Friday, 22 October 2021

Menghitung Anies

 

oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

Nyanyi lagunya Krisdayanti, yuk.

 

“Menghitung hari

Detik demi detik

Masa kunanti apa ‘kan ada

Jalan cerita kisah yang panjang

Menghitung hariii ….”

 

            Sekarang mari kita ganti kata “hari” dengan kata “Anies”.

 

“Menghitung Anies

Detik demi detik

Masa kunanti apa ‘kan ada

Jalan cerita kisah yang panjang

Menghitung Aniiies ….”

           

            Enak nyanyinya?

            Merdu kan?

            Kalian yang nyanyi, ya pasti merdu atuh.

            Jabatan Anies Baswedan sebagai gubernur DKI Jakarta berakhir pada 16 Oktober 2022. Selanjutnya, kepemimpinan Jakarta akan dipegang pelaksana tugas (Plt) hingga 2024.

            Setelah berhenti menjadi gubernur, Anies harus berhitung dan banyak berpikir. Dia bisa ikutan menjadi calon dalam pemilihan presiden, ikutan lagi menjadi gubernur DKI Jakarta untuk periode kedua, atau selesai dalam berpolitik karena sudah mentok nggak bisa ke sana dan ke sini.

            Kalau untuk ikut menjadi calon presiden (Capres), dia harus didukung partai dengan minimal kekuatan 20%. Sampai hari ini dia belum punya kekuatan itu. Hal itu disebabkan 82% partai adalah kekuatan politik pemerintahan Jokowi. Sisanya, 18% ada di PKS dan Partai Demokrat. Masih sangat kurang untuk menjadi syarat ikutan nyapres. Itu juga kalau memang PKS dan Demokrat nyalonin Anies. Kenyataannya, hingga hari ini kedua partai itu belum terbuka menyatakan akan mencalonkan Anies. Partai Demokrat malah sudah mengusung calonnya sendiri, yaitu Agus Harimurto Yudhoyono (AHY), Ketua Partai Demokrat. PKS juga dengar-dengar punya calon sendiri yang kalau saya nggak salah dengar, namanya Dr. Salim. Memang belum terlalu terkenal, tetapi kalau memang dicalonkan, PKS akan berjuang untuk memperkenalkan sosok calonnya itu.

            Lalu, bagaimana nasib Gubernur Seiman Santun Anies Baswedan itu yang dulu pendukungnya melarang jenazah untuk disholatkan di masjid karena memilih Ahok?

            Dia harus bekerja keras untuk mendapatkan dukungan dari partai. Terjal memang, tetapi harus dilalui jika benar berniat menjadi calon presiden.

            Kalau merasa terlalu berat untuk nyapres, ya nyagub lagi aja ikut pemilihan gubernur DKI Jakarta untuk periode kedua. Kalau buat nyagub, dukungan partai sepertinya aman buat Anies. Jika dilihat dari kasus interpelasi tentang rencana pelaksanaan balap mobil Formula E yang dianggap telah merusakkan kawasan Monas dan telah mengeluarkan uang rakyat hampir satu triliun tanpa jelas kapan pelaksanaan dan tempat balapnya itu, ada tujuh partai yang membentengi Anies dari serangan interpelasi PDIP dan PSI. Artinya, ada banyak partai yang tampaknya bersedia untuk menjadi kendaraan Anies jika nyagub lagi di DKI.

            Meskipun aman untuk ikutan nyagub lagi, belum tentu terpilih lagi karena akan muncul calon-calon gubernur baru, misalnya, Riza Patria yang sekarang menjadi wakil gubernur dari Gerindra itu bisa ikutan menjadi calon gubernur, begitu juga dengan orang lain. Lawan berat Anies yang sudah mendapatkan banyak dukungan adalah Gibran Rakabuming Raka yang sekarang masih menjadi walikota Solo dan anak dari Presiden RI Jokowi. Gibran sudah mendapatkan dukungan terbuka dari PKB dan PAN. Dia sendiri adalah kader PDIP. Belum lagi Gerindra sudah bersilaturahmi kepada Gibran. Enam menteri, Kapolri, Gubernur Jateng Ganjar, dan mantan Wagub DKI Ahok sudah mendatangi Gibran. Penyanyi kondang balada Iwan Fals pun mendukung jika Gibran melanjutkan karir politiknya ke tingkat yang lebih tinggi.

            Tantangan buat Anies memang sangat berat. Nyapres terjal, nyagub juga sangat berat karena dia nganggur dulu dari jabatan publik tahun 2022 dan harus menunggu selama dua tahun hingga pemilihan serentak pada 2024.

            Kalau Anies tidak berhasil melanjutkan karir politiknya, saya sarankan Anies kembali pada habitatnya yang lama, menjadi pengajar seperti saya saja. Banyak hal yang bisa diajarkan oleh Anies kepada generasi muda lewat sekolahan atau kuliahan.

            Mari menyanyi lagi.

            “Menghitung Anies

            Detik demi detik ….”

            Udah ah, bosen.

            Sampurasun.

No comments:

Post a Comment