oleh
Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
Masih ingat ayat pertama
yang diturunkan Allah swt kepada Muhammad saw?
Kalau masih ingat, kenapa tidak dilaksanakan?
Kalau sudah lupa, saya ingatkan kembali.
Ayat pertama yang diturunkan Allah swt kepada Muhammad
saw yang sebetulnya diturunkan juga untuk kita adalah “Iqra”. Kita biasa mengartikannya dengan “Baca”. Itu perintah Allah swt.
Baca diri kita, baca lingkungan kita, baca situasi, baca
ilmu pengetahuan, baca ayat-ayat Allah swt, baik yang tertulis maupun tidak.
Baca hasil pemikiran orang lain, baik yang positif maupun negatif. Baca segala
sesuatu yang pro maupun yang kontra. Dengan itulah kita bisa menggunakan akal
kita untuk menganalisa, merenung, berpikir, membandingkan, lalu mengambil
kesimpulan, pendapat, saran, dan
melakukan tindakan.
Jika kita menggunakan pengertian iqra sebagaimana yang
diajarkan Quraish Shihab, jauh lebih luas dan lebih dalam lagi. Quraish Shihab
mengartikan “iqra” dengan perintah “kumpulkan”. Kita harus mengumpulkan data,
informasi, berbagai ilmu pengetahuan, pemahaman mengenai Allah swt, duniawi, materialistik,
potensi diri, kawan dan lawan bicara kita, dasar dan akibat tindakan-tindakan
kita, dan lain sebagainya. Dengan mengumpulkan berbagai informasi itu, kita
dapat melakukan analisa dan mengembangkan ilmu pengetahuan. Dengan demikian,
kita bisa semakin bijak dan bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain.
Adapun iqra yang biasa kita artikan sebagai “baca”,
sesungguhnya salah satu dari aktivitas mengumpulkan, yaitu mengumpulkan
huruf-huruf. Huruf dikumpulkan menjadi kata-kata. Kata dikumpulkan menjadi
kalimat-kalimat. Kalimat dikumpulkan menjadi paragraf-paragraf. Paragraf
dikumpulkan menjadi wacana. Wacana dikumpulkan menjadi karya tulis, tabloid,
koran, prosiding, majalah, dan buku-buku fiksi maupun nonfiksi.
Betapa pentingnya “iqra” bagi kehidupan manusia sehingga
Allah swt menempatkannya pada ayat pertama kepada Nabi Muhammad saw. Jika melakukan
iqra sebelum berbicara dan bertindak, kita akan menjadi bijak dan selamat
karena ucapan dan tindakan kita didasari ilmu pengetahuan. Sayangnya, manusia
sering meninggalkan iqra sehingga berbicara dan bertindak atas dasar emosinya.
Akibatnya, ucapan dan tindakannya lemah, tidak berkualitas, bahkan cenderung
menyesatkan dirinya sekaligus menyesatkan orang lain. Syetan pun bersama dengan
orang-orang yang menyesatkan seperti ini.
Keributan, huru-hara, saling maki, hoaks, kedustaan,
kebencian, dan berbagai keburukan lainnya diakibatkan banyak yang tidak
melakukan iqra sebelumnya. Kebanyakan manusia bertindak atas dasar ego, emosi,
pemahaman dangkal, dan kepentingan sesaatnya. Manusia banyak dikendalikan oleh
hawa nafsu rendahnya.
Tak ada kata terlambat untuk memperbaiki situasi. Selama
hayat masih dikandung badan, kesempatan perbaikan itu masih ada. Pahami dulu,
baca diri, kumpulkan informasi seutuhnya mulai dari diri sendiri, mulai dari
hal yang paling kecil, dan mulai saat ini juga. Insyaallah, tindakan kita diridhoi Allah swt serta membuat diri
kita dan lingkungan kita akan jauh lebih baik.
Sampurasun.
No comments:
Post a Comment