudah copot
saja itu gelar ustadz, lalu jadi komedian saja sekalian.
Hal yang tak kalah lucunya adalah mereka seolah-olah
sangat paham tentang diri Kemal dibandingkan rakyat Turki sendiri. Kemal itu
orang Turki, pemimpin Turki, pasti orang Turki yang lebih mengenal Kemal
dibandingkan orang-orang Indonesia.
Lucunya, segelintir orang Indonesia yang sok tahu ini
menuduh Kemal adalah penjahat, padahal orang-orang Turki sangat menghormati dan
menghargai Kemal.
Kalau ditanya, siapa yang lebih mengenal Jenderal
Sudirman?
Orang Indonesia atau orang Turki?
Pasti jawabannya orang Indonesia karena Sudirman adalah
orang Indonesia dan pemimpin Indonesia.
Mana mungkin orang Turki lebih mengenal Sudirman
dibandingkan orang Indonesia?
Sudahlah, kita tinggalkan saja orang-orang lucu itu.
Begini sedikit penjelasan tentang Kemal yang saya tahu
dari Presiden ke-1 RI Soekarno dalam bukunya “Dibawah Bendera Revolusi” yang sangat tebal itu. Saat itu Turki
sedang dalam keadaan bahaya, sangat genting. Negeri itu diambang kehancuran.
Dari luar mereka mendapatkan banyak ancaman serangan militer negara lain dan
dari dalam negeri sendiri menghadapi banyak pemberontakan. Saking berantakan
dan rusaknya Turki, negeri itu disebut “The
Sick Man from Europe”, ‘Si Orang Sakit dari Eropa’. Untuk memperbaikinya,
diperlukan upaya yang tepat dan sangat cepat karena hanya punya sedikit waktu,
Turki bisa kapan saja runtuh. Upaya perbaikan itu sangat berjalan lambat dan
kerap tidak sesuai dengan yang diharapkan untuk menyelamatkan Turki. Hal itu
disebabkan segala keputusan negara harus mendapatkan pertimbangan dan
persetujuan para ulama. Di sinilah masalahnya.
Menurut Soekarno, para ulama itu adalah mereka yang
tinggal dan hidupnya di kuburan-kuburan. Hal itu membuat mereka tidak mengerti
tentang situasi negara. Hal ini bagi Mustafa Kemal Ataturk sangat menghambat
upaya penyelamatan Turki. Dalam suatu pertemuan dengan para ulama, Kemal sangat
kesal sehingga naik ke atas meja dan berteriak lantang untuk menyelamatkan
negara sambil memarahi para ulama itu. Kisah selanjutnya, Kemal memang
mengambil alih kewenangan Turki. Hasilnya, Turki hingga sekarang bisa hidup dan
terus ada dengan menggunakan sistem pemerintahan yang sangat berbeda
dibandingkan sistem kekhalifahan masa lalu. Oleh sebab itu, tak heran jika Erdogan
dan rakyat Turki menggelarinya sebagai Bapak Turki karena Kemal telah
menyelamatkan Turki dari jurang kehancuran.
Begitu Bro yang saya pahami dari tulisan Soekarno.
Jadi, berpikir itu harus lurus serta ada data dan faktanya.
Sumber informasinya juga harus jelas. Jangan bikin orang tertawa.
Hayu ah.
Sampurasun.
No comments:
Post a Comment