oleh
Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
Panggilan buruk Cebong-Kampret sudah tidak perlu lagi
diucapkan atau bahkan diteriakkan, baik di Medsos maupun di dunia nyata.
Sebetulnya, panggilan-panggilan itu sama sekali tidak perlu dari dulu juga
karena itu panggilan buruk. Umat Islam apalagi dilarang oleh Nabi Muhammad saw
untuk memanggil orang dengan sebutan yang buruk, panggilan yang paling baik
adalah Abdullah, ‘hamba Allah’.
Sekarang setelah Pilpres usai dan pemenangnya sudah ditetapkan secara
legitimate, yaitu Jokowi-Amin, panggilan buruk cebong-kampret lebih tidak perlu
lagi dan lebih tidak berguna lagi.
Kalau masih ada yang menggunakan panggilan buruk itu,
bersabarlah, jangan dilayani karena tidak ada gunanya. Bahkan, jika dilayani, kita menjadi sama begonya dengan mereka. Jika kita ingin lebih mulia
dibandingkan mereka, jangan layani, bersikaplah teduh, jangan dibalas,
bersikaplah lembut bagai angin sepoi-sepoi yang memanjakan.
Mari kita bersikap sabar dan kuat menghadapi
panggilan-panggilan buruk itu. Nabi Muhammad saw saja bukan hanya dipanggil
yang buruk-buruk, melainkan pula sampai diludahi, dilempari kotoran binatang
dan manusia, dilempari batu sampai kakinya berdarah-darah. Muhammad saw tetap
bersabar.
Yang tidak bersabar dan marah malah Malaikat Jibril, “Ya
Rasul, jika engkau mau, aku bisa membalikkan tanah-tanah mereka.”
Artinya, Malaikat Jibril bisa membuat bencana alam bagi
orang-orang yang menyakiti Muhammad saw.
Akan tetapi, Muhammad saw menolak, “Jangan karena mereka
sesungguhnya orang yang tidak mengerti.”
Tuh, bagaimana sabarnya Muhammad saw yang sangat mulia
itu.
Pada suatu waktu Muhammad saw seperti biasa akan melewati
jalan tempat biasanya beliau diludahi. Ketika tepat di jalan itu, Muhammad saw
sudah bersiap-siap menerima ludahan itu. Sayangnya, tidak ada yang meludahinya.
Muhammad saw heran, lalu bertanya-tanya tentang orang itu. Ternyata, orang itu
sakit. Kemudian, Muhammad saw pun menengoknya. Orang itu pun kemudian masuk
Islam, convert to Islam.
Tuh, bagaimana luhurnya kesabaran Muhammad saw. Kita mah cuma
dipanggil dengan panggilan buruk, harus lebih sabar. Tetaplah tenang kalau cuma
diganggu dengan kata-kata, nggak akan terluka apa pun secara fisik. Kalau
diganggu secara fisik atau diajak berantem, baru kita harus … ya … tetap sabar.
Kalau diajak berantem, bilang aja, “Maaf saya sedang
puasa.”
Terus, dia marah, “Puasa apa? Bulan Puasa udah lewat!”
Jawab saja, “Sedang puasa berantem.”
Kalau dia datang lagi malamnya dan ngajak berantem lagi,
jawab saja, “Saya masih puasa berantem.”
“Masa puasa terus? Kapan bukanya? Kan sekarang sudah
malam, maghrib sudah adzan, harusnya sudah buka!”
Jawab lagi saja, “Kalaupun saya buka puasa berantem, saya
pasti kalah berantem sama kamu.”
“Jadi, kamu mengaku kalah?”
“Iya benar.”
“Takbir!”
Jawab saja, “Takbir we olangan.”
Terus, kalau dia pergi sambil takbir, biarkan saja karena
itulah saatnya yang waras mesti ngalah.
Sampurasun.
No comments:
Post a Comment