oleh Tom Finaldin
Bandung, Putera Sang Surya
Sesungguhnya, Allah swt menciptakan jin dan manusia untuk tujuan tertentu, tujuan mulia, yaitu untuk mengabdi kepada-Nya.
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” (QS Adz Dzaariyaat : 56)
Dari dulu sampai sekarang, tujuan itu tak pernah berubah dan tak akan berubah. Oleh sebab itulah, Allah swt mengutus para nabi dan penerusnya untuk selalu mengingatkan manusia terhadap tujuan penciptaannya.
Akan tetapi, karena sumpah paregreg Iblis yang akan menyesatkan manusia dan jin tentunya, banyak jin dan manusia yang lupa atau sengaja meninggalkan tujuan penciptaannya sendiri. Di antara mereka ada yang benar-benar menjadi syetan; kaki tangan syetan, baik sadar ataupun tidak; bisa pula hanya tergoda untuk sesaat atau selamanya.
Dalam beberapa tulisan sudah saya wanti-wanti agar jangan menganggap enteng syetan. Syetan yang jenisnya manusia sudah jelas sama dengan kita, bahkan dalam beberapa hal mungkin memiliki keunggulan, misalnya, sekolahnya lebih tinggi, uangnya lebih banyak, relasinya jauh lebih luas, kedudukannya lebih terhormat, memiliki angkatan bersenjata yang hebat, karya-karyanya begitu populer, namanya sering disebut-sebut, serta berbagai kelebihan lainnya. Akan tetapi, adapula yang berasal dari golongan ekonomi menengah dan lemah. Hal itu memang disebabkan mereka manusia yang memiliki kesempatan yang sama dengan manusia lain. Bedanya, mereka sudah bergelar syetan. Meskipun demikian, kita tidak bisa menunjuk hidungnya dengan memvonis bahwa mereka syetan karena mereka menyembunyikan identitasnya dan membaur dengan manusia lainnya dalam berbagai lapangan kehidupan.
Bagi orang-orang yang mata batinnya awas disertai pemahaman yang cukup, akan dapat mengetahui mana syetan dan mana bukan. Kuncinya adalah pada ucapan dan perilaku yang cenderung mengajak pada hal-hal yang merusakkan hidup manusia. Kalaupun sempat tergoda, bahkan terjerumus jauh, orang beriman tanpa malu-malu akan segera meninggalkannya dan kembali memohon petunjuk Allah swt. Bagi orang-orang ini, syetan adalah jelas musuh yang nyata terlihat, bukan musuh yang gaib, tidak kelihatan.
“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di Bumi dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syetan karena sesungguhnya syetan itu musuh yang nyata bagimu.” (QS Al Baqarah : 168)
Sekali lagi, syetan adalah musuh yang nyata, bukan musuh yang gaib. Artinya, jelas tampak karena wujud fisiknya manusia, bukan jin.
Bagi orang-orang yang kurang pengetahuan, pasti sulit mendeteksi syetan dalam wujud manusia karena penuh dengan tipu daya. Syetan-syetan itu bisa hadir dengan ceramah-ceramah dan kegiatan-kegiatan kemanusiaan, program-program pembangunan, pendidikan, hukum, agama, bahkan mengobarkan jihad yang selintas berpihak pada kebenaran. Padahal, sesungguhnya teramat menyesatkan. Mereka memang sangat pandai. Wajar karena telah terlatih sejak Adam a.s. diciptakan.
Tentang syetan itu pandai, perhatikan firman Allah swt berikut.
“Hai Manusia, sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka sekali-kali janganlah kehidupan dunia memperdayakan kamu dan janganlah sekali-kali syetan yang pandai menipu memperdayakan kamu tentang Allah.” (QS Faathir : 5)
Dalam ayat tersebut, Allah swt memberikan keterangan bahwa syetan itu pandai, namun kepandaiannya itu digunakan untuk menipu. Alat yang digunakannya adalah kehidupan dunia yang pasti tak jauh di seputar harta, tahta, wanita, dan anak-anak.
Syetan yang jenisnya jin memang sulit untuk dilihat karena berbeda materi dengan kita. Cara kerjanya banyak dibicarakan dalam ceramah-ceramah umum maupun buku-buku agama. Saya tidak ingin terlalu banyak membicarakan hal ini karena sudah sangat sering kita dengar sehari-hari tentang godaan-godaan gaib ini.
Hal yang ingin saya tekankan adalah jangan anggap enteng syetan meskipun dari golongan jin. Para ahli spiritual di Indonesia boleh ditanya. Mereka sudah sangat sering melihat jin-jin berikut kerajaan-kerajaannya yang terdiri atas istana-istana megah lengkap dengan pengawal bersenjata. Jika ada kerajaan, pasti ada penyelenggara kerajaan yang terdiri atas raja, wakil, para menteri atau kepengurusan lainnya. Itu artinya, jin memiliki kemampuan mengorganisasikan diri, membentuk struktur pemerintahan, dan mempengaruhi massa.
Jangan pula dilupakan bahwa mereka memiliki kemampuan teknologi yang tinggi. Ketika Nabi Sulaiman a.s. meminta agar singgasana Ratu Balqis dipindahkan ke istananya, Ifrit dari golongan jin menyanggupinya.
“Berkata Ifrit (yang cerdik) dari golongan jin, ‘Aku akan datang kepadamu dengan singgasana itu kepadamu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu. Sesungguhnya, aku benar-benar kuat untuk membawanya lagi dapat dipercaya.” (QS An Naml : 39)
Ini bukan dongeng sebelum bobo, ada jin dari botol yang memindahkan istana untuk tuannya meskipun dongeng itu bisa jadi terinspirasi ayat di atas. Ifrit adalah makhluk halus, sedangkan singgasana Ratu Balqis adalah benda kasar, materi fisiknya kasar. Akan tetapi, ia dapat membawanya dengan kecepatan tinggi. Teknologi apa yang digunakannya? Pasti teknologi tingkat tinggi.
“Para jin itu membuat untuk Sulaiman apa yang dikehendakinya dari gedung-gedung yang tinggi dan patung-patung dan piring-piring yang (besarnya) seperti kolam dan periuk yang tetap (berada di atas tungku)…..” (QS Saba : 13)
Ayat di atas menunjukkan betapa jin memiliki kepandaian membuat bangunan-bangunan dan peralatan lainnya yang hebat-hebat. Artinya, jin memiliki kepandaian seperti manusia juga, bahkan mungkin lebih hebat. Mereka toh makhluk yang diciptakan lebih dahulu dibandingkan manusia dan memiliki jatah umur lebih panjang.
Dengan mengetahui bahwa syetan, baik jin atau manusia memiliki kemampuan luar biasa, kita benar-benar harus paham bahwa kita selalu dikepung lahir maupun batin, pikiran maupun perbuatan. Oleh sebab itu, Allah swt tak henti-hentinya mengingatkan manusia untuk selalu berlindung kepada-Nya dari godaan syetan yang terkutuk. Dengan kemurahan-Nya, Allah swt akan menunjuki kita jalan yang diridhoi-Nya dan menjauhkan kita dari godaan syetan-syetan itu.
Hal yang membuat kita lebih sulit adalah terjadinya kerja sama antara Raja Syetan Jin dan Raja Syetan Manusia. Mereka memiliki kepentingan yang sama, yaitu menjadikan manusia sebagai pengikutnya. Setidak-tidaknya, ada keterangan dari Muhammad Isa Dawud (1996) tentang hal ini. Pada abad ke-8 Masehi, Dajjal, Raja Syetan Manusia, berlayar menuju Pantai Florida. Di tengah laut, tepatnya di Segitiga Bermuda ia dikejutkan dengan adanya sebuah istana. Di istana itu ternyata Iblis Azazil telah menunggunya selama jutaan tahun. Setelah keduanya bertemu, terjadilah kesepakatan atau perjanjian bahwa mereka adalah satu. Iblis sebagai raja yang tersembunyi dan Dajjal sebagai raja yang terlihat.
Perlu diketahui bahwa maksud dari tersembunyi dan terlihat adalah merujuk pada bentuk fisik, bukan dalam penampilan di muka umum karena dalam kenyataannya, Dajjal pun selalu bersembunyi karena punya sifat pengecut. Itulah isyarat dari Allah swt dalam surat An Naas tentang syetan yang biasa bersembunyi.
Setelah perjanjian itu, Dajjal melanglangbuana, mempelajari ilmu pengetahuan, mencari kekayaan, melakukan kejahatan-kejahatan kemanusiaan yang menyebabkan berkobarnya perang-perang dan pertikaian di muka Bumi. Iblis menghasut manusia lewat bisikan-bisikan gaib, Dajjal menggembar-gemborkan pemikiran-pemikiran sosial, politik, budaya, agama, ekonomi, dan sebagainya. Sampai abad 20, memasuki abad 21, Dajjal mengasah kemampuannya dan terus melaksanakan berbagai rencana jahatnya.
Perlu diketahui bahwa Dajjal adalah seperti Iblis, yaitu termasuk kelompok yang ditangguhkan kematiannya. Ia hidup berabad-abad serta menyaksikan dan mempelajari setiap zaman.
“Iblis menjawab, ‘Beri tangguhlah saya sampai waktu mereka dibangkitkan.’
Allah berfirman, ‘Sesungguhnya, kamu termasuk mereka yang diberi tangguh.’.” (QS Al Arraf : 14-15).
Dalam ayat di atas terdapat kata mereka yang diberi tangguh. Mereka artinya tidak satu orang, tetapi banyak. Salah seorang yang ditangguhkan atau ditunda kematiannya atau sangat dipanjangkan umurnya adalah Dajjal.
Tindak-tanduk Dajjal hasilnya sudah tampak di muka Bumi, yaitu berbagai ketimpangan yang terjadi. Meskipun demikian, ia tetap tersembunyi dengan kerja rapi tak mudah dilihat. Tak heran jika dalam catatan sejarah kehidupan manusia, banyak hal misterius yang tak terpecahkan.
Seorang Jenderal Amerika, William Gay Karl, mengaku bahwa sejak Revolusi Perancis tahun 1789 M sampai sekarang (13 Oktober 1958: Pen.), masih ada kekuatan misterius yang menggerakkan berbagai revolusi dan menggunakan orang-orang berpengaruh, seperti, Mirabeau, Lafayette, dan Duke Dourlian. Sejumlah orang masih mewakili kekuatan misterius gerakan-gerakan ini. Walaupun nama-nama mereka berbeda, mereka tidak keluar dari tangan-tangan kekuasaan misterius yang mewujudkan gerakan-gerakan itu. Mereka diperalat untuk menimbulkan pemberontakan-pemberontakan. Ketika mereka melaksanakan kepentingan itu, mereka dibersihkan dari kekuatan-kekuatan yang dibelanya. Kekuatan-kekuatan misterius itu melemparkan tuduhan dan memikulkan dosa yang sebenarnya adalah tanggungan mereka. Beginilah orang-orang itu mati karena noda dan dosa mereka, padahal kekuatan-kekuatan misterius itu tetap ada di belakang komplotan-komplotan internasional yang berlepas diri dari setiap prasangka (Muhammad Isa Dawud: 1996).
Dunia pun sampai kini masih dibuat bingung tentang peristiwa pembunuhan Presiden John F. Kennedy plus kematian keturunannya; pembunuhan Presiden Abraham Lincoln; pembunuhan Malcolm X; pembantaian terhadap orang Yahudi oleh Hitler, apakah benar ataukah kisah rekaan?; Segitiga Bermuda; UFO; Neil Armstrong; Teori Evolusi; pembunuhan terhadap para pembesar negara serta penghilangan tokoh-tokoh dan aktivis; terorisme; peledakan bom di tempat-tempat yang bukan seharusnya; tragedi penabrakan gedung WTC; invasi AS ke Irak; masalah Palestina; G-30-S; Medio Mei 1998, Peristiwa Poso; Bom Bali; Bom JW Marriot; pemboman di Kedubes Australia; virus flu burung; hasil-hasil Pemilu. Di samping itu, saya yakin bahwa masih banyak peristiwa misterius, baik di tingkat internasional, maupun di tingkat negara masing-masing.
Dari seluruh rangkaian peristiwa menghebohkan itu, baik di tingkat internasional maupun di dalam negeri sendiri, kita akan merasakan sesuatu yang aneh, semacam invisible hand atau menurut Cherep Spiridovich, Gubernur dari Skandinavia yang telah dibunuh secara misterius, The Hiden Hand. Tangan-tangan itu kekuatannya menjurus ke satu arah, satu maksud, dan berasal dari satu arah juga. Siapa pun pelakunya, negara mana pun yang menjadi bintangnya, selalu ada sesuatu yang tersembunyi di baliknya.
Kalau ada orang yang mengatakan bahwa tak ada yang namanya skenario global, baik itu pejabat sipil, militer, akademisi, aktivis, ataupun rakyat biasa, hanya ada dua kemungkinan bagi orang itu, yaitu: dia orang bodoh dan tolol atau dia itu anak buah syetan, baik sadar ataupun tidak. Kalau bodoh dan tolol, lumayanlah, dia bisa belajar lagi agama dari awal yang mengajarkan bahwa syetan sudah bertekad memerangi manusia tak terbatas oleh batas-batas negara. Di mana pun ada manusia, di sana ia melancarkan aksinya, baik menyesatkan secara individual maupun sosial. Kalau tidak bodoh dan tolol, berarti orang itu sudah benar-benar kesetanan.
Begitulah sampai hari ini, kedua Raja Kesesatan itu bekerja tak henti-hentinya. Anak buahnya makin banyak, baik dari jenis jin maupun manusia, seiring dengan semakin bingung dan sesaknya kehidupan di dunia ini karena terlalu jauh dari tuntunan Illahi.
Seseorang pernah bertanya kepada saya perihal syetan dari jenis manusia. Orang itu sangat terhormat dan kemungkinan akan mendapatkan gelar profesor dalam waktu tak lama lagi. Dari pertanyaannya, tersirat ia khawatir bahwa dirinya termasuk manusia yang menjadi syetan karena dengan jujur dan tulus menyadari bahwa sepanjang hidupnya sudah banyak pelanggaran yang dilakukan. Pelanggaran dalam arti individu, misalnya, soal ibadat, zakat, perempuan, alkohol, gemar sanjungan, dan hal-hal semacam itu.
Saya menjawabnya, “Bapak mungkin pernah atau bahkan sering berperilaku syetan, seperti juga saya, tetapi bukan syetan itu sendiri.”
Ia merenung, namun ada sedikit kegembiraan karena dikatakan bukan syetan.
Saya meneruskan penjelasan, “Syetan manusia itu punya raja, yaitu Dajjal. Ia punya organisasi yang jumlahnya banyak, punya jaringan yang luas, anggotanya ratusan juta, kerjanya terstruktur dan terencana. Jika menjadi anggotanya secara sadar dan tahu bahwa organisasi itu adalah bermaksud mengumbar nafsu-nafsu duniawi dan mengajak pada kesesatan, jadilah kita syetan.”
Ia tampak masih bingung.
Saya berusaha menambahkan, “Orang-orang seperti kita ini hanya mungkin bisa menjadi manusia yang sedang tergoda syetan untuk sesaat atau selamanya. Paling jauh, menjadi kaki tangan syetan secara tak sadar karena dunia ini sudah sedemikian dipenuhi kemaksiatan, kita tak tahu lagi untuk keuntungan siapa kita berkiprah, berkarya, dan berbuat positif. Kita hanya mendapatkan sejumlah materi untuk mempertahankan dan membuat sedikit nyaman hidup kita bersama keluarga.”
Penjelasan itu membuat orang itu semakin mengerti dan saya yakin ia akan terus berupaya mencari penjelasan lain untuk menambah wawasan dan pengetahuannya.
Sungguh, kita hidup saat syetan berjaya menguasai sektor-sektor kehidupan manusia ini. Dengan luwesnya, mereka memoles kesesatan seperti sebuah kebaikan.
Dalam kondisi seperti ini, sudah sepatutnya kita banyak memohon perlindungan kepada Allah swt. Kita tak tahu siapa saja yang berada di sekeliling kita. Kita tak yakin apakah lingkungan tempat kita bekerja, belajar, dan beraktivitas benar-benar bersih dari pengawasan Dajjal? Atau justru merupakan salah satu kepanjangan tangan syetan?
Semoga Allah swt melindungi kita setiap hari. Hanya Allah swt yang memiliki wewenang untuk menyelamatkan manusia atau justru menyesatkannya. Saya berlindung kepada Allah swt dari segala jenis syetan yang terhina, terusir, terkutuk, dan terlaknat.
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” (QS Adz Dzaariyaat : 56)
Dari dulu sampai sekarang, tujuan itu tak pernah berubah dan tak akan berubah. Oleh sebab itulah, Allah swt mengutus para nabi dan penerusnya untuk selalu mengingatkan manusia terhadap tujuan penciptaannya.
Akan tetapi, karena sumpah paregreg Iblis yang akan menyesatkan manusia dan jin tentunya, banyak jin dan manusia yang lupa atau sengaja meninggalkan tujuan penciptaannya sendiri. Di antara mereka ada yang benar-benar menjadi syetan; kaki tangan syetan, baik sadar ataupun tidak; bisa pula hanya tergoda untuk sesaat atau selamanya.
Dalam beberapa tulisan sudah saya wanti-wanti agar jangan menganggap enteng syetan. Syetan yang jenisnya manusia sudah jelas sama dengan kita, bahkan dalam beberapa hal mungkin memiliki keunggulan, misalnya, sekolahnya lebih tinggi, uangnya lebih banyak, relasinya jauh lebih luas, kedudukannya lebih terhormat, memiliki angkatan bersenjata yang hebat, karya-karyanya begitu populer, namanya sering disebut-sebut, serta berbagai kelebihan lainnya. Akan tetapi, adapula yang berasal dari golongan ekonomi menengah dan lemah. Hal itu memang disebabkan mereka manusia yang memiliki kesempatan yang sama dengan manusia lain. Bedanya, mereka sudah bergelar syetan. Meskipun demikian, kita tidak bisa menunjuk hidungnya dengan memvonis bahwa mereka syetan karena mereka menyembunyikan identitasnya dan membaur dengan manusia lainnya dalam berbagai lapangan kehidupan.
Bagi orang-orang yang mata batinnya awas disertai pemahaman yang cukup, akan dapat mengetahui mana syetan dan mana bukan. Kuncinya adalah pada ucapan dan perilaku yang cenderung mengajak pada hal-hal yang merusakkan hidup manusia. Kalaupun sempat tergoda, bahkan terjerumus jauh, orang beriman tanpa malu-malu akan segera meninggalkannya dan kembali memohon petunjuk Allah swt. Bagi orang-orang ini, syetan adalah jelas musuh yang nyata terlihat, bukan musuh yang gaib, tidak kelihatan.
“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di Bumi dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syetan karena sesungguhnya syetan itu musuh yang nyata bagimu.” (QS Al Baqarah : 168)
Sekali lagi, syetan adalah musuh yang nyata, bukan musuh yang gaib. Artinya, jelas tampak karena wujud fisiknya manusia, bukan jin.
Bagi orang-orang yang kurang pengetahuan, pasti sulit mendeteksi syetan dalam wujud manusia karena penuh dengan tipu daya. Syetan-syetan itu bisa hadir dengan ceramah-ceramah dan kegiatan-kegiatan kemanusiaan, program-program pembangunan, pendidikan, hukum, agama, bahkan mengobarkan jihad yang selintas berpihak pada kebenaran. Padahal, sesungguhnya teramat menyesatkan. Mereka memang sangat pandai. Wajar karena telah terlatih sejak Adam a.s. diciptakan.
Tentang syetan itu pandai, perhatikan firman Allah swt berikut.
“Hai Manusia, sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka sekali-kali janganlah kehidupan dunia memperdayakan kamu dan janganlah sekali-kali syetan yang pandai menipu memperdayakan kamu tentang Allah.” (QS Faathir : 5)
Dalam ayat tersebut, Allah swt memberikan keterangan bahwa syetan itu pandai, namun kepandaiannya itu digunakan untuk menipu. Alat yang digunakannya adalah kehidupan dunia yang pasti tak jauh di seputar harta, tahta, wanita, dan anak-anak.
Syetan yang jenisnya jin memang sulit untuk dilihat karena berbeda materi dengan kita. Cara kerjanya banyak dibicarakan dalam ceramah-ceramah umum maupun buku-buku agama. Saya tidak ingin terlalu banyak membicarakan hal ini karena sudah sangat sering kita dengar sehari-hari tentang godaan-godaan gaib ini.
Hal yang ingin saya tekankan adalah jangan anggap enteng syetan meskipun dari golongan jin. Para ahli spiritual di Indonesia boleh ditanya. Mereka sudah sangat sering melihat jin-jin berikut kerajaan-kerajaannya yang terdiri atas istana-istana megah lengkap dengan pengawal bersenjata. Jika ada kerajaan, pasti ada penyelenggara kerajaan yang terdiri atas raja, wakil, para menteri atau kepengurusan lainnya. Itu artinya, jin memiliki kemampuan mengorganisasikan diri, membentuk struktur pemerintahan, dan mempengaruhi massa.
Jangan pula dilupakan bahwa mereka memiliki kemampuan teknologi yang tinggi. Ketika Nabi Sulaiman a.s. meminta agar singgasana Ratu Balqis dipindahkan ke istananya, Ifrit dari golongan jin menyanggupinya.
“Berkata Ifrit (yang cerdik) dari golongan jin, ‘Aku akan datang kepadamu dengan singgasana itu kepadamu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu. Sesungguhnya, aku benar-benar kuat untuk membawanya lagi dapat dipercaya.” (QS An Naml : 39)
Ini bukan dongeng sebelum bobo, ada jin dari botol yang memindahkan istana untuk tuannya meskipun dongeng itu bisa jadi terinspirasi ayat di atas. Ifrit adalah makhluk halus, sedangkan singgasana Ratu Balqis adalah benda kasar, materi fisiknya kasar. Akan tetapi, ia dapat membawanya dengan kecepatan tinggi. Teknologi apa yang digunakannya? Pasti teknologi tingkat tinggi.
“Para jin itu membuat untuk Sulaiman apa yang dikehendakinya dari gedung-gedung yang tinggi dan patung-patung dan piring-piring yang (besarnya) seperti kolam dan periuk yang tetap (berada di atas tungku)…..” (QS Saba : 13)
Ayat di atas menunjukkan betapa jin memiliki kepandaian membuat bangunan-bangunan dan peralatan lainnya yang hebat-hebat. Artinya, jin memiliki kepandaian seperti manusia juga, bahkan mungkin lebih hebat. Mereka toh makhluk yang diciptakan lebih dahulu dibandingkan manusia dan memiliki jatah umur lebih panjang.
Dengan mengetahui bahwa syetan, baik jin atau manusia memiliki kemampuan luar biasa, kita benar-benar harus paham bahwa kita selalu dikepung lahir maupun batin, pikiran maupun perbuatan. Oleh sebab itu, Allah swt tak henti-hentinya mengingatkan manusia untuk selalu berlindung kepada-Nya dari godaan syetan yang terkutuk. Dengan kemurahan-Nya, Allah swt akan menunjuki kita jalan yang diridhoi-Nya dan menjauhkan kita dari godaan syetan-syetan itu.
Hal yang membuat kita lebih sulit adalah terjadinya kerja sama antara Raja Syetan Jin dan Raja Syetan Manusia. Mereka memiliki kepentingan yang sama, yaitu menjadikan manusia sebagai pengikutnya. Setidak-tidaknya, ada keterangan dari Muhammad Isa Dawud (1996) tentang hal ini. Pada abad ke-8 Masehi, Dajjal, Raja Syetan Manusia, berlayar menuju Pantai Florida. Di tengah laut, tepatnya di Segitiga Bermuda ia dikejutkan dengan adanya sebuah istana. Di istana itu ternyata Iblis Azazil telah menunggunya selama jutaan tahun. Setelah keduanya bertemu, terjadilah kesepakatan atau perjanjian bahwa mereka adalah satu. Iblis sebagai raja yang tersembunyi dan Dajjal sebagai raja yang terlihat.
Perlu diketahui bahwa maksud dari tersembunyi dan terlihat adalah merujuk pada bentuk fisik, bukan dalam penampilan di muka umum karena dalam kenyataannya, Dajjal pun selalu bersembunyi karena punya sifat pengecut. Itulah isyarat dari Allah swt dalam surat An Naas tentang syetan yang biasa bersembunyi.
Setelah perjanjian itu, Dajjal melanglangbuana, mempelajari ilmu pengetahuan, mencari kekayaan, melakukan kejahatan-kejahatan kemanusiaan yang menyebabkan berkobarnya perang-perang dan pertikaian di muka Bumi. Iblis menghasut manusia lewat bisikan-bisikan gaib, Dajjal menggembar-gemborkan pemikiran-pemikiran sosial, politik, budaya, agama, ekonomi, dan sebagainya. Sampai abad 20, memasuki abad 21, Dajjal mengasah kemampuannya dan terus melaksanakan berbagai rencana jahatnya.
Perlu diketahui bahwa Dajjal adalah seperti Iblis, yaitu termasuk kelompok yang ditangguhkan kematiannya. Ia hidup berabad-abad serta menyaksikan dan mempelajari setiap zaman.
“Iblis menjawab, ‘Beri tangguhlah saya sampai waktu mereka dibangkitkan.’
Allah berfirman, ‘Sesungguhnya, kamu termasuk mereka yang diberi tangguh.’.” (QS Al Arraf : 14-15).
Dalam ayat di atas terdapat kata mereka yang diberi tangguh. Mereka artinya tidak satu orang, tetapi banyak. Salah seorang yang ditangguhkan atau ditunda kematiannya atau sangat dipanjangkan umurnya adalah Dajjal.
Tindak-tanduk Dajjal hasilnya sudah tampak di muka Bumi, yaitu berbagai ketimpangan yang terjadi. Meskipun demikian, ia tetap tersembunyi dengan kerja rapi tak mudah dilihat. Tak heran jika dalam catatan sejarah kehidupan manusia, banyak hal misterius yang tak terpecahkan.
Seorang Jenderal Amerika, William Gay Karl, mengaku bahwa sejak Revolusi Perancis tahun 1789 M sampai sekarang (13 Oktober 1958: Pen.), masih ada kekuatan misterius yang menggerakkan berbagai revolusi dan menggunakan orang-orang berpengaruh, seperti, Mirabeau, Lafayette, dan Duke Dourlian. Sejumlah orang masih mewakili kekuatan misterius gerakan-gerakan ini. Walaupun nama-nama mereka berbeda, mereka tidak keluar dari tangan-tangan kekuasaan misterius yang mewujudkan gerakan-gerakan itu. Mereka diperalat untuk menimbulkan pemberontakan-pemberontakan. Ketika mereka melaksanakan kepentingan itu, mereka dibersihkan dari kekuatan-kekuatan yang dibelanya. Kekuatan-kekuatan misterius itu melemparkan tuduhan dan memikulkan dosa yang sebenarnya adalah tanggungan mereka. Beginilah orang-orang itu mati karena noda dan dosa mereka, padahal kekuatan-kekuatan misterius itu tetap ada di belakang komplotan-komplotan internasional yang berlepas diri dari setiap prasangka (Muhammad Isa Dawud: 1996).
Dunia pun sampai kini masih dibuat bingung tentang peristiwa pembunuhan Presiden John F. Kennedy plus kematian keturunannya; pembunuhan Presiden Abraham Lincoln; pembunuhan Malcolm X; pembantaian terhadap orang Yahudi oleh Hitler, apakah benar ataukah kisah rekaan?; Segitiga Bermuda; UFO; Neil Armstrong; Teori Evolusi; pembunuhan terhadap para pembesar negara serta penghilangan tokoh-tokoh dan aktivis; terorisme; peledakan bom di tempat-tempat yang bukan seharusnya; tragedi penabrakan gedung WTC; invasi AS ke Irak; masalah Palestina; G-30-S; Medio Mei 1998, Peristiwa Poso; Bom Bali; Bom JW Marriot; pemboman di Kedubes Australia; virus flu burung; hasil-hasil Pemilu. Di samping itu, saya yakin bahwa masih banyak peristiwa misterius, baik di tingkat internasional, maupun di tingkat negara masing-masing.
Dari seluruh rangkaian peristiwa menghebohkan itu, baik di tingkat internasional maupun di dalam negeri sendiri, kita akan merasakan sesuatu yang aneh, semacam invisible hand atau menurut Cherep Spiridovich, Gubernur dari Skandinavia yang telah dibunuh secara misterius, The Hiden Hand. Tangan-tangan itu kekuatannya menjurus ke satu arah, satu maksud, dan berasal dari satu arah juga. Siapa pun pelakunya, negara mana pun yang menjadi bintangnya, selalu ada sesuatu yang tersembunyi di baliknya.
Kalau ada orang yang mengatakan bahwa tak ada yang namanya skenario global, baik itu pejabat sipil, militer, akademisi, aktivis, ataupun rakyat biasa, hanya ada dua kemungkinan bagi orang itu, yaitu: dia orang bodoh dan tolol atau dia itu anak buah syetan, baik sadar ataupun tidak. Kalau bodoh dan tolol, lumayanlah, dia bisa belajar lagi agama dari awal yang mengajarkan bahwa syetan sudah bertekad memerangi manusia tak terbatas oleh batas-batas negara. Di mana pun ada manusia, di sana ia melancarkan aksinya, baik menyesatkan secara individual maupun sosial. Kalau tidak bodoh dan tolol, berarti orang itu sudah benar-benar kesetanan.
Begitulah sampai hari ini, kedua Raja Kesesatan itu bekerja tak henti-hentinya. Anak buahnya makin banyak, baik dari jenis jin maupun manusia, seiring dengan semakin bingung dan sesaknya kehidupan di dunia ini karena terlalu jauh dari tuntunan Illahi.
Seseorang pernah bertanya kepada saya perihal syetan dari jenis manusia. Orang itu sangat terhormat dan kemungkinan akan mendapatkan gelar profesor dalam waktu tak lama lagi. Dari pertanyaannya, tersirat ia khawatir bahwa dirinya termasuk manusia yang menjadi syetan karena dengan jujur dan tulus menyadari bahwa sepanjang hidupnya sudah banyak pelanggaran yang dilakukan. Pelanggaran dalam arti individu, misalnya, soal ibadat, zakat, perempuan, alkohol, gemar sanjungan, dan hal-hal semacam itu.
Saya menjawabnya, “Bapak mungkin pernah atau bahkan sering berperilaku syetan, seperti juga saya, tetapi bukan syetan itu sendiri.”
Ia merenung, namun ada sedikit kegembiraan karena dikatakan bukan syetan.
Saya meneruskan penjelasan, “Syetan manusia itu punya raja, yaitu Dajjal. Ia punya organisasi yang jumlahnya banyak, punya jaringan yang luas, anggotanya ratusan juta, kerjanya terstruktur dan terencana. Jika menjadi anggotanya secara sadar dan tahu bahwa organisasi itu adalah bermaksud mengumbar nafsu-nafsu duniawi dan mengajak pada kesesatan, jadilah kita syetan.”
Ia tampak masih bingung.
Saya berusaha menambahkan, “Orang-orang seperti kita ini hanya mungkin bisa menjadi manusia yang sedang tergoda syetan untuk sesaat atau selamanya. Paling jauh, menjadi kaki tangan syetan secara tak sadar karena dunia ini sudah sedemikian dipenuhi kemaksiatan, kita tak tahu lagi untuk keuntungan siapa kita berkiprah, berkarya, dan berbuat positif. Kita hanya mendapatkan sejumlah materi untuk mempertahankan dan membuat sedikit nyaman hidup kita bersama keluarga.”
Penjelasan itu membuat orang itu semakin mengerti dan saya yakin ia akan terus berupaya mencari penjelasan lain untuk menambah wawasan dan pengetahuannya.
Sungguh, kita hidup saat syetan berjaya menguasai sektor-sektor kehidupan manusia ini. Dengan luwesnya, mereka memoles kesesatan seperti sebuah kebaikan.
Dalam kondisi seperti ini, sudah sepatutnya kita banyak memohon perlindungan kepada Allah swt. Kita tak tahu siapa saja yang berada di sekeliling kita. Kita tak yakin apakah lingkungan tempat kita bekerja, belajar, dan beraktivitas benar-benar bersih dari pengawasan Dajjal? Atau justru merupakan salah satu kepanjangan tangan syetan?
Semoga Allah swt melindungi kita setiap hari. Hanya Allah swt yang memiliki wewenang untuk menyelamatkan manusia atau justru menyesatkannya. Saya berlindung kepada Allah swt dari segala jenis syetan yang terhina, terusir, terkutuk, dan terlaknat.
No comments:
Post a Comment