Saturday, 9 November 2019

Semua Bisa Klaim Paling Kaffah


oleh Tom Finaldin


Bandung, Putera Sang Surya
Semua organisasi, komunitas, kelompok, grup, boleh dan bisa mengklaim diri sebagai manusia-manusia paling kaffah dalam menjalankan ajaran Islam. Semua tidak dilarang menganggap dirinya paling benar, paling menyeluruh dalam menjalankan Islam, paling total, atau setidaknya paling paham tentang “memasuki Islam secara kaffah”.

            Akan tetapi, benarkah klaimnya itu? Benarkah anggapan dirinya itu? Benarkah cara-cara yang dilakukannya itu?

            Kalaulah memang benar, benar menurut versi siapa? Menurut organisasi yang mana?

            Kalau ditanya pada NU, mungkin jawabannya adalah kaffah menurut cara dan versi NU. Kalau ditanya pada Muhammadiyah, jawabannya mungkin menurut cara dan versi Muhammadiyah. Kaffah dalam cara dan versi Persis mungkin berbeda dengan NU dan Muhammadiyah. Demikian pula jika ditanyakan pada organisasi-organisasi yang muncul belakangan ini, seperti, FPI atau HTI yang telah dibubarkan, mereka punya pemahaman dan cara sendiri. Hal yang sama akan terjadi jika ditanyakan pada Isis, Al Qaeda, Ash Shabab, atau Boko Haram, mereka punya pemahaman sendiri juga.

            Kalau pemahaman Islam Kaffah itu sama, kenapa tidak bersatu dalam satu organisasi saja untuk memperjuangkan yang sama?

            Kenyataannya, mereka tetap pada organisasinya masing-masing karena memiliki keyakinan bahwa apa yang dilakukan organisasinya adalah paling tepat dan cocok dengan diri mereka.

            Jadi, Islam Kaffah menurut cara dan versi siapa yang benar?

            Untuk menemukan pandangan Islam Kaffah yang paling benar, ada tiga cara, yaitu pertama, berdebat hingga lelah dengan menggunakan ilmu pengetahuan dan akal, bukan dengan emosi rendahan. Kedua, menunggu Allah swt memberitakan kebenaran dengan cara-Nya sendiri di dunia ini. Ketiga, membiarkan semuanya sebagaimana adanya, lalu menyerahkannya kepada Allah swt agar diberitahukan kebenaran-Nya di akhirat nanti di pengadilan Illahi, siapa yang benar dan salah, siapa yang masuk surga dan neraka, bergantung nanti setelah kiamat.

            Berhati-hatilah menganggap diri paling benar sambil menunjuk yang lain adalah salah karena pengetahuan itu berkembang, para ahli ilmu terus meneliti, dan bacaan pun bisa bertambah. Bisa jadi apa yang kita anggap benar hari ini, ternyata salah pada hari lainnya.

            Bukankah sudah banyak contohnya?

            Mereka yang dulunya bergabung Isis atau melakukan aksi-aksi melawan negara yang sah, justru berbalik menjadi warga negara yang sangat baik. Bahkan, bekerja sama dengan pemerintah untuk menyadarkan saudara-saudaranya agar melaksanakan Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika dalam koridor NKRI. Keyakinan bisa berubah.

            Sering-seringlah membaca Surat Al Fatihah karena di sana ada doa “Tunjukkanlah kami ke jalan yang lurus (benar)”. Semoga Allah swt mengantarkan kita ke jalan yang lurus itu.

            Bersikaplah bijak. Jangan mengklaim diri paling benar dan pasti masuk surga, kemudian menyalahkan orang lain sebagai calon penghuni neraka. Hal itu akan menyebabkan kita mudah mengafirkan orang lain. Itulah takfiri. Sikap itu akan mengacaukan perkembangan kehidupan dan ilmu pengetahuan kaum muslimin.

            Sampurasun.

No comments:

Post a Comment