Saturday, 30 May 2020

Diskusi Pemecatan Presiden


oleh Tom Finaldin


Bandung, Putera Sang Surya
Cukup mengagetkan peristiwa yang telah terjadi di Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta. Diskusi tentang pemecatan presiden yang kemudian diperhalus dengan bahasa “dialog kekuasaan” batal digelar. Pembatalan itu ternyata diakibatkan adanya teror terhadap mahasiswa, teror terhadap pembicara/pemateri, bahkan terornya berupa ancaman pembunuhan. Hal itu tentu saja membuat mahasiswa yang diteror menjadi merasa tidak aman dan tidak kondusif untuk melakukan kegiatan di kampus. Peristiwa ini membuat para akademisi, khususnya di lingkungan UGM sendiri bersuara, seperti, Dekan Fakultas Hukum dan Rektor. Bahkan, petinggi negara setingkat Mahfud M.D. dan Ali Mochtar Ngabalin pun ikut berpendapat.

            Sebelum terjadi teror-teror terhadap acara tersebut, sudah ada pihak-pihak di lingkungan kampus UGM sendiri yang tidak setuju dengan acara diskusi pemecatan presiden tersebut. Itu bagus, setuju dan tidak setuju itu sehat asalkan dengan alasan yang rasional bukan emosional.

            Semua sepakat bahwa kampus adalah lembaga yang harus dilindungi dalam mengembangkan ilmu pengetahuan, memberikan kritik, atau memberikan dukungan kepada pemerintahan sesuai dengan kaidah ilmiah. Kampus adalah tempat membiasakan berpikir, menyatakan tidak setuju, atau setuju. Tidak boleh ada yang mengganggu perkembangan ilmu pengetahuan di dalam kampus, termasuk penguasa harus membebaskan kampus dari segala tekanan. Jika kampus ditekan, hal itu akan mematikan ilmu pengetahuan dan pada akhirnya mematikan jiwa masyarakat.

             Dari berita yang saya baca dan perhatikan melalui televisi, tak disebutkan berapa pembicara yang bakal memberikan materi dalam acara diskusi tersebut. Hal ini sangat penting untuk dianalisis. Kalau pembicara dalam diskusi tersebut hanya satu orang atau satu pihak, dalam arti pembicara yang hanya setuju dan cenderung terhadap pemecatan presiden, diskusi bisa terjatuh menjadi ajang penggiringan opini sepihak. Diskusi hanya menjadi tempat pendiskreditan presiden, bahkan caci maki, fitnah, dan penghinaan. Ajang itu bisa berubah menjadi obrolan tidak berguna dan kampungan meskipun di dalamnya ada profesor. Demikian pula sebaliknya, jika pembicara hanya berasal dari satu pihak yang memiliki kecenderungan untuk mendukung presiden dan tidak setuju terhadap pemecatan, diskusi bisa berubah menjadi ajang puja-puji terhadap presiden dan menutup pintu kritik. Presiden bisa digambarkan bak malaikat yang tak ada salahnya. Itu sama sekali tidak bisa dibenarkan dalam ilmu pengetahuan.

            Hal ini mungkin yang memicu teror-teror terhadap acara tersebut. Artinya, ada lapisan akademisi lain yang suara dan pendapatnya tidak diikutsertakan dalam diskusi. Padahal, acara tersebut mengambil tema sensitif, yaitu pemecatan presiden.

            Sebaiknya, diskusi, dialog, seminar, atau talk show yang mengambil tema-tema sensitif jangan menggunakan pembicara tunggal atau pembicara sepihak. Meskipun jumlahnya banyak, tetapi hanya satu pihak, misalnya, pendukung atau oposisi saja, acara tersebut bisa jatuh menjadi acara tidak berguna dan hanya pelampiasan emosi yang menyesatkan para audien atau peserta atau pendengar. Seharusnya, pembicara berasal dari dua pihak yang berbeda pandangan karena menyangkut politik. Dengan ada pembicara yang berbeda pandangan, misalnya, pendukung dan penolak pemecatan presiden, audien dan masyarakat akan mendapatkan pengetahuan yang lebih luas dan memiliki pilihan yang tidak tunggal, beragam. Hal itu mencerdaskan. Dalam diri audien otomatis akan terjadi proses peleburan pemahaman yang berasal dari latar belakang pendidikan dan pengetahuannya, bacaan-bacaan sebelumnya, dan pemahaman dari diskusi yang terjadi, kemudian akan mengambil kesimpulan sesuai dengan intuisinya sendiri.

            Diskusi dengan pembicara sepihak hanya akan berlangsung searah dan bisa emosional, tetapi jika dua pihak, akan terjadi dinamika yang mencerdaskan dan rasional.

            Demikian kira-kira jika ingin mengadakan diskusi yang lebih ilmiah dan mencerahkan. Tidak perlu membungkus emosi dengan acara diskusi atau bahkan ceramah keagamaan. Semuanya harus berlandaskan fakta, data, dan berani diuji untuk mendapatkan kebenaran.

            Jangan lupa, yang mau kuliah di Universitas Al-Ghifari, klik http://pmb.unfari.ac.id





            Sampurasun

Tuesday, 19 May 2020

Zaman Akhir Vs Zaman Akhir Vs Zaman Akhir


oleh Tom Finaldin


Bandung, Putera Sang Surya
Kisah-kisah zaman akhir ini selalu menarik perhatian orang, terutama orang-orang yang sedang tertindas, terancam, dan kebingungan tentang arah hidupnya. Suatu kaum yang sedang merasa tergeser, tersingkir, atau terhalang oleh kaum yang lain kerap menyandarkan hidupnya pada berbagai ramalan, prediksi, atau berita-berita masa depan.

            Dalam berita-berita itu kerap dikisahkan akan munculnya sosok pahlawan bagi kaumnya yang akan menyelamatkan kaumnya. Biasanya, sosok ini penuh dengan kekuatan, keimanan, dan keagungan. Dialah harapan umat untuk mengenyahkan segala kejahatan, kekejaman, kezaliman agar umatnya dapat sejahtera, berkuasa, dan penuh kemuliaan.

            Kisah ini beredar di antara umat manusia, di antara suku bangsa, dan di antara para pemeluk agama. Di lingkungan umat Islam diyakini adanya kehadiran Imam Mahdi dan Yesus as yang akan mengalahkan Dajal, Sang Raja Dusta, serta membawa kedamaian dan kemakmuran di muka Bumi di samping mengokohkan posisi politik kaum muslimin di dunia.

            Kisah zaman akhir ini bukan hanya dimiliki umat muslim, melainkan pula dimiliki umat Nasrani. Kaum kristiani percaya bahwa akan ada kebangkitan umat Kristen untuk memimpin dunia dan membimbing manusia keluar dari kegelapan. Beberapa sekte malah berani melakukan pembunuhan untuk terciptanya situasi zaman akhir yang sesuai dengan keyakinan mereka.

            Hal yang sama pun diyakini oleh umat Yahudi. Mereka sangat percaya bahwa diri mereka mirip Nabi Daud as yang menang bertarung melawan raksasa Goliath. Arab adalah yang dimaksud orang-orang Yahudi sebagai Goliath. Artinya, Yahudi adalah yang akan menguatkan Israel Raya dan memimpin dunia.

            Sesungguhnya, banyak hal yang bisa saya ungkapkan tentang kisah-kisah zaman akhir itu. Akan tetapi, terlalu panjang untuk ditulis di sini. Jika mau, saya bisa bikin buku berjilid-jilid soal zaman akhir ini dipandang dari tiga agama berbeda.

            Dalam tulisan kali ini saya ingin memberitahukan bahwa kisah-kisah zaman akhir itu dimiliki oleh kaum muslimin, kaum Nasrani, dan kaum Yahudi. Setiap kaum meyakini bahwa kaumnyalah yang akan menjadi pemimpin dunia. Orang Islam yakin bahwa orang Islam yang akan mengendalikan dunia pada masa akhir zaman. Orang Nasrani juga yakin bahwa merekalah yang akan benar-benar menguasai dunia. Demikian pula orang-orang Yahudi sangat kuat keyakinannya terhadap kehadiran Raja Yahudi yang ditunggu-tunggu untuk mengangkat kemuliaan Yahudi dan mengalahkan Goliath Arab.

            Hal yang sangat menarik adalah, baik kaum muslimin, Nasrani, maupun Yahudi sama-sama meyakini bahwa pada akhir zaman mereka akan terlibat perang besar di Yerusalem, tanah Palestina. Perbedaannya, setiap kelompok meyakini bahwa kelompoknyalah yang akan menang, sedangkan kelompok yang lainnya adalah para penjahat yang harus dikalahkan.

            Hal ini pula yang menjelaskan bahwa kekisruhan, kekalutan, kejahatan, kekejian, pembunuhan, ketidakadilan, kesengsaraan, pertengkaran, konflik di Yerusalem, Palestina tidak kunjung usai. Mereka selalu terlibat saling bunuh, saling culik, saling rusak, dan saling serang. Mereka tidak pernah bisa berhenti karena salah satunya adalah keyakinan terhadap kisah-kisah zaman akhir yang  memberitakan bahwa merekalah yang akan menjadi pemenang pertarungan di kawasan itu.

            Orang Islam yakin akan menang, Nasrani juga percaya mereka yang menjadi pemenangnya, Yahudi pun demikian pula sangat yakin akan menguasai dunia.

            Lalu, pertanyaannya sampai kapan kegoncangan dan saling bunuh itu akan berhenti?

            Jawaban orang Islam pastinya jika orang Islam berkuasa. Jawaban Nasrani juga begitu, jika Nasrani memegang kendali. Jawaban Yahudi apalagi, situasi akan terkendali jika Raja Yahudi yang mereka tunggu sudah hadir di muka Bumi.

            Semua saling klaim.

            Lalu, siapa yang paling benar?

            Setiap pemeluk agama akan mengklaim dirinya adalah yang paling benar. Ketika para pemeluk agama itu sedang saling klaim, di tanah Yerusalem, Palestina, terus terjadi pembunuhan-pembunuhan, kekerasan, banjir darah, penggusuran, penganiayaan yang korbannya adalah para pemeluk agama dari setiap pihak yang bertikai.

            Jadi, begitulah keyakinan tentang kisah zaman akhir versi muslim melawan zaman akhir versi Nasrani melawan zaman akhir versi Yahudi.

            Jadi, harus bagaimana atuh?




            Saya sebagai muslim, berharap bahwa kaum muslimin lebih dewasa, lebih rasional, dan lebih bijak dalam menyebarkan rahmat bagi semesta alam.

            Bagaimana caranya?

            Entar dululah. Sedikit-sedikit dulu menerangkannya, bisi pusing.

            BTW, bagi lulusan SMP/MTs yang mau meneruskan sekolah, bisa ke “MA Mawaddi di Kompleks Pondok Pesantren As Saadah, Desa Kamasan, Kecamatan Banjaran, Kabupaten Bandung”.

            Bagi lulusan MA/SMK/SMA yang mau meneruskan kuliah ke “Universitas Al-Ghifari”, klik http://pmb.unfari.ac.id , banyak beasiswanya lho.

            Sampurasun

Friday, 15 May 2020

Tetap Belajar

oleh Tom Finaldin


Bandung, Putera Sang Surya
Setiap orang memiliki masalah masing-masing. Ada yang memiliki masalah sama atau mirip, adapula yang berbeda. Selama manusia hidup, masalah selalu ada dengan diselingi kesenangan, ada suka dan ada duka. Jika masa hidupnya selesai di dunia, manusia tanpa iman akan menemukan masalah yang tak akan pernah selesai karena masuk neraka, tetapi ada pula manusia yang tak akan menemukan masalah apa pun karena masuk surga. Selama di dunia manusia selalu bertemu dengan masalah dan kesenangan, suka dan duka silih berganti.

            Dalam masa pandemi Covid-19 seperti sekarang ini teramat banyak orang yang memiliki masalah yang sama, yaitu kesulitan keuangan dan makanan. Akan tetapi, banyak pula yang tidak bermasalah dengan keuangan dan makanan, tetapi memiliki masalah lain. Misalnya, para pengusaha tidak bermasalah dengan keuangan dan makanan untuk dirinya pribadi dan keluarga, tetapi memiliki masalah bagaimana dirinya harus tetap membayar para karyawannya sementara pemasukan bagi perusahaannya jauh berkurang drastis, bahkan mungkin tidak ada. Para pejabat negeri bermasalah dengan bagaimana caranya agar masalah rakyat di bawahnya dapat dihilangkan atau ditekan semaksimal mungkin. Bagi yang lain mungkin lebih parah, bisa bermasalah dengan kesehatannya ditambah keadaan ekonominya semakin sulit.

            Meskipun setiap manusia memiliki masalah masing-masing, sesungguhnya ada masalah yang sama, yaitu mempersiapkan masa depan yang lebih baik lagi. Diakui atau tidak, terasa atau tidak, untuk mendapatkan masa depan yang lebih baik lagi adalah masalah tersendiri, baik masa depan di dunia maupun di akhirat. Tak ada yang dapat memastikan dirinya bakal baik-baik saja pada masa depan. Orang kaya dan berkuasa sekalipun tidak bisa memastikan dirinya akan terus kaya dan berkuasa. Dia bisa jatuh miskin dan atau terjatuh. Begitu juga sebaliknya.

            Sebagai manusia, untuk memiliki masa depan yang lebih baik dibandingkan sekarang ini adalah dengan cara belajar keras dan bekerja keras. Tak ada jalan lain. Mungkin saja ada yang tidak percaya dengan rajin belajar dan bekerja keras bisa membentuk masa depan yang lebih baik karena banyak orang yang sekolahnya biasa-biasa saja, bahkan buruk bisa hidup penuh kesuksesan. Benar itu terjadi di sekitar kita, misalnya, Hari Tanoesoedibjo yang hanya Paket C bisa menjadi pengusaha besar. Demikian pula Susi Pudjiastuti yang hanya lulusan SMP bisa menjadi menteri kelautan dan perikanan. Itu benar, tetapi itu kasuistis. Tidak semua orang bisa seperti itu, bergantung pada kehendak Allah swt. Meskipun demikian, jangan lupa, bahwa mereka tetap belajar, tetapi belajar dari pengalaman dan dari pekerjaan mereka sendiri yang tidak didapatnya dari pendidikan formal.

            Bagi manusia kebanyakan, sekolah dan atau kuliah yang baik dan benar adalah upaya umum yang dilakukan untuk mendapatkan  masa depan yang lebih baik. Setelah belajar formal, kerja keras adalah jalan yang diyakini dapat membawa manusia ke arah kesuksesan. Jika kita bandingkan diri kita dengan orang yang lebih hebat atau negara yang lebih maju, niscaya kita akan menemukan bahwa mereka lebih rajin belajar dan lebih bekerja keras dibandingkan kita. Begitulah kondisi manusia secara umum.

           Dengan melihat kenyataan seperti itu, sekolah atau kuliah adalah suatu jalan untuk mendapatkan masa depan yang lebih baik. Oleh sebab itu, kami menawarkan bagi lulusan SMP/MTs dapat melanjutkan sekolah di Madrasah Aliyah Mawaddi yang berlokasi di Kompleks Pondok Pesantren As Saadah, Desa Kamasan, Kecamatan Banjaran, Kabupaten Bandung. Siapa pun dapat langsung datang ke lokasi dan berkomunikasi dengan para guru di sana.




            Belajar keras dan bekerja keras adalah jalan untuk mendapatkan masa depan yang lebih baik lagi, insyaallah.

            Sampurasun.

Wednesday, 13 May 2020

Karakteristik Utama Ekonomi Pasar



oleh Tom Finaldin

Bandung, Putera Sang Surya
Ekonomi pasar adalah sesuatu tempat ketika harga barang dan jasa dipertukarkan atas kesepakatan antara pembeli dan penjual, antara penawaran dan permintaan. Tak boleh ada yang mengintervensi kesepakatan tersebut. Harga barang dan jasa tercipta karena datangnya penawaran dan permintaan secara bersamaan sehingga terjadi harga keseimbangan (equilibrium prices).

            Dalam kaitannya dengan hubungan internasional, pertukaran atau transaksi barang dan jasa terjadi dengan melewati batas-batas wilayah antarnegara. Bahkan, bisa melampaui politik dan ideologi negara-negara dalam arti setiap ideologi dan politik harus tunduk pada mekanisme ekonomi pasar jika ingin masuk dan terlibat dalam sistem ekonomi pasar.

            Menurut Bertell Ollman (2015) dalam Umar Suryadi Bakry (2019), terdapat tujuh karakteristik utama ekonomi pasar. Berikut ketujuh karakteristik utama tersebut.

            Pertama, orang akan membeli barang dan jasa yang diinginkannya hanya jika mereka mampu membayarnya. Jika mereka punya uang atau apa saja yang berharga, dapat membeli apa saja yang diinginkannya sesuai dengan harga barang atau jasa tersebut. Tak ada satu kekuatan pun yang dapat mencegah atau menghalangi seseorang untuk memiliki sesuatu jika mereka mampu membayarnya. Jika ada sesuatu kekuatan yang menghalanginya, tidaklah dapat dikatakan ekonomi pasar.

            Kedua, uang menjadi faktor penting bagi kehidupan. Pada zaman ini alat tukar yang resmi untuk mendapatkan barang dan jasa adalah uang. Oleh sebab itu, uang menjadi faktor teramat penting bagi kehidupan. Semakin banyak uang yang dimiliki seseorang, semakin banyak pula barang dan jasa yang dapat dimiliki. Hal itu pun menjadikan seseorang yang memiliki uang yang banyak dapat dikategorikan orang yang penting dalam lingkungan sosialnya.

             Ketiga, orang dipaksa untuk melakukan apa saja dan menjual sesuatu untuk mendapatkan uang. Karena uang adalah faktor yang sangat penting, orang akan berupaya mendapatkan uang dengan melakukan apa saja atau menjual barang dan jasa untuk mendapatkan barang atau jasa yang diinginkannya. Misalnya, orang akan menjual tanah untuk membeli mobil atau motor atau bekerja melakukan apa pun agar mendapatkan uang untuk membeli hal yang diinginkannya. Tanpa uang, orang tidak dapat membeli apa pun dan tidak akan punya apa pun.

            Keempat, orang cenderung memaksimalkan keuntungan menjadi lebih penting daripada kebutuhan sosial. Semua orang berkompetisi, bersaing untuk mendapatkan keuntungan setinggi mungkin. Oleh sebab itu, orang cenderung tidak memikirkan kebutuhan sosial. Nilai-nilai sosial menjadi tidak penting. Persahabatan, kerukunan, gotong royong, pertemanan, hubungan sosial, bahkan cinta prioritasnya berada di bawah keuntungan usaha.

            Kelima, tujuan dari semua aktivitas produksi dan investasi adalah memaksimalkan keuntungan. Orang melakukan aktivitas produksi dan investasi adalah untuk meningkatkan keuntungan, bukan untuk kebutuhan sosial apalagi keagamaan. Bahkan, nilai-nilai sosial dan keagamaan dapat dilabrak atau diperjualbelikan untuk mendapatkan keuntungan maksimal.

            Keenam, distribusi atas barang-barang langka (scarce goods) terjadi melalui uang, artinya siapa yang memiliki uang lebih banyak berpeluang mendapatkan barang dan jasa lebih banyak. Sebagaimana yang telah tadi disebutkan bahwa uang adalah faktor yang sangat penting dan dapat menjadikan pemiliknya sebagai orang penting. Dengan memiliki banyak uang, seseorang dapat membeli barang-barang langka dan atau sangat mewah yang tidak dapat dimiliki oleh orang lain yang memiliki uang sedikit.

            Ketujuh, setiap orang bertanggung jawab atas nasibnya masing-masing, artinya setiap orang mendapatkan sesuatu adalah akibat dari apa yang mereka lakukan sendiri. Dari hal ini kita dapat memahami bahwa usaha setiap orang akan menghasilkan sesuatu sesuai dengan usahanya masing-masing. Mereka yang belajar dan bekerja lebih keras akan mendapatkan hasil yang lebih besar dibandingkan mereka yang tidak pernah belajar dan tidak bekerja keras. Besar-kecil penghasilan atau barang dan jasa yang dimiliki seseorang bergantung pada kesempatan dan kemampuan belajar serta kerja kerasnya.

            Demikian ketujuh karakteristik utama ekonomi pasar pasar yang disampaikan Bertell Ollman (2015) dalam Umar Suryadi Bakry (2019).

            Sampurasun.


Sumber:


Bakry, Umar Suryadi, 2019, Ekonomi Politik Internasional: Suatu Pengantar, Cetakan I, Januari 2019, Pustaka Pelajar: Yogyakarta

Maryati, Kun; Suryawati, Juju, 2013, Sosiologi untuk SMA dan MA Kelas XII Kurikulum 2013, Penerbit Erlangga: Jakarta

Maryati, Kun; Suryawati, Juju, 2014, Sosiologi untuk SMA dan MA Kelas XI Kurikulum 2013, Penerbit Erlangga:  Jakarta

Monday, 11 May 2020

Bersaing Berbuat Baik, Yuk!


oleh Tom Finaldin


Bandung, Putera Sang Surya
Kita tahu bahwa “manusia yang paling baik itu adalah manusia yang paling banyak memberikan manfaat bagi manusia lainnya”.

            Jangan sampai menjadi manusia yang sangat buruk, yaitu “manusia yang paling banyak memberikan keburukan bagi manusia lainnya”.

            Berbuat baik itu banyak jenisnya, mulai dari yang paling murah dan mudah hingga ke tingkat yang paling mahal dan sangat sulit. Berbicara baik, mudah tersenyum, berbahasa yang nyaman, itu mudah dan murah. Membiayai orang lain sekolah atau kuliah, mengongkosi orang naik haji, membelikan rumah mewah dan besar untuk satu keluarga, memberikan modal untuk membuat pabrik besar yang menyerap jutaan tenaga kerja, itu mahal dan sulit. Di antara hal yang paling mudah dan paling mahal, ada tingkatan-tingkatan perbuatan baik yang dapat kita lakukan sesuai kemampuan diri kita. Oleh sebab itu, lakukanlah. Tidak ada halangan untuk berbuat baik, kecuali kita sendiri yang menghalanginya.

            Mau apa lagi hidup ini kalau tidak untuk berbuat baik?

            Berusaha menjadi apa pun tak ada harganya jika tidak untuk berbuat baik sesuai dengan yang dikehendaki Allah swt. Jika gemar berbuat baik, kita pun akan diarahkan Allah swt untuk berada di lingkungan yang baik dan menyenangkan. Jika gemar berperilaku buruk,  kita akan terjerumus dengan orang-orang buruk yang sangat tidak menyenangkan dan tidak membuat nyaman. Mungkin kita akan berada di lingkungan manipulatif, seolah-olah penuh kebaikan, tetapi sesungguhnya penuh kemunafikan.

            Kita berada di mana sekarang?

            Coba cek diri dan lingkungan masing-masing.

            Apakah berada di lingkungan dan suasana menyenangkan atau berada di lingkungan yang gerah, mengesalkan, dan menjengkelkan?

            Jangan kasih tahu yang lain perhatikan saja diri sendiri, lalu perbaiki. Mudah-mudahan Allah swt memudahkan kita untuk memperbaiki diri kita.

            Untuk dapat menjadi manusia yang bermanfaat, tentunya harus mendapatkan ilmu dengan belajar. Setelah mendapatkan ilmu melalui belajar dengan baik, ilmu itu harus diamalkan atau diaplikasikan untuk kebaikan manusia dan kemanusiaan sesuai keinginan Allah swt. Semakin banyak ilmu yang digunakan untuk kebaikan umat manusia, semakin besar pahala dan kebahagiaan yang kita dapatkan.

            Salah satu tempat menuntut ilmu adalah Universitas Al-Ghifari. Jika mau menuntut ilmu di sini, klik http://pmb.unfari.ac.id




            Sampurasun.

Sunday, 10 May 2020

Antara Ekonomi Pasar dan Kapitalisme


oleh Tom Finaldin


Bandung, Putera Sang Surya
Ekonomi pasar dengan kapitalisme sesungguhnya berbeda. Meskipun demikian, dalam perbincangan sehari-hari ekonomi pasar kadang pula disebut kapitalisme. Hal itu disebabkan kapitalisme tidak bisa hidup tanpa adanya ekonomi pasar. Akan tetapi, ekonomi pasar tetap akan hidup meskipun kapitalisme mati atau tidak ada.

            Agar lebih mudah memahaminya, ekonomi pasar adalah sebuah aktivitas yang tidak diatur pemerintah, tetapi dikendalikan oleh permintaan (demand) dan  penawaran (supply). Suatu aktivitas ekonomi pasar yang paling ideal adalah apabila barang yang dipertukarkan dilakukan secara sukarela antara penjual (seller) dengan pembeli (buyer). Penjual dan pembeli dapat dengan leluasa saling menyepakati harga tanpa pengaruh intervensi eksternal.

            Adam Smith menjelaskan bahwa ekonomi pasar (market economy) adalah suatu sistem ketika seluruh kegiatan ekonomi mulai produksi, distribusi, dan konsumsi diserahkan sepenuhnya pada mekanisme pasar. Siapa pun boleh memiliki dan menggunakan barang dan jasa miliknya, Semua aktivitas ekonomi dilakukan oleh swasta yang berorientasi pada meraih laba yang berdasarkan perdagangan bebas dan tidak membenarkan intervensi pemerintah.

            Demikian yang dijelaskan Umar Suryadi Bakry dalam buku Ekonomi Politik Internasional: Suatu Pengantar, Cetakan I, Januari 2019, yang diterbitkan Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

            Adapun Robert Gilpin mendefinisikan bahwa ekonomi pasar merupakan suatu tempat barang dan jasa  dipertukarkan atas dasar harga relatif. Pasar adalah tempat menegosiasikan transaksi dan menentukan harga. Para pelaku pasar memiliki ketergantungan satu sama lain. Sistem berjalan berdasarkan prinsip-prinsip keterbukaan di antara produsen dan konsumen.

            Dengan memahami penjelasan-penjelasan tersebut, ekonomi pasar sangat mirip dengan dasar-dasar ekonomi Islam. Di dalam Islam, suatu sistem ekonomi dikatakan islami jika terjadi kesepakatan antara pelaku ekonomi dengan dasar “suka sama suka”. Hal itu berarti ada persetujuan dari kedua belah pihak atau berbagai pihak yang terlibat dalam transaksi ekonomi. Jika transaksi dilakukan tanpa dasar kerelaan, hal itu dapat dikategorikan pemaksaan, penjajahan, ataupun pemerasan. Hal ini ditentang oleh Islam karena akan merugikan salah satu pihak. Islam mengajarkan adanya persetujuan dan keuntungan bersama.

            Sementara itu, kapitalisme merupakan suatu lingkungan yang terdiri atas dua kelompok orang, yaitu pemilik (owners) dan pekerja (workers). Hal yang paling utama dalam kapitalisme adalah kepemilikan pribadi (private ownership). Pemilik memiliki kekuasaan atas barang miliknya. Adapun produksi, distribusi, dan harga barang dan jasa ditentukan oleh pasar bebas.

            Para kapitalis berusaha di dalam sistem ekonomi pasar untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya dan menumpuk modal. Para kapitalis akan selalu bersaing di antara mereka. Hal itulah yang menyebabkan para kapitalis hanya bisa hidup dalam sistem ekonomi pasar. Tanpa sistem tersebut para kapitalis tidak bisa hidup dan kehilangan kreativitas serta semangatnya.

            Ekonom Indonesia, Didik J. Rachbini melengkapi penjelasan perbedaan antara kapitalisme dan ekonomi pasar. Menurutnya, kapitalisme adalah sebuah sistem ekonomi yang tumbuh  dalam setting sejarah dan budaya tertentu (Eropa Barat dan Amerika Utara). Adapun ekonomi pasar adalah realitas sosial yang hukum-hukumnya bersifat universal.

            Ekonomi pasar sudah ada sejak lama sebelum tumbuhnya kapitalisme. Oleh sebab itu, di dalam ekonomi pasar bukan hanya kapitalisme yang bisa hidup, melainkan sosialisme juga. Sepanjang dapat mematuhi sistem ekonomi pasar, siapa pun dapat beraktivitas di sana, termasuk pula pemerintah yang sesungguhnya sangat ditentang oleh para kapitalis.

            Umar Suryadi Bakry (2019) mengemukakan poin-poin perbedaan dan persamaan ekonomi pasar dengan kapitalisme. Perbedaan tersebut adalah ekonomi pasar lebih menekankan pada proses pertukaran kekayaan (wealth exchange); fokus pada hubungan antara  penjual (sellers) dan pembeli (buyers); didorong oleh mekanisme penawaran (supply) dan permintaan (demand); sistem ini dapat berlaku universal, tak terkait dengan setting sosial tertentu. Adapun kapitalisme lebih menekankan pada pemupukan kekayaan (wealth production); fokus pada hubungan antara pemilik (owners) dan pekerja (workers); pemilik modal dapat memengaruhi nilai tukar (terms of trade); tumbuh dalam setting sosial Eropa dan Amerika (masyarakat barat).

            Persamaan antara ekonomi pasar dan kapitalisme adalah sama-sama mengakui adanya kepemilikan pribadi (private ownership), persaingan (competition), mekanisme pasar (market mechanism), dan motif mencari keuntungan (profit motive); sama-sama menghendaki minimalisasi campur tangan pemerintah (negara) dalam proses ekonomi (mekanisme pasar).

            Tadi telah dijelaskan bahwa berbagai ideologi bisa terlibat untuk berada dalam ekonomi pasar dengan syarat tidak mengintervensi keseimbangan pasar dan hukum pasar dalam menentukan harga. Dengan demikian, sistem ekonomi pasar dapat diterima oleh seluruh dunia. Di samping itu, ekonomi pasar pun memiliki banyak kelebihan dibandingkan sistem-sistem lain. Paling tidak, menurut Bertell Ollman (2015) dalam Umar Suryadi Bakry (2019), ada sembilan keuntungan bagi suatu negara jika menerapkan sistem ekonomi pasar.

            Pertama, kompetisi di antara berbagai unit usaha yang berbeda akan mendorong timbulnya efisiensi. Mereka akan melakukan apa pun yang diperlukan (termasuk melakukan PHK) untuk menurunkan biaya produksi.

            Kedua, mendorong buruh untuk bekerja keras, motivasinya terutama takut kehilangan pekerjaan atau di-PHK.

            Ketiga, akan muncul banyak inovasi untuk menciptakan produk-produk baru dan ini akan merangsang perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

            Keempat, investasi asing akan tertarik datang untuk mencari peluang-peluang baru sekaligus menciptakan lapangan kerja baru.

            Kelima, ukuran, struktur, dan biaya birokrasi negara akan berkurang karena banyak aktivitas pelayanan publik diambil alih oleh perusahaan swasta.

            Keenam, kekuatan produksi atau setidaknya aktivitas orang untuk menghasilkan uang, baik di dalam maupun di luar negeri, akan mengalami perkembangan pesat.

            Ketujuh, banyak orang ingin cepat memperoleh keterampilan teknis dan sosial serta pengetahuan yang dibutuhkan oleh ekonomi pasar.

            Kedelapan, berbagai barang konsumsi dapat tersedia dengan mudah, terutama untuk mereka yang memiliki uang dan ingin membelinya.

            Kesembilan, semua orang menyibukan diri mencoba dapat menjual sesuatu kepada orang lain.

            Demikian penjelasan singkat perbedaan dan persamaan antara ekonomi pasar dan kapitalisme. Meskipun kedua hal ini berbeda, tetapi kerap sering dianggap sama. Meskipun demikian, dalam situasi dunia sekarang ini, baik ekonomi pasar maupun kapitalisme sedang berada di atas angin dan dianggap mampu menyelesaikan berbagai permasalahan ekonomi dunia. Meskipun ideologinya bukan liberal, sistem ekonomi pasar tetap digunakan dan hal-hal yang baik dari kapitalisme pun digunakan.

            Sampurasun.


Sumber:

Bakry, Umar Suryadi, 2019, Ekonomi Politik Internasional: Suatu Pengantar, Cetakan I, Januari 2019, Pustaka Pelajar: Yogyakarta

Hatta, Ahmad, 2009, Tafsir Quran per Kata Dilengkapi dengan Asbabun Nuzul & Terjemah, Cetakan Keempat, Maghfirah Pustaka: Jakarta

S., Alam, 2016, Ekonomi: Kelompok Peminatan Ilmu Pengetahuan Sosial untuk SMA/MA Kelas X Kurikulum 2013, Penerbit Erlangga: Jakarta

Friday, 8 May 2020

Terdampak Terdampar


oleh Tom Finaldin

Bandung, Putera Sang Surya
Terdampak akibat Covid-19 berarti terkena pengaruh negatif Covid-19. Biasanya, mereka yang disebut terdampak itu mengalami serangan kesehatan dan atau ekonomi. Kesehatannya memburuk, ekonominya melemah. Kalau terdampar, berarti terjebak di sebuah pulau, kehilangan arah, tidak maju dan tidak juga kembali. Terkait Covid-19, mereka yang terdampar adalah tidak bisa ke mana-mana di sebuah wilayah dan tidak juga bisa pulang.

            Begitu kira-kira.

            Mau diributin kata terdampak dan terdampar seperti ngeributin mudik dan pulang kampung?

            Terserah.

            Beberapa hari yang lalu, saya dengar ada mahasiswa saya di Fisip, Unfari, terdampar di Bandung. Mereka tidak bisa mudik ke kampungnya di Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Papua. Lumayan kaget juga mendengarnya. Kalau terdampar, jelas terdampak juga secara ekonomi. Langsung saja dalam pikiran saya saat itu pengen tahu jumlahnya ada berapa orang, kost di mana saja mereka, dari pulau mana saja mereka.

            Memang yang terdengar itu baru dari NTT dan Papua. Saya juga pengen tahu apakah yang dari Nias, Lampung, Bali, bahkan Thailand dan Timor Leste juga sama-sama terdampak dan terdampar?

            Mudah-mudahan tidak banyak yang terdampak dan terdampar itu. Mudah-mudahan yang lain baik-baik saja dan dapat mengatasi kesulitannya dengan baik.

            Untuk merespon berita tersebut, segera saja saya, selaku Ketua Program Studi Hubungan Internasional; Henike, selaku Sekretaris Prodi HI; Caesar selaku Ketua Program Studi Administrasi Negara; Iin, selaku Sekprodi AN; Dina, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Al Ghifari, membentuk “Posko Fisip Peduli Covid-19”. Posko itu terutama diperuntukkan untuk membantu para mahasiswa Fisip Unfari yang terdampar itu. Jika mendapatkan respon yang baik dan dapat menangani berbagai kesulitan yang menimpa mahasiswa, posko ini akan diperluas untuk juga membantu mahasiswa dari fakultas lain, bahkan bekerja sama dengan universitas lain.

            Saya sendiri segera menghubungi salah seorang dosen yang juga dipercaya sebagai anggota gugus tugas penanganan Covid-19 di Jawa Barat ini. Setahu saya, mereka yang bukan warga Jabar pun mendapatkan jatah untuk dibantu dalam masa PSBB ini. Setelah dicek memang ada dana untuk itu, tetapi data yang masuk dengan menggunakan formulir data non-DTKS numpuknya bukan main di Pikobar. Perlu proses yang cukup memakan waktu. Meskipun demikian, teman saya itu akan berupaya untuk mendapatkan celah untuk membantu para mahasiswa yang juga anak-anak didiknya.

            Posko Fisip Peduli Covid-19, malah lebih efektif dan cepat karena menggunakan azas kemanusiaan, kekeluargaan, dan gotong royong, tidak memerlukan data yang terlalu rumit dan kadang bikin ribut itu. Posko itu mendapatkan dana dari para dosen Universitas Al-Ghifari, para alumni, dan siapa saja yang tertarik untuk memberikan bantuan. Siapa pun boleh membantu, tidak terbatas dan tidak terhalang oleh perbedaan ras, suku bangsa, adat, dan agama. Meskipun nama universitas menggunakan nama salah seorang Sahabat Nabi Muhammad saw, “Abudzar Al-Ghifari”, banyak mahasiswa nonmuslim yang belajar di Al-Ghifari dan tidak berbeda dengan mahasiswa muslim lainnya. Mereka semua “anak-anak kami”, keluarga kami.         

            Mari kita sama-sama bergandeng tangan, saling bantu, saling mengasihi, kita sama-sama manusia yang sedang dilanda kesulitan. Gotong royong dan saling mencintai adalah kekuatan besar yang dapat mempersatukan energi kita dalam menghadapi masa-masa sulit pandemi Covid-19 ini.





            Bagi yang mau menjadi mahasiswa Universitas Al-Ghifari, klik http://pmb.unfari.ac.id

            Sampurasun

Sunday, 3 May 2020

Bebenah buat Hari Baru


oleh Tom Finaldin

Bandung, Putera Sang Surya
Pada masa pandemi Covid-19, hampir semua tempat di seluruh dunia melakukan “physical distancing”, ‘penjauhan jarak fisik’, dan memberlakukan “work from home”, ‘bekerja dari rumah’. Hal itu dilakukan untuk memutus mata rantai penyebaran virus corona yang ditularkan antarmanusia. Pada masa seperti ini bagi mereka yang sudah terbiasa bekerja dari rumah, tidak terlalu kesulitan. Akan tetapi, bagi mereka yang tidak terbiasa, akan sangat terasa kesulitan-kesulitan untuk melakukannya. Meskipun demikian, situasi seperti ini memaksa kita untuk kreatif dan membuat banyak pilihan agar tetap produktif.

            Salah satu contoh tetap produktif dalam situasi Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) ini adalah Madrasah Aliyah (MA) Mawaddi yang terletak di Jln. Sindangpanon No. 4, Desa Kamasan, Kecamatan Banjaran, Kabupaten Bandung. Meskipun proses belajar mengajar tidak dilakukan di lingkungan sekolah yang jelas membuat sepi kelas-kelas belajar, MA Mawaddi menggunakan kesempatan itu untuk bebenah diri dengan menambah beberapa ruangan, melengkapi fasilitas fisik sekolah, dan merapikan bangunan. Hal itu dilakukan agar ketika hari baru tiba dalam arti terbebas dari pandemi Covid-19, suasana di lingkungan sekolah pun akan terasa baru karena diperbarui secara bertahap.




            Bagi para siswa dan para guru yang sudah sangat merindukan suasana belajar mengajar dengan normal, suasana baru dapat meningkatkan semangat belajar baru. Selain itu, para siswa baru akan lebih nyaman untuk belajar.

            Bagi yang berminat untuk meneruskan belajar di MA Mawaddi dapat datang langsung ke lokasi atau melalui kontak-kontak Hp yang sudah disediakan.



            Sampurasun