oleh
Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
Semua organisasi, komunitas,
kelompok, grup, boleh dan bisa mengklaim diri sebagai manusia-manusia paling
kaffah dalam menjalankan ajaran Islam. Semua tidak dilarang menganggap dirinya
paling benar, paling menyeluruh dalam menjalankan Islam, paling total, atau
setidaknya paling paham tentang “memasuki Islam secara kaffah”.
Akan tetapi, benarkah klaimnya itu? Benarkah anggapan
dirinya itu? Benarkah cara-cara yang dilakukannya itu?
Kalaulah memang benar, benar menurut versi siapa? Menurut
organisasi yang mana?
Kalau ditanya pada NU, mungkin jawabannya adalah kaffah
menurut cara dan versi NU. Kalau ditanya pada Muhammadiyah, jawabannya mungkin
menurut cara dan versi Muhammadiyah. Kaffah dalam cara dan versi Persis mungkin
berbeda dengan NU dan Muhammadiyah. Demikian pula jika ditanyakan pada
organisasi-organisasi yang muncul belakangan ini, seperti, FPI atau HTI yang
telah dibubarkan, mereka punya pemahaman dan cara sendiri. Hal yang sama akan
terjadi jika ditanyakan pada Isis, Al Qaeda, Ash Shabab, atau Boko Haram,
mereka punya pemahaman sendiri juga.
Kalau pemahaman Islam Kaffah itu sama, kenapa tidak
bersatu dalam satu organisasi saja untuk memperjuangkan yang sama?
Kenyataannya, mereka tetap pada organisasinya masing-masing
karena memiliki keyakinan bahwa apa yang dilakukan organisasinya adalah paling
tepat dan cocok dengan diri mereka.
Jadi, Islam Kaffah menurut cara dan versi siapa yang
benar?
Untuk menemukan pandangan Islam Kaffah yang paling benar,
ada tiga cara, yaitu pertama, berdebat
hingga lelah dengan menggunakan ilmu pengetahuan dan akal, bukan dengan emosi
rendahan. Kedua, menunggu Allah swt
memberitakan kebenaran dengan cara-Nya sendiri di dunia ini. Ketiga, membiarkan semuanya sebagaimana
adanya, lalu menyerahkannya kepada Allah swt agar diberitahukan kebenaran-Nya
di akhirat nanti di pengadilan Illahi, siapa yang benar dan salah, siapa yang
masuk surga dan neraka, bergantung nanti setelah kiamat.
Berhati-hatilah menganggap diri paling benar sambil
menunjuk yang lain adalah salah karena pengetahuan itu berkembang, para ahli
ilmu terus meneliti, dan bacaan pun bisa bertambah. Bisa jadi apa yang kita
anggap benar hari ini, ternyata salah pada hari lainnya.
Bukankah sudah banyak contohnya?
Mereka yang dulunya bergabung Isis atau melakukan
aksi-aksi melawan negara yang sah, justru berbalik menjadi warga negara yang
sangat baik. Bahkan, bekerja sama dengan pemerintah untuk menyadarkan
saudara-saudaranya agar melaksanakan Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika
dalam koridor NKRI. Keyakinan bisa berubah.
Sering-seringlah membaca Surat Al Fatihah karena di sana
ada doa “Tunjukkanlah kami ke jalan yang lurus (benar)”. Semoga Allah swt mengantarkan
kita ke jalan yang lurus itu.
Bersikaplah bijak. Jangan mengklaim diri paling benar dan
pasti masuk surga, kemudian menyalahkan orang lain sebagai calon penghuni
neraka. Hal itu akan menyebabkan kita mudah mengafirkan orang lain. Itulah
takfiri. Sikap itu akan mengacaukan perkembangan kehidupan dan ilmu pengetahuan
kaum muslimin.
Sampurasun.
No comments:
Post a Comment