oleh
Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
Dari sejak saya kecil,
persoalan perayaan Maulid Nabi atau yang kita kenal dengan istilah muludan, selalu seru. Ada yang pro ada
juga yang kontra, ada yang suka ataupun ada yang tidak. Perayaan Maulid Nabi
sendiri merupakan semacam peringatan atas kelahiran Nabi Muhammad saw. Menurut
saya, sebaiknya biasa saja menghadapinya. Mereka yang suka dengan perayaan
tersebut, dipersilakan untuk merayakannya. Bagi mereka yang tidak suka
merayakannya, ya biasa saja. Tidak perlu bertengkar soal itu. Mereka yang
merayakannya punya alasan sendiri. Demikian pula mereka yang tidak
merayakannya, punya alasan sendiri. Tenang sajalah.
Bagi saya sendiri, peringatan maulid Nabi memiliki nilai
positif sepanjang dirayakan secara positif, tidak dipenuhi hal-hal negatif.
Peringatan maulid Nabi saw adalah soal rasa dan soal pendidikan. Bagi mereka
yang mengenal Nabi Muhammad saw, sangat besar kecintaannya. Dengan demikian,
peringatan Maulid Nabi merupakan dorongan cinta dari dalam diri umatnya kepada
Muhammad saw. Rasa cinta itu ditularkan kepada setiap generasi, salah satunya
melalui peringatan maulid Nabi saw yang di dalamnya memuat kisah-kisah Sang
Nabi saw.
Agar generasi muda muslim memiliki kecintaan yang besar kepada Nabi Muhammad saw, muludan adalah sarana yang tepat untuk memperkenalkan sosok Sang Nabi. Dengan mengenal Nabi Muhammad saw, diharapkan makin tebal kecintaan kita kepadanya.
Bukankah tak kenal, maka tak sayang?
Bagaimana kaum muslim akan mencintai Nabi Muhammad saw jika tidak mengenalnya dengan baik?
Di samping itu, mencintai Nabi Muhammad saw adalah kewajiban yang menimbulkan pahala. Artinya, jika tidak mencintainya, memunculkan dosa.
Hal ini bisa dilihat dalam Firman Allah swt QS At Taubah : 24.
“Katakanlah, ‘Jika bapak-bapakmu, anak-anakmu, saudara-saudaramu, istri-istrimu, keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perdagangan yang kamu khawatirkan kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya serta berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah memberikan keputusan-Nya.’ Selain itu, Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik.”
Di dalam ayat itu jelas sekali bahwa yang pertama harus dicintai adalah Allah swt, kemudian Rasul-Nya, lalu jihad di jalan-Nya. Jika salah urutan dalam mencintai, dalam arti kata memposisikan Allah swt, Rasul, dan Jihad di pinggir urusan yang lain, bahkan duniawi, tunggulah tindakan Allah swt kepada diri kita yang jelas tidak menguntungkan kita.
Untuk menumbuhkan rasa cinta kepada Muhammad Rasulullah saw, salah satunya adalah dengan menggunakan peringatan Maulid Nabi. Dengan muludan, kita akan mengenal lebih dekat sosok Muhammad saw. Setelah kenal dan memahami betapa besar cintanya kepada umat manusia, perasaan cinta kita pun akan tumbuh perlahan, namun pasti. Dengan tumbuhnya rasa cinta, pahala pun akan kita dapatkan. Insyaallah.
Bagi yang tidak menyukai maulidan atau muludan, silakan saja dan tidak perlu ambil sikap bermusuhan. Bagi yang menyukai peringatan maulidan ataupun muludan, gunakan acara itu sebagai media mengenal Sang Rasul dengan lebih dekat, lebih baik, hingga mendorong diri kita menjadi umat Islam dengan pribadi yang unggul dalam memanifestasikan Islam rahmatan lil alamin.
Sampurasun.
No comments:
Post a Comment