Sunday, 29 May 2016

Pariwisata, Miras, Perzinahan, Pembunuhan, Batuk, Pilek, Sakit Kepala

oleh Tom Finaldin

Bandung, Putera Sang Surya

Indonesia semakin dikenal di dunia. Tanah airnya penuh dengan keindahan. Jika dikelola dengan baik, setiap wilayah di Indonesia ini akan menjadi sektor pariwisata yang sangat mengagumkan. Masih teramat banyak keindahan negeri yang tersembunyi dan belum tersentuh dengan baik. Setiap lekuk Indonesia menawarkan pemandangan yang luar biasa indah. Keindahan itu jangan sampai rusak oleh pembangunan dan oleh mereka yang ingin menikmatinya. Pembangunan harus hanya menjadi sarana penunjang untuk tetap lestarinya keindahan anugerah Allah swt tersebut.

            Dengan semakin dikenalnya Indonesia oleh dunia yang disertai pembangunan yang tidak mendurhakai alam, Indonesia akan menjadi pusat pariwisata nomor satu di dunia. Orang-orang akan berbondong-bondong datang. Demikian pula, uang akan banyak masuk dan mengalir dengan deras.

            Hal yang harus diperhatikan adalah Indonesia harus menawarkan “keindonesiaan", bukan menawarkan hal sama yang sudah dinikmati orang lain di negeri mereka sendiri. Indonesia harus menawarkan keindahan yang belum pernah dilihat orang dan memberikan fasilitas suasana keindonesiaan. Bidang pariwisata jangan menjadi pintu masuk bagi pengaruh-pengaruh negatif asing terhadap Indonesia, melainkan wajib menjadi sarana dalam memberikan pengaruh positif pada orang lain sesuai dengan kebaikan yang kita miliki. Tak perlu menawarkan hal-hal negatif yang bisa didapat mereka di negerinya sendiri.

            Kita tidak perlu menawarkan alkohol karena alkohol bisa dinikmati mereka di negerinya sendiri. Sebaiknya, kita menawarkan minuman sehat dari alam Indonesia. Jangan menjadikan Indonesia sebagai tempat untuk bermabuk-mabukan. Kalau mau mabuk, jangan di Indonesia. Di tempatnya sendiri saja yang lebih banyak pilihan minuman keras. Tak perlu menawarkan pelacuran di Indonesia. Kalau mau ngeseks, di negaranya sendiri lebih banyak pilihan wanita yang rupa-rupa warnanya, tetapi rasanya pasti sama. Kita sebaiknya menawarkan keramahan dan kelembutan kaum perempuan yang bening mata dan hatinya sehingga membuat nyaman siapa pun. Kita tidak harus menawarkan diskotik karena di negaranya diskotik pasti lebih heboh dan mengasyikan. Sebaiknya, kita memperlihatkan tarian dan seni yang mengajak mereka pada kebersamaan, kelembutan, kedamaian, dan rasa saling menghormati.

            Mereka datang dari berbagai negara adalah untuk menikmati sesuatu yang lain daripada yang lain. “Sesuatu” itu adalah jati diri Indonesia yang hanya bisa ditemukan di Indonesia.

            Apa menariknya menyuguhkan berbagai hal yang mereka sendiri dapat temui di negaranya sendiri?

            Apabila kita mampu menunjukkan siapa diri kita sebenarnya, mereka yang pernah datang ke Indonesia akan berceritera tentang Indonesia yang lain daripada yang lain. Hal itu akan membuat lebih banyak orang yang datang dan membelanjakan uangnya di Indonesia.

            Jangan membiarkan perilaku bangsa lain yang negatif berpengaruh pada bangsa Indonesia melalui pintu pariwisata. Seharusnya, seluruh sektor pariwisata mampu menghembuskan angin sejuk “keindonesiaan” pada siapa pun yang datang sehingga mereka dapat pulang dengan membawa oleh-oleh yang tak terlupakan dan terpengaruh positif oleh diri kita.

            Mulailah dari penghentian pasar minuman keras. Hal itu disebabkan minuman keras mengakibatkan hal-hal buruk lainnya.

            Pernah dengar kisah seorang Israel yang saleh dan rajin ibadat yang berakhir menjadi durhaka?

            Ia adalah orang yang sangat saleh dan rajin ibadat. Sepanjang hidupnya dihabiskan oleh mengabdikan diri kepada Allah swt. Oleh sebab itu, orang-orang percaya kepadanya, termasuk dipercaya untuk menjaga adik perempuan beberapa laki-laki yang akan pergi berperang. Akan tetapi, suatu saat ia tergoda syetan. Syetan pun memberikan pilihan antara minuman keras, berzina, dan membunuh. Ia memilih yang paling ringan dosanya, yaitu meminum minuman keras. Setelah mabuk, ia kehilangan kesadaran, dorongan seksualnya meningkat tak terkendali. Akhirnya, ia memperkosa perempuan yang seharusnya dia jaga. Setelah memperkosa, ia sadar dan takut ketahuan. Perempuan itu pun dibunuh, lalu dikuburnya. Ketika kakak-kakaknya datang dan menanyakan adik perempuan yang dititipkan padanya. Ia pun berbohong dan seterusnya dan seterusnya.

            Begitulah minuman keras. Disangkanya hanya berakhir sampai mabuk. Ternyata, tidak sama sekali. Ia menuntun manusia melakukan hal-hal buruk lainnya, termasuk memperkosa dan membunuh orang lain.

            Minuman keras, perzinahan, dan pembunuhan itu adalah tiga serangkai yang penuh persaudaraan. Hal itu sama dengan batuk, pilek, dan sakit kepala yang juga tiga serangkai bersaudara yang kerap datang bersamaan. Keluhan batuk itu sering sekali disertai pilek dan sakit kepala. Sama halnya dengan Miras yang kerap mendorong perzinahan, bahkan perkosaan yang menumbuhkan pembunuhan.

            Kita, bangsa Indonesia, sudah sangat marah dan kesal karena pelecehan seksual dan perkosaan. Kasus-kasus itu menjadi sangat besar mendapat perhatian banyak orang. Jangan lagi memperumit diri dengan maksud membuat nyaman orang lain yang datang ke Indonesia dengan menyediakan alkohol dan berbagai aktivitas kemaksiatan lainnya. Promosikan Indonesia sebagaimana Indonesia, bukan sebagai tempat berbagai kemaksiatan dapat ditemukan.

            Kita pengaruhi siapa pun yang datang ke Indonesia menjadi orang-orang baik sebagaimana kebaikan yang tertanam dalam diri kita. Syaratnya, kitanya sendiri yang harus baik terlebih dahulu.

            Bagaimana kita dapat meniupkan “angin kebaikan” kepada orang lain jika kita sendiri sangat gemar melakukan berbagai keburukan dan kemaksiatan?

Saturday, 28 May 2016

Laki-Laki Indonesia Itu Baik-Baik

oleh Tom Finaldin

Bandung, Putera Sang Surya

Ukuran seseorang bisa disebut pria baik-baik itu relatif. Akan tetapi, dalam menanggapi kasus perkosaan dan pelecehan seksual yang kini marak diberitakan, kita terlalu berlebihan. Sesungguhnya, laki-laki Indonesia itu sangat baik dalam arti tidak melakukan perkosaan. Mari kita hitung berapa banyak laki-laki Indonesia yang melakukan perkosaan dan pelecehan seks. Jumlahnya pasti sangat sedikit, tidak sampai 1% dari seluruh jumlah rakyat Indonesia. Artinya, mayoritas laki-laki Indonesia 99% adalah pria baik-baik.

            Kita ini terlalu berlebihan dan sangat lebay dalam bereaksi terhadap kasus perkosaan dan pelecehan seksual. Hal itu bisa dilihat dari betapa berlebihannya dalam menyalahkan laki-laki. Bahkan, ada yang sok tahu bahwa kita selalu mengajari wanita untuk berpakaian yang baik agar tidak mengundang birahi laki-laki, tetapi tidak pernah mengajari laki-laki untuk tidak melakukan perkosaan.

            Siapa bilang laki-laki tidak pernah diajari untuk tidak memperkosa?

            Kalian sok tahu!

            Seluruh pemuka agama, rohaniwan, orang-orang saleh di negeri ini setiap ada kesempatan selalu mengajarkan untuk tidak melakukan perkosaan dan tidak menyakiti orang lain. Bahkan, dalam ajaran Islam, jangankan memperkosa, berzinah atas dasar suka sama suka saja tidak boleh. Zinah saja yang tidak merugikan siapa pun dalam kaca mata manusia sudah tidak boleh, apalagi memperkosa. Malahan, ketika pembaca sekalian membaca tulisan saya ini, ada banyak orang baik-baik yang sedang menasihati orang banyak untuk tidak melakukan perkosaan dan perzinahan.

            Kalian mengerti?

            Jangan lebay dan berlebihan!

            Ada lagi yang teriak-teriak bego, “Sekarang sudah saatnya kita mengubah mindset kita! Jangan lagi mengajari perempuan bagaimana caranya berpakaian, tetapi harus mulai mengajari laki-laki untuk tidak memperkosa!”

            Teriakan itu mendapatkan tepukan yang meriah. Yang teriak bego, yang ngasih tepukan pun sama bodohnya.

            Tidak perlu lagi ada gerakan lebay mengajari laki-laki untuk tidak memperkosa. Ajaran untuk itu setiap hari ada dan tidak pernah berhenti dilakukan oleh orang-orang saleh. Hasilnya, sangat bagus, yaitu mayoritas laki-laki di Indonesia tidak melakukan perkosaan. Mereka sadar bahwa memperkosa itu salah. Di samping merugikan orang lain, juga merugikan dirinya sendiri. Buktinya kan bisa dicek di kantor kepolisian berapa orang yang melakukan perkosaan dan pelecehan, lalu bandingkan dengan yang tidak melakukannya. Pasti banyak yang tidak melakukan hal itu.

            Benar kan?

            Laki-laki yang melakukan pelecehan dan perkosaan itu sedang terpicu birahinya dan menyalurkan dorongan seksualnya secara salah. Mereka terpicu oleh hal-hal yang memicunya, misalnya, video porno, wanita seksi di panggung hiburan, atau wanita-wanita berpakaian minim yang lalu-lalang di depan mata mereka. Ketika mereka terpicu, mereka pun mencari sasaran yang mudah mereka kuasai. Terjadilah perkosaan.

            Jujur saja, mayoritas laki-laki di Indonesia 99% tidak melakukan perkosaan dan pelecehan. Mereka orang-orang baik yang mampu menahan dirinya. Akan tetapi, mari kita jujur berapa persen wanita Indonesia yang mampu menahan diri agar tidak mencari-cari perhatian laki-laki dengan menggunakan tubuhnya. Saya bisa mengira-ngira bahwa hampir 90% wanita Indonesia berupaya menggoda perhatian pria dengan kecantikan wajah dan tubuhnya. Hanya 10% wanita yang berupaya untuk menghindarkan pandangan laki-laki dari dirinya. Kalau masih tidak bisa menggoda laki-laki, para wanita pun berusaha mencari cara yang lebih ampuh untuk menarik perhatian laki-laki. Akhirnya, pakaian pun diminim-minimkan. Itu kenyataan.

            Jujur saja, jangan berbelit-belit, dan tidak perlu membela diri karena kalau banyak alasan akan salah berpikir dan salah melangkah.

            Jangan heran kalau polisi dalam kasus pelecehan dan perkosaan kerap dituduh sebagai “menyalahkan” korban yang perempuan itu. Hal itu disebabkan memang wanita pun berkontribusi sangat signifikan dalam berbagai kasus perkosaan dan pelecehan.

            Wahai wanita-wanita seksi yang gemar berpakaian seksi! Kalian jangan merasa aman dari kasus perkosaan dan pelecehan seksual. Kalaupun kalian saat ini bukan korban pelecehan dan perkosaan, di akhirat nanti kalian akan dituntut sebagai pemicu perkosaan dan pelecehan. Saya ingatkan hal itu. Laki-laki jahat yang telah melakukan pelecehan dan perkosaan akan berupaya membela dirinya di Mahkamah Akhirat nanti. Mereka akan mencari cara agar selamat dengan menyalahkan siapa saja yang bisa disalahkan. Mereka akan menuduh telah dipengaruhi oleh para pemain dalam video porno dan para produsernya. Mereka akan menuduh wanita-wanita seksi sebagai pihak yang telah mempengaruhi pikirannya.

            Ketika malaikat bertanya, “Apa yang menyebabkan kalian melecehkan dan memperkosa perempuan? Bukankah sudah ada jalan yang halal, yaitu pernikahan?”

            Para pemerkosa itu akan menjawab, “Saya khilaf karena telah tergoda oleh wanita-wanita yang berpakaian minim itu.”

            Kalau sudah begitu bagaimana?

            Para malaikat pun akan memanggil pihak-pihak yang disebutkan oleh para laki-laki pelaku pelecehan dan perkosaan itu. Para wanita yang telah disalahkan laki-laki itu pun akan ditanyai tentang kebenarannya. Di sana tidak bisa berbohong karena seluruh tubuh kita pun akan menjadi saksi.

            Hasilnya, semuanya berada di tangan Allah swt. Allah swt Mahateliti. Tak ada hal kecil pun yang luput dari perhatian-Nya. Semut hitam di atas batu hitam pada malam kelam pun sangat jelas dalam pandangan Allah swt.


            Hati-hati.

Pintu Depan dan Pintu Belakang Korupsi

oleh Tom Finaldin

Bandung, Putera Sang Surya

Dalam tulisan yang lalu, saya sudah gambarkan bahwa dalam mengatasi persoalan perkosaan dan pelecehan seksual, kita hanya baru mampu menutup pintu depan dengan ketegasan hukum, tetapi masih membuka lebar pintu belakang yang berupa berbagai penyebab terjadinya perkosaan dan pelecehan seksual. Akibatnya, kasus perkosaan dan pelecehan seksual masih sangat mungkin terjadi lagi dan lagi. Kalau mata dan pikiran orang sudah digelapkan syetan, hukum yang berat pun tidak dia ingat lagi dan sama sekali tidak membuatnya takut. Ketakutan dan penyesalan akan terjadi ketika syetan sudah pergi dari kepalanya untuk tertawa-tawa sepuasnya yang telah menyesatkan manusia hingga berbuat maksiat.

            Dalam hal korupsi pun tampaknya sama, kita masih hanya bisa menutup pintu depan dengan adanya KPK, pemberitaan yang massif, dan hukuman dari hakim yang entah adil entah tidak.  Adapun pintu belakang yang berupa penyebab-penyebab terjadinya korupsi masih terbuka lebar, bahkan sengaja dibuka sangat lebar.

            Apa itu pintu belakang bagi tindakan korupsi?

            Pembiaran terhadap para politisi untuk mengumpulkan dan mendistribusikan uang sebagai modal menjaring massa bagi kemenangan politiknya merupakan pintu yang jelas-jelas sekali mendorong orang untuk melakukan tindakan korupsi ketika sudah menduduki jabatan yang diimpikannya. Pemakluman terhadap para politisi yang menjual janji sana-sini, baik terhadap kekuatan ekonomi politik di dalam negeri dan di luar negeri pun sama saja membuka pintu untuk melakukan tindakan korupsi. Akibatnya, tindakan korupsi tetap semarak cerah ceria, bahkan kata orang-orang kasusnya lebih banyak dibandingkan pada masa-masa yang lalu.

            Hal itulah yang salah satunya membuat saya sama sekali tidak menyukai demokrasi. Itu baru hanya salah satu. Banyak hal sebenarnya yang membuat saya tidak suka demokrasi.

            KPK dan pemberitaan yang massif terhadap kasus korupsi dan para koruptor memang menakutkan, tetapi  dorongan untuk melakukan korupsi tidak berhenti karena penyebabnya dibiarkan tumbuh dengan sehat. Sehebat apa pun kita mengunci pintu depan dengan berbagai penegakkan dan perbaikan hukum, tetap tidak akan menyelesaikan permasalahan korupsi karena berbagai penyebabnya dibiarkan ada. Berbagai penyebab tindakan pencurian itu jelas sekali akan menumbuhkan tindakan korupsi, kolusi, nepotisme, transaksi legislasi, dan lain sebagainya.

            Dengan demikian, sangat jelas negeri ini harus memiliki cara untuk mampu mengunci pintu depan dan pintu belakang agar korupsi dapat ditekan seminimal mungkin, bahkan kalau mampu, dihilangkan. Kalau masih tidak bisa menutup kedua pintu itu dengan kuat dan rapat, kasusnya seperti ketika saya menutup pintu depan rumah agar tidak ada binatang masuk, tetapi tetap membiarkan pintu belakang terbuka sehingga tetap saja binatang bisa masuk.


            Akibatnya, saya diledek ayah saya, “Dasar Abunawas kamu mah!”

Friday, 27 May 2016

Kabayan, Abunawas, Nazarudin Khoja

oleh Tom Finaldin

Bandung, Putera Sang Surya

Kabayan, Abunawas, dan Nazarudin Khoja adalah tokoh yang dikenal kocak, jujur, pintar, tetapi pandir. Orang-orang menyukainya karena kocak dan pandir. Karena pandir itulah mereka menjadi kocak. Kalau ada orang yang dianggap pandir, lalu menimbulkan kelucuan, biasanya disamakan dengan ketiga tokoh itu. Soalnya, dia sendiri tidak sadar bahwa kelakuannya itu salah sehingga menimbulkan kelucuan. Dasar Kabayan kamu mah.

            Kabayan adalah tokoh terkenal dari Sunda, Indonesia. Adapun Abunawas dan Nazarudin Khoja berasal dari kisah-kisah 1001 malam dari Irak.

            Saya pernah diledekin seperti Abunawas oleh ayah saya. Saat itu ayah saya menyuruh saya menutup pintu rumah agar tidak ada binatang masuk. Biasanya, kalau pintu terbuka, suka ada binatang masuk, seperti, ayam, kucing, bahkan anjing punya orang lain. Binatang itu memang suka membuat kotor lantai rumah, bahkan terkadang mencuri makanan, dan tak jarang membuat barang-barang di dapur berantakan. Saya pun segera mematuhi keinginan ayah saya. Saya menutup pintu depan, malahan menguncinya. Di samping dikunci pakai kunci pintu, ditambah dikunci pakai slot. Jadi, jangankan binatang, manusia saja tidak bisa masuk, kecuali mengetuk pintu rumah dan dibukakan dari dalam. Akan tetapi, beberapa menit kemudian saya kaget, ternyata di dapur ada ayam dan kucing yang masuk. Ayah saya juga tahu.

            Dia bilang, “Kamu ini bagaimana? Pintu depan dikunci, tetapi pintu belakang tetap terbuka.”

            Saya memang lupa.

            Saat itulah ayah saya bilang, “Dasar Abunawas kamu mah!”

            Memang sih, jadi kayak orang pandir dengan menutup pintu depan agar tidak ada binatang masuk, tetapi pintu belakang tetap terbuka. Dengan demikian, binatang-binatang itu masih tetap bisa masuk.

            Nah, dalam mengatasi perkosaan dan pelecehan seksual pun, kita, Indonesia, memiliki dua pintu. Pintu depan berupa penegakkan hukum. Pintu belakang berupa penyebab terjadinya perilaku pelecehan dan perkosaan. Pintu depan memang ditutup rapat dengan kunci yang kuat dengan pemberatan berlipat-lipat. Maksudnya, supaya pelecehan dan perkosaan itu tidak terjadi. Akan tetapi, pintu belakang berupa penyebab terjadinya perkosaan dan pelecehan, tetap terbuka lebar.

            Itu kan seperti saya yang menutup rapat pintu depan, tetapi membiarkan pintu belakang terbuka. Akibatnya, tetap saja binatang bisa masuk.

            Jangan-jangan, Negara Indonesia pun mirip Si …. Ah, jangan deh.           

            Apa penyebab pelecehan dan perkosaan itu?

            Banyak, banyak sekali. Ada video porno, ada wanita-wanita seksi yang gemar mencari perhatian laki-laki, pakaian-pakaian yang mengundang birahi, berkurangnya rasa hormat terhadap orangtua dan guru, tidak adanya teladan yang baik bagi masyarakat, pendidikan yang berubah hanya menjadi pengajaran, keluarga dan lingkungan yang acuh tak acuh, dan lain sebagainya.

            Benar, kita sudah berupaya menutup pintu depan kita dengan sangat kuat dengan hukum yang diperberat. Akan tetapi, sayangnya, pintu belakang yang memungkinkan terjadinya tindakan pelecehan dan perkosaan itu masih sangat terbuka lebar. Orang-orang takut untuk menutup pintu belakang karena terlalu memuja Ham yang dari luar negeri itu dan enggan menunjukkan jati diri sebagai bangsa Indonesia yang sopan dan penuh kesantunan. Kita masih terlalu pengecut untuk menutup pintu belakang karena akan disebut sebagai fanatik, kampungan, radikal, tidak modern, dan lain sebagainya.

            Kalau saya sih, tidak peduli disebut fanatik, Islam garis keras, radikal, tidak modern, dan lain sebagainya. Yang penting kan tujuan nasional Indonesia yang juga tujuan setiap individu Indonesia dapat tercapai, yaitu makmur lahir dan batin.

            Buat apa disebut modern, hebat, dan pemuja Ham, tetapi hidup penuh masalah?

            Mendingan disebut kampungan, tetapi hidup penuh kebahagiaan dan ketenteraman.

            Iya toh?

            Iya toh pisan eta mah.


            Coba itu tutup pintu belakang supaya tidak diledek, “Dasar Keturunan Si Kabayan!”

Wednesday, 25 May 2016

Pembatasan Usia Yang Membingungkan

oleh Tom Finaldin

Bandung, Putera Sang Surya

Kalau ada yang tidak bingung tentang pembatasan usia di Indonesia ini, saya bilang pasti orang pintar. Kalau saya sih, masih sangat bingung.

            Apa sih yang menjadi dasar pembatasan usia seseorang disebut anak-anak dan dewasa sehingga berimplikasi pada bidang hukum?

            Ketika seseorang melakukan pembunuhan, pemerkosaan, penggunaan dan pengedaran Narkoba, serta kriminalitas lainnya disebut anak-anak hanya karena belum mencapai usia 18 tahun. Padahal, kejahatannya sama dengan yang dilakukan orang yang sudah lebih 18 tahun, bahkan lebih sadis. Akibatnya, dia diperlakukan sebagai anak-anak dan dianggap telah melakukan kenakalan, padahal perilakunya sudah termasuk kejahatan besar.

            Ketika ada pasangan yang belum berusia 18 tahun melangsungkan pernikahan, akan ada banyak pasal atau hukum yang bisa menjerat mereka dan orangtuanya. Bisa tentang pernikahan di bawah umur atau tentang penjualan manusia dan anak-anak. Mereka yang belum berusia 18 tahun dianggap belum pantas untuk melakukan pernikahan. Artinya, mereka dianggap masih anak-anak.

            Anehnya, ketika seseorang baru mencapai 16 tahun, boleh memiliki SIM C untuk sepeda motor dan ketika 17 tahun sudah boleh memiliki SIM A. Mereka diperbolehkan memiliki SIM karena dianggap sudah dewasa.

            Lebih aneh lagi ketika usianya masih 17 sudah boleh memilih dalam Pemilu. Katanya sudah dewasa.

            Bagi saya sih membingungkan. Pembatasan usia itu sangat sarat kepentingan politik dan ekonomi serta bukan untuk pembinaan dan kesejahteraan rakyat. Ketika harus dihukum, disebut anak-anak karena belum 18 tahun. Ketika menikah di bawah 18 tahun, melanggar undang-undang karena masih anak-anak. Akan tetapi, untuk SIM A dan SIM C, dianggap sudah dewasa. Begitu pula untuk menjadi pemilih, disebut sudah dewasa. Aneh bin ajaib.

            Saya menduga keras ada kepentingan ekonomi dan politik dalam pembatasan usia itu. Para pengedar dan pengguna Narkoba sangat diuntungkan dengan hal itu. Mereka menggunakan orang-orang yang usianya belum 18 tahun untuk mengedarkan dan menggunakan Narkoba. Para pelaku kejahatan seksual dan kejahatan lainnya pun diuntungkan. Hal itu disebabkan kalau mereka ditangkap, hukumannya adalah sebagaimana hukuman kepada anak-anak yang pasti lebih ringan dibandingkan orang dewasa.

            Demikian halnya dengan tidak bolehnya mereka yang masih berusia di bawah 18 tahun untuk menikah. Ada banyak kepentingan di sana, terutama untuk membatasi jumlah manusia dan jumlah kaum muslimin di dunia. Mereka khawatir jika kaum muslimin dan manusia makin banyak, semakin sulit pula para pencoleng sumber daya alam untuk bersaing dan menguasai banyak sektor kehidupan.

            Berbeda halnya dengan diperbolehkannya mereka yang berusia 16 tahun untuk memiliki SIM C dan yang berusia 17 tahun untuk memiliki SIM A. Dengan batas usia itu, penjualan motor dan mobil semakin meningkat. Ada banyak perusahaan yang diuntungkan dengan hal itu. Padahal, mereka masih anak-anak.

            Hal yang sama pun terjadi pada usia pemilih pemula yang berusia 17 tahun. Ada banyak kekuatan politik yang sangat diuntungkan, terutama dalam hal memperbanyak para pemilih dan memperbanyak orang-orang yang bisa ditipu untuk digiring memilih mereka. Mudah sekali menipu mereka. Beri saja mereka dongeng-dongeng palsu, terutama mereka yang hidup di pedesaan. Mereka pun akan mudah untuk dikondisikan. Mereka kan masih anak-anak dan belum banyak pengetahuan di kepalanya.

            Bisa terlihat kan bagaimana membingungkannya pembatasan usia ini?

            Pada satu sisi disebut masih anak-anak, tetapi pada sisi lain disebut sudah dewasa. Kacau.

            Eh … tetapi itu menurut saya lho yang kebingungan. Kalau kalian tidak bingung, saya bilang kalian pintar sekali. He he he ….


Batasan Imam Syafii

Saya lebih suka batasan usia menurut Imam Syafii. Menurutnya, batasan usia dewasa antara laki-laki dan perempuan itu berbeda. Ia menggariskan bahwa usia 15 tahun untuk laki-laki adalah awal menjadi dewasa. Adapun bagi perempuan batas usia mulai dewasa adalah 9 tahun.

            Usia 15 tahun untuk laki-laki disebabkan secara fisik mulai sempurna dan akalnya sudah mampu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Ia sudah bukan anak-anak lagi karena sudah tahu bahwa memperkosa itu buruk, mabuk itu salah, membunuh itu dosa, menganiaya orang lain itu adalah kejahatan. Ia pun sudah mampu beretika ketika berhadapan dengan orang lain. Di samping itu, dirinya sudah mulai mampu bekerja secara fisik dengan penghasilan yang bisa sama dengan orang dewasa.

            Sayangnya, lingkungan yang membentuk kita memvonis mereka masih anak-anak sehingga kita membina mereka seperti terhadap anak-anak, padahal mereka sudah bisa diajak bicara banyak dan mampu membantu banyak hal dalam kehidupan ini. Para pejuang Indonesia pada masa lalu rata-rata dimulai pada usia SMP sudah mengangkat senjata. Beberapa di antara mereka sudah menikah. Dorongan seksualnya sudah mulai meningkat dan sulit ditahan dengan larangan. Menghalangi dorongan birahi mereka sama saja dengan mengkhianati kemanusiaan. Mereka harus mendapatkan penjelasan yang utuh mengenai hubungan seksual dan kewajiban yang harus ditanggung. Pemahaman terhadap hal itu akan membuat mereka berpikir untuk kemudian memilih masa depannya sendiri. Dengan demikian, masa depan mereka bukan dikekang oleh aturan, melainkan dikendalikan oleh pengetahuan.

            Usia 9 tahun untuk perempuan didasarkan pada pernikahan yang terjadi antara Nabi Muhammad saw dengan Siti Aisyah ra. Nabi Muhammad saw menikahi Aisyah ra ketika Aisyah ra berusia 6 tahun. Ibunya mengambil Aisyah ra yang sedang bermain-main tanah untuk diperlihatkan kepada Nabi Muhammad saw. Setelah diperlihatkan, ibunya kembali membiarkan Aisyah ra ke luar rumah untuk bermain-main dengan tanah.

            Setelah Aisyah ra berusia 9 tahun, segera pindah ke rumah Nabi Muhammad saw. Hal itu disebabkan pada usia itu Aisyah ra sudah memasuki masa subur.

            Hal ini pun menjadi standar pada dunia kedokteran bahwa awal usia subur perempuan adalah 9 tahun. Apabila ada perempuan yang haid pada usia 9 tahun, itu termasuk normal. Apabila haid terjadi sebelum usia 9 tahun, dipastikan ada kelainan pada perempuan tersebut.

            Aisyah ra terlalu kecil menikah pada usia 6 tahun dan serumah dengan Nabi Muhammad saw pada 9 tahun?

            O ya, pasti terlalu kecil bagi kita yang hidup pada abad ini yang selalu menginginkan anak-anaknya menjadi sarjana dan bekerja sebelum menikah. Akan tetapi, sebenarnya, mulai usia 9 tahun anak perempuan sudah memiliki banyak perubahan. Dia mulai punya rasa cinta kepada lawan jenis, dorongan seksualnya sudah meningkat, masa subur mulai memasukinya atau akan segera memasukinya, mulai penasaran dengan hal-hal baru, dan jika sudah memasuki usia subur, dia sudah bisa hamil.

            Masih menganggap mereka kecil?

            Tanya mereka sendiri, jangan berdasarkan pendapat kita.

            Tanya para polisi yang melakukan razia Hp di SMP-SMP. Di dalam Hp anak-anak perempuan kelas 7 s.d 9 itu sudah banyak yang menyimpan video-video porno dan adegan mesra dirinya dengan kekasihnya.

            Apa itu?

            Kita tidak bisa melawan hal yang telah Allah swt gariskan bahwa mulai usia 9 tahun, perempuan sudah memasuki masa dewasa, terutama fisiknya. Memperlakukan mereka seperti anak-anak adalah salah besar. Mereka sudah bukan anak-anak lagi. Ada banyak hal yang harus mereka mengerti dan mereka pelajari. Menghalangi kedewasaan fisik dan emosi perempuan adalah sama dengan menipu diri kita sendiri. Kita akan selalu dikecewakan oleh keadaan. Menganggap perempuan yang sudah mulai dewasa sebagai anak-anak adalah kesalahan. Laju hidup mereka tidak bisa ditahan oleh larangan dan hukuman, tetapi harus dikendalikan oleh pengetahuan. Setelah mereka mendapatkan pengetahuan yang tepat, mereka bisa memilih dan menanggung risiko dari pilihannya. Apa pun itu.

            Masih menganggap anak perempuan usia 9 tahun terlalu kecil?

            Kalian memang bandel! Tidak mau mengerti!

            Aisyah ra yang sudah serumah dengan Nabi Muhammad saw pada usia 9 tahun menjadi bahan ejekan orang-orang anti-Islam. Mereka menghina Nabi Muhammad saw sebagai pedofil. Mereka hapal sekali peristiwa itu, lalu membumbuinya dengan banyak kebohongan agar manusia tersesat serta membenci Islam dan kaum Muslimin. Akan tetapi, lucunya, mereka hapal pernikahan Nabi Muhammad saw dengan Aisyah ra, tetapi sama sekali tidak mengetahui sejarah mereka sendiri. Ketika saya beberkan sejarah mereka sendiri soal pernikahan leluhur mereka, mereka pun terdiam.

            Saya kasih tahu soal leluhur mereka sendiri sekalian memberi tahu pembaca sekalian yang masih menganggap kecil anak perempuan yang sudah memasuki usia subur.

            Perhatikan ini.

            Theodora Kommene lahir pada 1145 di Yerusalem. Pada usia 13 dia menjadi istri King Baldwin III. Silakan sebut Si Baldwin sebagai pedofil.

            Pada abad 12, tepatnya 14 September 1169, Kaisar Roma Alexius Comneus II menikahi Agnes yang masih berusia 9 tahun. Silakan sebut Si Alexius sebagai pedofil.

            Siti Maryam ra melahirkan Yesus as pada usia 13 tahun.

            Nggak boleh melahirkan pada usia 13?

            Itu buktinya Nabi Isa as lahir dari perempuan berusia 13, Siti Maryam ra.

            Pada 1184 Margaret, Puteri Hongaria, menikahi Kaisar Roma Isac II. Saat itu Margaret berusia 9 tahun. Silakan sebut Si Isac II sebagai pedofil.

            Dalam karya Shakespeare, Romeo dan Juliet. Dalam ceritera terkenal itu Juliet berusia 13 tahun.

            Mereka dilarang menikah bukan karena usia, tetapi karena perseteruan keluarga.

            Mau menyebut Romeo sebagai pedofil?

            Di Amerika Serikat batas usia paling rendah bagi perempuan untuk menikah adalah 13 tahun. Tentu saja setiap negara bagian memiliki batas yang berbeda. New Hampshire 13 tahun, Texas 14 tahun, Missouri dan Missisipi 15 tahun, Spanyol 12-13 tahun. Adapun di Kanada pada seratus tahun yang lalu batasnya adalah 11 tahun.

            Jadi, siapa bilang bahwa batas terendah usia perempuan yang terbaik itu adalah 18 tahun?

            Kalau sudah siap menikah dan mau menanggung risiko, mengapa harus dihalangi?

            Kalau mau selesai dulu kuliah sampai menjadi sarjana dan bekerja, kemudian menikah, itu adalah pilihan. Syaratnya, harus mampu mengendalikan diri agar tidak terjerumus ke dalam perzinahan, bahkan jangan sedikit pun mendekati zina. Bahaya.

            Dengan demikian, kita harus segera mengubah pandangan kita bahwa anak perempuan usia 9 tahun itu masih anak-anak. Mereka sesungguhnya bukan lagi anak-anak. Kita harus membina dan mengarahkannya sebagai perempuan yang mulai dewasa. Hal itu disebabkan ketika kita melihatnya sebagai anak-anak, padahal mereka sudah mulai melakukan hal-hal yang tidak bisa disebut anak-anak lagi, baik itu terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi.

            Kalau soal SIM C dan A, meskipun mereka bisa mengendalikan motor maupun mobil, ya jangan dulu karena sekarang ini jalanan sudah sangat macet. Kalau mereka boleh mengendarai kendaraan bermotor, jalanan lebih semrawut. Sebaiknya, semua pemohon dan pemilik SIM diubah batas usianya, menjadi 21 tahun. Mereka yang diizinkan untuk memiliki SIM apa pun minimal 21 tahun. Dengan demikian, jalanan tidak terlalu macet dan lebih tertib. Pengendara-pengendara yang sering membuat gangguan, kebanyakan mereka yang masih 16 s.d. 19 tahun. Kalau sudah 21 tahun kan lebih dewasa.

            Sekarang ini jadi lucu, kemacetan ingin diatasi, tetapi usia kepemilikan SIM semakin dipermuda. Makin banyak yang punya SIM kan pasti lebih banyak yang pakai kendaraan. Ini logika yang sangat sederhana.

            Mengenai soal pembatasan usia, sebaiknya jadikan batasan dari Imam Syafii sebagai rujukan dan pertimbangan utama. Dengan demikian, kita tidak dikecohkan oleh kenyataan dan tidak dipermainkan oleh kehidupan. Kita harus selaras dengan kehidupan.

            Soal seksualitas, di Sunda banyak orang tua yang mengatakan jika anaknya sudah menikah sebagai sudah selamat. Maksudnya, selamat dari perzinahan dan perkosaan. Pernikahan itu menyelamatkan harga diri.


            Kalau pasangan sudah ada dan siap, lalu para orangtuanya bersedia menanggung risiko untuk membina hubungan, segera laksanakan pernikahan supaya selamat di dunia dan di akhirat.

Sunday, 8 May 2016

Akar Perkosaan Itu Sepele

oleh Tom Finaldin


Bandung, Putera Sang Surya

Akar kasus-kasus perkosaan itu sebenarnya kebanyakan adalah hal yang sepele, bukan sesuatu yang rumit dan sophisticated. Permasalahannya adalah kita sendiri yang membuatnya rumit dan menyusahkan diri sendiri. Akar masalahnya sepele banget, senilai dengan kasus kambing dengan tanaman sayuran. Kita sendirilah yang membuatnya menjadi rumit dan berputar-putar menghabiskan tenaga hingga masuk ke ranah politik.

Masih ingat kisah dua orang yang mengadu kepada Nabi Muhammad saw mengenai perselisihan yang mereka alami?

Kedua orang itu adalah yang seorang pemilik kambing, sedangkan seorang lagi pemilik kebun sayuran. Mereka bertengkar hebat karena Sang Kambing memakan dan merusakkan tanaman sayuran di kebun. Pemilik kebun marah bukan main dan menyalahkan pemilik kambing. Demikian pula sebaliknya, pemilik kambing yang justru menyalahkan pemilik kebun sayuran karena kambing sudah sifatnya seperti itu.

Nabi Muhammad saw menyelesaikan dengan cara yang sangat mudah, yaitu Sang Pemilik Kebun harus membuat pagar di seputar kebunnya, sedangkan Sang Pemilik Kambing harus mengikat kambingnya.

Selesailah persoalan itu.

Mudah bukan?

Persoalan kasus perkosaan pun sama saja seperti antara kambing dengan kebun sayuran. Penyelesaiannya pun sebetulnya sama saja seperti itu. Akan tetapi, manusia tidak mau diselesaikan dengan cara seperti itu. Manusia merasa diri lebih pintar dan masih ingin tetap terus menikmati keinginannya sendiri yang jelas bisa merugikan dirinya sendiri itu. Malahan, manusia rela bertegang-tegang untuk tidak diselesaikan dengan cara seperti itu. Tak sedikit yang membikin organisasi massa untuk menentang penyelesaian yang sesungguhnya mudah itu. Manusia ingin menang sendiri, padahal sesungguhnya merugikan dirinya sendiri.

Apa bedanya dengan kasus kambing dan kebun sayuran?

Sama saja kan?

Dari dulu juga kan sudah dibilangin bahwa perempuan harus menjaga dirinya dengan pakaian yang tidak mengundang birahi, bahkan harus menutupnya, sedangkan yang laki-laki harus menundukkan pandangannya pada perempuan yang bukan muhrimnya.

Sederhana kan?

Permasalahannya ada pada diri kita sendiri. Kita tidak mau begitu. Yang cewek ingin bebas seksi berekspresi dan ingin dilihat laki-laki untuk mengundang birahinya, sedangkan yang laki-laki berupaya memelototi tubuh-tubuh perempuan yang mengundang syahwatnya. Bahkan, meskipun situs-situs porno sudah banyak yang diblokir, tetap saja dicari-cari hingga akhirnya ketemu juga.

Siapa yang salah?

Kita juga yang bego!

Bagaimana mungkin laki-laki normal bisa tahan disuguhi pandangan-pandangan seksi yang menggairahkan?

Untuk menyalurkan birahinya, laki-laki beriman yang sudah punya istri akan pulang ke istrinya, yang tidak beriman dan punya uang akan pergi ke pelacuran, yang tidak beriman dan tidak punya uang akan onani, yang tidak beriman dan tidak punya uang, tetapi tidak ingin onani akan memperkosa orang.

Adapun perempuan-perempuan seksi yang ada di panggung hiburan atau lalu lalang di jalan yang telah memicu gairah birahinya hanya akan menjadi kembang buruan.

Istilah kembang buruan itu saya dapat dari ibu saya, artinya bunga di taman. Maksudnya, wanita-wanita seksi itu hanya sebagai bunga di taman yang enak dilihat, enak dipegang, tetapi akan menyusahkan jika dibawa kemana-mana. Memang akan menyusahkan jika kita membawa-bawa bunga dari taman ke mana-mana, mengganggu kehidupan kita. Ngotorin malah.

Ketika laki-laki terpicu birahinya karena memandang wanita-wanita seksi, dia akan pulang ke istrinya, pelacuran, onani, atau memperkosa orang. Adapun wanita-wanita seksi itu tidak diingatnya lagi karena hanya berfungsi sebagai pemicu, starter.

Kita mesti jujur tentang hal itu, jangan ditutup-tutupi, kebanyakan ditutupi jadi salah langkah. Tidak perlu Jaim karena memang begitu kenyataannya.

Ketika terjadi pemerkosaan yang disalahkan jelas laki-laki, apalagi dengan penyiksaan, sampai terjadi pembunuhan. Benar 100% salah laki-laki, tetapi itu terjadi karena ada pemicunya, yaitu masih wanita juga, entah korban perkosaan atau wanita lain yang memicu birahinya. Laki-laki jelas sangat salah telah memperkosa dan wajar jika dimaki dan dihukum, tetapi ingat perkosaan telah terjadi, sudah ada perempuan yang terluka harga diri dan fisiknya.

Apakah kita sangat puas telah menyalahkan laki-laki?

Apakah kita sangat puas dengan menghibur dan berempati terhadap perempuan korban perkosaan?

Itukah yang kita inginkan, menyalahkan laki-laki dan berempati pada korban?

Sependek itukah keinginan kita?

Ingat korban sudah jatuh dan tanda perlakuan kotor tetap ada sepanjang hidupnya. Laki-laki boleh disalahkan karena memang salah, tetapi korban sudah jatuh dan itu perempuan yang malang.

Hukuman apa pun termasuk kebiri dan hukuman mati tidak akan menghilangkan kasus perkosaan sepanjang laki-laki dan perempuan tidak mau menahan dirinya masing-masing. Yang perempuan harus menjaga dirinya agar tidak mengundang birahi para laki-laki yang bukan haknya. Yang laki-laki pun sama harus menjaga pandangan dari para perempuan yang bukan haknya. Sepanjang wanita ingin tampil seksi dan mengundang perhatian laki-laki dan sepanjang laki-laki matanya jelalatan dan berusaha keras mencari keseksian wanita, perkosaan jangan diharap akan berhenti. Kasusnya akan semakin banyak dan terus banyak. Akan ada lagi orang-orang yang bawa-bawa lilin di Youtube sebagai rasa simpati terhadap korban. Ke depan tayangan seperti itu akan memenuhi Youtube dan berbagai media sosial lainnya. Percaya sama saya.

Saya sarankan bagi yang sudah berjilbab, gunakan cadar jika berada di tempat-tempat atau lingkungan yang asing dan merasa tidak aman. Kalau cadarnya mau dibuka, bukalah di lingkungan yang benar-benar dirasakan sangat aman. Bagi para orangtua, jangan berbangga-bangga dengan memakaikan pakaian seksi bagi anak-anak perempuannya. Sekarang ini anak-anak perempuan makin sehat dan cantik, sangat mungkin mengundang birahi para pedofil. Jadi, jangan pakaikan pakaian yang seksi bagi mereka. Sekarang ini banyak anak perempuan berusia 4, 6, 7, 8 tahun yang seksi-seksi dan cantik-cantik, berbahaya jika memakaikan pakaian seksi bagi mereka.

Orang-orang goblok, bego, dan tolol pasti bilang bahwa di luar negeri juga tidak pakai jilbab aman-aman saja.

Itu pernyataan sok tahu yang sangat bodoh!

Saya ini sering chatting sama orang luar negeri dari berbagai negara. Saya pernah menantang orang London, Inggris, untuk membuktikan mana yang lebih banyak kasus perkosaan di London dengan di Bandung. Saya tantang dia untuk membawa data valid dari kepolisian London tentang kasus perkosaan dengan angka-angka yang akurat dan saya akan bawa juga data-data dari Poltabes Bandung data-data yang sama dan akurat.

Dia berani nggak?

Dia takut dan menghindar untuk meneruskan perdebatan soal itu. Alasan dia karena dia punya banyak pekerjaan, tidak punya waktu untuk mendapatkan data-data itu dari kepolisian. Jadi, jangan sok tahu bahwa di luar negeri lebih aman. Lebih rusak tahu!

Ngerti?


Yang harus dilakukan sekarang adalah ya seperti antara kambing dan kebun sayuran. Laki-laki harus menjaga pandangan dan perempuan harus menjaga dan menutup dirinya dari pandangan-pandangan kotor.