Thursday, 30 June 2022

Kulit Berwarna Peluk Kulit Putih

 

oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

Sejak SMP, SMA, kuliah, hingga akhir-akhir ini, ketika membaca majalah, koran, ataupun menonton berita di televisi selalu saja orang-orang berkulit putih yang datang ke orang-orang kulit berwarna di Afrika, Timur Tengah, India, dan negara lainnya untuk memberikan perhatian, kepedulian, kasih sayang, dan bantuan atas berbagai penderitaan dan keterbelakangan yang diderita. Orang-orang berkulit putih itu memang memiliki banyak kelebihan dalam hal akses, pendidikan, harta benda, dan kekuasaan. Mereka pun punya banyak yayasan yang menggalang dana untuk membantu rakyat di negara-negara miskin dan tertinggal yang rata-rata kulitnya berwarna. Lady Di dari Inggris dan Angelina Jolie dari Amerika Serikat adalah tokoh yang kerap melakukan kunjungan dan bantuan-bantuan itu. Tokoh yang sangat legendaris adalah Mother Teresa atau Bunda Teresa, biarawati Katolik Roma yang mengabdikan diri dan seluruh hartanya untuk kemanusiaan di India dengan membantu dan melayani orang-orang berpenyakit, miskin, terpinggirkan, dan sekarat.

            Kini dunia sedang terbalik, dunia menyaksikan bahwa orang kulit berwarna sedang menolong, membantu, dan berupaya mencari jalan keluar bagi orang-orang kulit putih yang sedang menderita. Dunia sedang menyaksikan orang kulit berwarna dari Asia, tepatnya Indonesia, Iriana Jokowi, memeluk pasien korban perang Rusia Vs Ukraina yang menderita bukan hanya fisik, melainkan pula mengalami kerusakan otak karena stres. Tangisan mereka jatuh di pangkuan Iriana. Ini pemandangan yang tidak biasa. Hal itu disebabkan di dunia barat masih banyak yang rasis dan menganggap orang berkulit putih adalah lebih mulia dibandingkan orang kulit berwarna. Saya saja sering mereka sebut sebagai “teman setengah binatang” hanya karena saya berasal dari Asia, Indonesia. Tentu tidak semuanya, tetapi mereka masih banyak yang rasis.


Iriana Jokowi Hibur dan Peluk Pasien Korban Perang Rusia Vs Ukraina (Foto: Kompas TV) 


            Foto Iriana Jokowi sedang menghibur pasien korban perang di rumah sakit di Kyiv, Ukraina saya dapatkan dari Kompas TV. Bukan hanya memeluk dan menghibur, Iriana pun menyampaikan rasa empati, simpati, dan bantuan medis atas nama rakyat Indonesia yang peduli terhadap kemanusiaan dan perdamaian.

            Hal ini sudah seharusnya menjadi tontonan yang bisa menjadi pelajaran bahwa warna kulit adalah bukan ukuran kemuliaan. Situasi bisa berubah-ubah dan terbalik. Orang yang tadinya di atas bisa jadi ke bawah atau sebaliknya.

            Orang yang mulia itu bukan atas dasar warna kulit dan tempat kelahiran, melainkan orang yang paling banyak memberikan manfaat dan kenyamanan bagi manusia lainnya.

            Sampurasun.

Tuesday, 28 June 2022

Cemas Keselamatan Jokowi

 


oleh: Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

Beberapa hari ini semakin banyak orang yang cemas atas keselamatan Presiden RI Jokowi dan istrinya, Iriana dalam misinya untuk mendamaikan perang antara Rusia dan Ukraina. Perjalanan Jokowi dari Indonesia ke Jerman memenuhi undangan G7, lalu transit di Polandia untuk menggunakan kereta api menuju Ibu Kota Ukraina, Kiev, menemui Presiden Ukraina Zelensky, kemudian ke Moskow menemui Presiden Rusia Putin, mendapatkan sorotan rakyat Indonesia, termasuk perhatian dunia internasional. Banyak sekali doa yang dipanjatkan rakyat Indonesia dalam berbagai agama. Menurut survey, 76,7% rakyat Indonesia puas terhadap kinerja Jokowi. Wajar jika mendapatkan banyak doa dari seluruh agama di Indonesia.

            Sudah sesuatu yang normal jika rakyat Indonesia mencemaskan pemimpinnya yang mengunjungi medan perang yang dikabarkan lebih dahsyat dibandingkan perang dunia masa lalu. Bahkan, kata pengamat AS, tiga hari serangan Rusia ke Ukraina menimbulkan kerusakan yang sama dengan 73 tahun serangan Israel ke Palestina. Soal suka atau tidak suka terhadap Jokowi, semestinya dikesampingkan dahulu karena dia bagaimana pun adalah Presiden Indonesia. Saya tidak menyukai Presiden RI Soeharto, tetapi ketika dia keluar negeri dan mendapatkan perlakuan tidak baik dari negara lain, saya pasti tersinggung dan membela Soeharto. Saya tidak memilih Presiden SBY, tetapi ketika dia mendapatkan perlakuan buruk dari negara lain, saya pasti membelanya. Soal saya tidak suka, itu adalah urusan di dalam negeri.

            Indonesia adalah ibarat sebuah keluarga. Jika ada perselisihan di dalam keluarga, itu adalah urusan dalam keluarga, bukan urusan orang lain. Jika kita mengajak orang lain untuk ikut campur urusan keluarga kita,  itu artinya parah dan keluarga itu berantakan. Sudah tidak pantas lagi seorang anggota keluarga yang mengajak pihak luar untuk merusakkan keluarganya sendiri masih disebut anggota keluarga. Dia harusnya keluar dari keluarga itu. Tidak pantas seseorang meminta orang lain memukuli ayahnya, kakaknya, adiknya, atau bahkan ibunya sendiri karena ada persengketaaan keluarga. Apa pun yang terjadi dalam keluarga kita, jika anggota keluarga kita mendapatkan perlakuan buruk dari orang lain, kita harus membelanya. Soal perselisihan keluarga, kita selesaikan di dalam keluarga sendiri.

            Hal yang banyak dicemaskan rakyat adalah ketika Jokowi berada di Kiev menemui Presiden Zelensky karena Ukraina adalah medan pertempuran. Sebetulnya, dalam etika hubungan internasional, Jokowi adalah tamu kehormatan negara. Ukraina harus menjamin keselamatan Jokowi. Demikian pula, Rusia harus menjaga keselamatan Jokowi. Wajib hukumnya. Jaminan itu pasti diberikan oleh Zelensky dan Putin. Jadi, selama Jokowi berada di Ukraina dan Rusia, sudah seharusnya perang berhenti untuk tercipta kondusivitas upaya perdamaian.

            Keamanan yang diberikan Ukraina dan Rusia sudah cukup bisa dipercaya oleh dunia untuk keselamatan Jokowi karena keduanya adalah negara sahabat Indonesia. Jadi, sudah pasti menjaga persahabatan itu. Hal yang tidak bisa diduga adalah adanya kemungkinan teroris “lone wolf” yang bergerak atas dasar keinginan kelompoknya sendiri dan tidak mengatasnamakan negara tertentu.  Dia atau mereka akan melakukan tindakan-tindakan brutal karena tidak menginginkan perdamaian terjadi dan sangat diuntungkan oleh perang tersebut. Dunia sudah mengalami kejahatan mereka itu, seperti, pembunuhan terhadap Presiden AS Abraham Lincoln dan Kennedy. Presiden Kuba Fidel Castro sempat mengalami ancaman yang sama berupa upaya pembunuhan menggunakan peluru, racun yang ditaburkan di gelas susunya, atau dioleskan di cerutunya, tetapi upaya para penjahat ini tidak berhasil terhadap Castro.

            Karena ancaman yang serius, Jokowi dilengkapi dengan Paspampres terbaik berjumlah 39 orang yang dilengkapi senjata laras panjang, helm, dan rompi antipeluru. Itu jumlah yang diberitakan, jumlah yang sebenarnya, saya yakin jauh lebih banyak dari itu.

            Semua persiapan yang dilakukan Indonesia-Ukraina-Rusia sudah sangat baik. Akan tetapi, hal apa pun bisa terjadi di medan tempur. Oleh sebab itu, diperlukan doa bersama agar perdamaian bisa tercipta. Minimal, upaya dialog awal mulai diciptakan Indonesia karena dialog pertama perdamaian yang dilakukan oleh Turki dan dialog kedua oleh Israel telah gagal mendamaikan mereka. Kalau perang tidak berhenti juga, dalam beberapa bulan akan terjadi kelaparan di dunia serta prediksi IMF bahwa akan ada 60 negara yang bangkrut dan 42 di antaranya dipastikan bangkrut, benar-benar terjadi.

Memang Indonesia tidak ada dalam daftar negara bangkrut itu. Akan tetapi, kalau banyak negara yang bangkrut, Indonesia akan kehilangan banyak rekan bisnis dan akan pula menanggung banyak kerugian.

            Semoga Presiden Jokowi dan rombongan tetap selamat dan perdamaian mulai tercipta. Aamiin.

            Sampurasun.

Saturday, 25 June 2022

Hebatnya Ulama Pendiri Bangsa

 

oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

Indonesia ini didirikan oleh ulama, para santri, dan para pejuang nasionalis lainnya. Orang-orang nonmuslim dan muslim yang tidak tergabung dalam organisasi keagamaan biasanya termasuk dalam golongan nasionalis. Merekalah yang disebut “founding fathers” atau “para pendiri bangsa”.  Jadi, bukan hanya Soekarno dan Mohammad Hatta, melainkan pula banyak elemen yang membidani kelahiran bangsa Indonesia.

            Kalau kita jadikan Soekarno sebagai tokoh sentral kependirian bangsa, banyak sekali ulama yang memberikan masukan dan partner debat Soekarno. Dia sendiri adalah murid dari Haji Oemar Said Tjokroaminoto. Soekarno ditemani berjuang oleh Mohammad Natsir dan Mohammad Hatta. Dia sering berdebat dengan Buya Hamka dan Haji Agus Salim. Dalam catatan sejarah, dia pun kerap berdiskusi dengan Hassan Bandung. Di samping itu, dalam mempertahankan kemerdekaan sering sekali meminta nasihat Hasyim Asyaari dan Ahmad Dahlan. Dalam sidang-sidang konstituante dipenuhi pula oleh ulama.

            Diskusi, perdebatan, dan berbagai nasihat ulama itu telah membentuk dasar-dasar kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia. Salah satu dasar yang menarik perhatian saya adalah politik luar negeri Indonesia yang “bebas dan aktif” dan sikap nonblok atau non alignment yang harus dijalankan Indonesia dalam bergaul di kancah pergaulan internasional.

            Politik luar negeri yang bebas dan aktif itu ternyata terbukti hari ini telah menyelamatkan Indonesia untuk tidak terseret-seret kepentingan asing, baik kepentingan Barat maupun Timur. Indonesia tidak boleh berpihak pada salah satu blok, tetapi harus bebas dari tekanan negara mana pun, tetapi tetap aktif mewujudkan perdamaian dunia. Indonesia harus tetap berada di tengah.

            Ulama dan para pendiri bangsa lainnya sudah punya penglihatan atau prediksi terhadap masa depan. Para ulama itu memahami kejadian-kejadian masa depan. Oleh sebab itu, mereka meletakkan dasar-dasar kehidupan bernegara, termasuk politik luar negeri bebas dan aktif agar bangsa Indonesia tetap berada dalam keadaan baik menghadapi situasi kehidupan masa depan. Makin kagum saya terhadap para ulama itu.

            Pada zaman ini semakin jelas dengan adanya perang Rusia Vs Ukraina yang didukung Amerika Serikat dan sekutunya. Indonesia dibujuk rayu sekaligus diancam jika tidak memihak Barat oleh AS dan sekutunya. Indonesia pun didekati dan dipuji-puji oleh Rusia, Cina, dan sekutunya. Akan tetapi, karena diamanati oleh para sepuhnya yang terdiri atas para ulama dan pejuang nasionalis itu, Indonesia tetap kukuh pada prinsipnya, yaitu tidak memihak Barat maupun Timur. Dengan demikian, Indonesia memiliki kesempatan yang sangat besar untuk aktif dalam mendamaikan Timur dan Barat agar kehidupan dunia berjalan lebih baik dan harmonis sesuai perkembangan zaman secara natural.

            Saat ini tampak jelas ketika dunia terbagi dua blok barat dan blok timur serta saling menguatkan kelompoknya masing-masing dan menjatuhkan lawannya, Presiden RI Jokowi malah memilih untuk berangkat menemui kedua presiden yang sedang berperang itu. Jokowi menemui Presiden Ukraina Volodymir Zelensky dan Presiden Rusia Vladimir Putin dengan pesan perdamaian. Memang tidak mungkin hanya satu atau dua kali kunjungan akan terjadi perdamaian karena perdamaian itu memerlukan upaya besar dan berbiaya mahal, tetapi dengan kehadiran Jokowi ke kedua negara yang sedang perang itu minimal berhenti perang ketika Jokowi sedang berada di kedua negara itu. Mereka harus bertangung jawab atas keselamatan Presiden Indonesia sebagai tamu kehormatan mereka.

            Meskipun demikian, Paspampres Jokowi pun sudah bersiap bertugas dengan berupa gabungan pasukan Kopassus, Den Jaka, dan Paskhas dengan senjata laras panjang yang dilengkapi helm, rompi antipeluru, dan jumlah peluru tak terbatas. Kehadiran Jokowi dengan pasukannya yang berjumlah 39 orang itu disebut publik AS, Malaysia, dan Singapura, sebagai tindakan gila.

            Indonesia memang harus berperan aktif dalam mendamaikan dunia karena itu adalah pesan para pendiri bangsa sebagai wujud dari politik luar negeri bebas aktif. Politik luar negeri ini kalau dipandang dari ajaran Islam adalah sesuai dengan keinginan Allah swt dalam “QS Al Baqarah : 143” bahwa umat Islam adalah harus menjadi “ummatan wasathan”, ‘umat pertengahan’, yang bisa juga diartikan sebagai umat penengah yang menjadi saksi atas kehidupan manusia dan memberikan solusi bagi kekisruhan manusia, tidak berat sebelah, tidak ke kanan dan tidak ke kiri, tidak ke timur dan tidak ke barat, melainkan berada di pertengahan dengan sikap seimbang dan adil.

            Sekali lagi, sungguh saya mengagumi kecerdasan dan kemampuan prediksi para ulama pendiri bangsa agar Indonesia tetap berada di jalur yang benar.

Kalaulah ada yang sok tahu dan mengecilkan, bahkan menganggap karya besar para ulama Indonesia terdahulu dalam mendirikan bangsa ini adalah sebuah kesalahan dan menganggap diri mereka sendiri adalah lebih hebat dan lebih cerdas sehingga ingin mengubah Indonesia sesuai keinginan mereka, saya hanya ingn bertanya, apa yang telah kalian lakukan untuk negeri ini dan apa yang telah kalian korbankan untuk kepentingan rakyat Indonesia?

            Sampurasun.

Wednesday, 22 June 2022

Kalau Mau Makmur, Jangan Ribut

 


oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

Jika mengajak diskusi siapa pun tentang hal ini, jawabannya selalu sama karena berasal dari otak dan hati yang jujur.

            Kalau kita punya uang lima puluh juta dan ingin membuka toko kecil-kecilan, tempat mana yang akan dipilih untuk usaha?

            Tempat yang penduduknya tidak berpendidikan, gemar ribut, sering tawuran, banyak pertengkaran, dan miskin atau tempat yang penduduknya berpendidikan, damai, saling menghormati, tidak gemar tawuran, dan punya uang banyak?

            Jawabannya selalu sama dan para pembaca tulisan saya pun pasti menjawab hal yang sama.

            Iya, kan?

            Begitu juga dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Jika ingin maju dan makmur bersama, kita harus menjaga situasi yang aman dan damai tanpa huru hara atau tanpa keributan yang mengarah pada perpecahan secara fisik. Kalau perdebatan ilmu pengetahuan, perbedaan pendapat, atau perbedaan pilihan politik sih, tidak mengapa, tidak masalah. Bahkan, itu bagus untuk pencerdasan.

            Dengan situasi yang aman, harmonis, damai, dan terkendali akan menarik para investor dan pemilik uang atau harta yang banyak dari seluruh dunia untuk menanamkan uangnya di Indonesia. Mereka bisa membuat perusahaan-perusahaan besar pada segala bidang sehingga terbuka banyak lapangan pekerjaan untuk kita dan kita pun bisa mendapatkan nilai tambah lainnya dari pajak, perputaran bisnis, serta alih teknologi. Kita bisa belajar dari mereka sehingga pada masa depan kita semakin mandiri karena memiliki banyak pengetahuan dan investasi yang banyak.

            Kalau selalu gemar ribut dan perpecahan, siapa yang tertarik menanamkan uangnya untuk bisnis di Indonesia?

             Itulah sebabnya Presiden Soeharto pada masa Orba melakukan tindakan yang sangat keras untuk membuat negara stabil dan tertib sehingga pada zamannya disebut sebagai “ekonomi adalah panglima”, berbeda daripada era Presiden Soekarno yang disebut “politik adalah panglima”. Sayangnya, Soeharto terlalu ekstrim sehingga membungkam aspirasi rakyat dan sangat kejam terhadap mereka yang berbeda pandangan, orang bisa tiba-tiba gila atau hilang tak diketahui di mana kuburannya. Dia dijatuhkan karena hal itu salah satunya.

            Pada masa ini diharapkan panglimanya adalah kesadaran diri dan penegakkan hukum yang tegas dan adil sehingga situasi tetap bisa terkendali untuk membuat suasana bisnis berjalan dengan baik dan menguntungkan.

            Baru-baru ini ada contoh menarik, yaitu Elon Musk yang awalnya diharapkan untuk membuat pabrik Tesla di Indonesia, ternyata memilih untuk membangun pabrik di Thailand. Dia memang membuat pabrik juga di Indonesia, tetapi hanya pabrik baterai yang bisa menyimpan listrik ratusan watt atau mungkin lebih dari seribu watt. Nilainya jelas jauh antara pabrik mobil dan pabrik baterai. Kalau pabrik Tesla ada di Indonesia, terbayang puluhan ribu orang bisa bekerja mengikuti perputaran bisnis Tesla. Keputusan Elon Musk untuk mendirikan pabrik di Thailand menggugurkan banyak kesempatan dan harapan untuk kita.

Beberapa pengamat menganalisa bahwa salah satu alasan Elon Musk tidak jadi membangun pabrik Tesla di Indonesia adalah adanya konflik-konflik dan potensi perpecahan yang ada di kalangan rakyat Indonesia meskipun itu bukan satu-satunya alasan. Elon Musk memang dikenal sangat pemilih dalam menanamkan uangnya. Dia menilai juga sejauh mana sebuah negara menghormati lingkungan, sikap para pengusaha terhadap karyawan, kemudahan birokrasi terhadap rakyat dan para pengusaha, serta yang lainnya.

Pendapat para analis ini bisa debatable, bisa didebat kebenarannya. Akan tetapi, cukuplah menjadi pelajaran bahwa untuk menjadi maju dan makmur, situasi harus diciptakan damai, aman, dan harmonis agar ada banyak uang yang masuk untuk diputarkan dalam bisnis serta menguntungkan banyak pihak. Kalau gemar tawuran dan huru hara, sangat sulit akan terjadi perputaran usaha secara positif.

Ekstrimnya, siapa yang akan menanamkan uangnya untuk buka usaha di Ukraina sekarang?

Tidak ada.

Siapa yang akan menanamkan uangnya di Afghanistan?

Cina mulai berani bisnis di Afghanistan, tetapi masih memperhatikan situasi hingga benar-benar aman untuk berbisnis di sana.

Mari ciptakan Indonesia yang harmonis dan untung bersama. Insyaallah.

Sampurasun.

Tuesday, 21 June 2022

Mahasiswa Radikal Jangan Dikembalikan ke Kampus

 


oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

Beberapa waktu lalu seorang mahasiswa dari sebuah perguruan tinggi di Kota Malang ditangkap Densus 88 karena berpemahaman dan bersikap intoleran, radikal, kemudian menjadi teroris. Memang dia tidak melakukan aksi teror langsung, tetapi melakukan pengumpulan sumbangan dan pengumpulan dana lainnya dari masyarakat untuk kemudian diserahkan kepada para teroris yang berafiliasi dengan “Islamic State of Iraq and Syiria” (Isis).

            Biasanya, pihak kepolisian jika melakukan penangkapan terhadap orang yang berstatus pelajar atau mahasiswa, kerap melakukan penanganan yang berbeda dibandingkan kepada yang lainnya. Para pelajar atau mahasiswa untuk beberapa kasus, dilakukan penanganan yang lebih ringan, misalnya, dikembalikan kepada orangtua, dikembalikan kepada institusi pendidikannya untuk dibina agar bisa terjadi kesadaran, atau penanganan berbeda lainnya. Contohnya, empat ratus mahasiswa Aceh yang diketahui telah melakukan tindakan korupsi dana beasiswa ditangani dengan cara tidak akan dihukum jika mengembalikan seluruh dana beasiswa yang telah digunakannya ke kas daerah, itu berarti berbeda penanganan dibandingkan para calo atau dosen yang terlibat dalam korupsi itu.

            Memang ada baik dan buruknya penanganan seperti itu, ada plus minusnya. Akan tetapi, untuk penanganan soal radikalisme atau terorisme, sebaiknya itu tidak dilakukan, perlakukan saja seperti para teroris lainnya dan diharuskan mengikuti program deradikalisasi. Hal itu disebabkan sebagaimana yang disampaikan pihak Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) sendiri yang menjelaskan bahwa sumber radikalisme adalah berasal dari “keluarga, Medsos, dan guru, dosen, atau para pengajar lainnya”. Bahkan, Ketua BNPT Boy Rafli Amar menegaskan bahwa dirinya memiliki daftar akurat yang berisi nama-nama perguruan tinggi dan dosen-dosen yang terpapar paham-paham radikal. Itu artinya, jika mahasiswa yang telah terbukti ditangkap Densus 88 dan memang terbukti pula di pengadilan bersikap dan berpahaman radikal dikembalikan ke keluarganya atau ke kampusnya, bisa menjadi masalah baru.

            Bagaimana jika pemahaman radikalnya berasal dari keluarga?

            Bagaimana jika memang kampusnya yang terpapar parah berpahaman radikal?

            Bagaimana jika memang keradikalannya itu berasal dari guru atau dosen-dosennya?

            Dia bisa mempengaruhi mahasiswa lainnya atau malah dikuatkan pemahamannya oleh lingkungan yang menjadi sumber pemahaman radikalnya. Oleh sebab itu, mahasiswa yang sudah ditangkap Densus 88 dan terbukti radikal bahkan membantu atau melakukan teror, tidak perlu diperlakukan berbeda hanya karena dia berstatus pelajar atau mahasiswa. Perlakukan saja seperti yang lainnya. Usianya juga sudah bukan anak-anak lagi karena di atas tujuh belas tahun.

            Ada baiknya juga Boy Rafli Amar tidak hanya mengatakan bahwa dirinya dan BNPT memiliki daftar nama-nama perguruan tinggi dan dosen atau guru-guru berpaham radikal, tetapi sebutkan saja nama perguruan tinggi itu agar masyarakat dan pemerintah memberikan penilaian sendiri terhadap institusi-institusi itu. Biarkan kepercayaan rakyat dan pemerintah mempertimbangkannya untuk melakukan tindakan selanjutnya. Di samping itu, BNPT sendiri segera saja melakukan berbagai tindakan untuk meminimalisasi atau kalau bisa, menghentikan mereka demi tercapainya tujuan pembangunan nasional Indonesia.

            Negeri ini didirikan oleh para ulama, para santri, dan para pejuang nasionalis yang mengorbankan air mata, darah, dan nyawa untuk kemerdekaan. Mereka berharap bahwa Indonesia menjadi tempat yang aman dan menjadi wadah bagi generasi selanjutnya agar makmur lahir dan makmur batin sebagaimana yang terkandung dalam alinea keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Oleh sebab itu, berbagai gangguan untuk mewujudkan cita-cita pembangunan Negara Indonesia harus dihilangkan.

            Sampurasun.

Wednesday, 15 June 2022

Ganti Menteri

 


oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

Kalau mengikuti tulisan-tulisan saya yang lalu, ada tiga tulisan tentang masalah minyak goreng, yaitu harga yang terlalu tinggi dan kelangkaannya. Penyebab kedua masalah itu tidak akan saya tulis lagi, sudah basi, sudah seharusnya orang paham. Salah satu solusi untuk menyelesaikannya, saya mengkritik pemerintah agar ada pergantian menteri, yaitu menteri perdagangan yang dijabat Muhammad Lutfi. Ternyata, benar saja sekarang jabatan menteri perdagangan diganti dan diserahkan kepada Zulkifli Hasan yang Ketua Partai Amanat Nasional (PAN) itu. Presiden Jokowi mendengar kok kritikan rakyat asal benar saja kritikannya, bukan berdasarkan hoaks dan kebencian.

            Menteri Lutfi jelas orang cerdas, punya pengaruh, siap bekerja, dan memang bekerja keras. Akan tetapi, ketika dihadapkan pada masalah minyak goreng, dia seperti kebingungan dan kehilangan cara. Meskipun dibantu Listyo Sigit dengan Polri-nya memberangus penimbunan dan pengoplosan minyak goreng, masalah belum juga kelar. Bahkan, Presiden Jokowi pun sempat mengambil tindakan ekstrim dan cukup mengerikan, yaitu menghentikan ekspor CPO dan minyak goreng ke luar negeri yang merugikan banyak pihak. Tujuannya agar rakyat terpenuhi kebutuhan minyak gorengnya dengan harga yang terjangkau. Beberapa negara, seperti, India, Korea Selatan, termasuk Cina kelabakan akibat kebijakan Jokowi karena kekurangan minyak goreng dari Indonesia. Bahkan, ada perdana menteri yang langsung mengemis minyak goreng dengan menelepon Presiden RI Jokowi. Di dalam negeri sendiri pun kebijakan Jokowi membuat harga kelapa sawit anjlok drastis dan merugikan petani sawit karena barangnya tidak terserap oleh produsen. Bagi rakyat mayoritas, keuntungannya tampak jelas, yaitu minyak goreng yang sempat sangat langka dan tidak bisa ditemukan di berbagai tempat penjualan jadi melimpah dan mendadak memenuhi rak-rak penjualan di berbagai tempat penjualan. Jokowi turun langsung membuat minyak goreng kembali melimpah, tetapi harganya tetap mahal, penurunan harganya sangat lambat. Harganya masih di atas Rp27.000 per liter, baik kemasan maupun curah. Memang menurun seribu atau dua ribu rupiah, tetapi harganya masih dianggap mahal bagi rakyat.  Jokowi pun memang mengatakannya mahal. Dia ingin harganya seperti dulu, yaitu Rp14.000,- per liter atau paling tidak mendekati harga yang dulu itu.

            Meskipun Jokowi berhasil membuat kembali minyak beredar melimpah, Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi tidak mampu meneruskan kebijakan Jokowi agar harga minyak goreng menjadi murah. Apalagi tersiar kabar bahwa Lutfi merasakan keletihan luar biasa dalam melawan para mafia minyak goreng.

            Kalau menteri merasa letih melawan mafia, kepada siapa lagi rakyat berharap?

            Masa harus selalu oleh Presiden?

            Melihat kenyataan itu, sudah tepatlah Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi diganti oleh orang yang mungkin lebih baik dan lebih tegas dalam hal itu. Pilihan Jokowi jatuh kepada Zulkifli Hasan untuk memegang jabatan Menteri Perdagangan RI yang baru. Semoga Bang Zul bisa bekerja lebih baik sesuai harapan Presiden dan rakyat Indonesia.

            Buat Muhammad Lutfi, semoga kecerdasan dan kesiapan bekerja kerasnya tidak luntur dan mampu berperan aktif dalam bidang lain yang benar-benar dia kuasai untuk tetap bersama-sama membangun bangsa dan mengukuhkan NKRI sebagai negara yang terus melangkah maju menghadapi masa depan yang sedang mengalami perubahan ini.

            Sampurasun.

Thursday, 9 June 2022

Kerja Sama Warga-Kampus


oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

Kegiatan positif itu adalah saling berbagi potensi dan berbagi keuntungan. Sekelompok mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) memilih lingkungan tempat tinggal saya yang di Kabupaten Bandung untuk menjalankan program pengabdian dari kampusnya. Mereka bawa uang Rp50 juta untuk digunakan dalam program itu, kemudian berkomunikasi dengan warga. Akhirnya, disepakati untuk membuat program mencerdaskan kehidupan bangsa dengan membangun taman baca dan balai untuk warga.

            Pembangunan itu menggunakan tanah fasilitas umum (Fasum) tepat di depan rumah saya. Kesepakatannya adalah uangnya dari mahasiswa, sedangkan tenaga, makanan, dan peralatan kerja dari warga. Saya sendiri diminta untuk membantu menyediakan isi pustaka dan honor untuk penjaga taman baca nantinya kalau sudah benar-benar rampung.

            Saya bilang, “Deal.”

            Mudah-mudahan Allah swt membukakan jalan rezeki-Nya.












            Pembangunan ini sebentar lagi selesai. Belum selesai pun sudah menjadi tempat favorit warga untuk berkumpul sambil mengasuh anak-anaknya. Taman baca diberi nama “Taman Baca Sawawa” serta balai untuk pertemuan dan penyimpanan pustaka, baik konvensional maupun digital diberi nama “Bale Sariak Layung”.

            Melihat keseriusan mahasiswa, saya harus bicara dengan dosen pembimbingnya agar para mahasiswa itu diberi nilai “A” untuk program itu. Hal ini pun pernah terjadi kepada diri saya ketika menjadi dosen pembimbing Kuliah Kerja Nyata (KKN) para mahasiswa Universitas Al Ghifari. Saya pernah dipanggil makan malam oleh Ketua RW, tokoh masyarakat, karang taruna, dan warga. Mereka meminta saya untuk memberikan nilai di atas “80”  bagi para mahasiswa Universitas Al Ghifari yang saya bimbing selama KKN di tempat mereka. Ngotot sekali mereka meminta saya untuk memberikan penilaian itu.

            Saya bilang, “Deal.”

            Saya tidak perlu lagi terlalu detail memeriksa hasil kerja mahasiswa selama KKN. Toh, masyarakat senang dan merasakan manfaat. Permintaan masyarakat agar saya memberikan nilai di atas 80 menunjukkan berarti mahasiswa saya bermanfaat, tidak menyebabkan kerusakan, tidak mengajarkan hal yang aneh-aneh, tidak mempengaruhi warga ke arah keburukan, bahkan memberikan banyak nilai positif. Hal itu sudah cukup bagi saya untuk memberikan nilai di atas 80 bagi mahasiswa sesuai keinginan masyarakat.

            Begitulah seharusnya mahasiswa dan kalangan akademisi berkolaborasi dengan masyarakat memberikan nilai-nilai pencerdasan dan kenyamanan bagi kehidupan bersama dalam rangka membangun kehidupan yang lebih baik dan keharmonisan yang lebih terasa sehingga semua mendapatkan kebaikan.

            Sampurasun.