oleh
Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
Menteri Keuangan Republik
Indonesia Sri Mulyani pernah mengatakan bahwa dua hal yang menghambat kemajuan
Indonesia adalah “korupsi” dan “pendidikan yang buruk”. Saya setuju
itu. Bahkan, saya lebih suka mengatakannya bukan dua hal yang menghambat kemajuan
Indonesia, melainkan “dua musuh negara”.
Hal itu disebabkan jika menganggapnya musuh, kita akan melawannya dan
menghancurkannya mati-matian.
Korupsi jelas merupakan tindakan “corrupt”, ‘busuk’, yang pasti membuat busuk dan rusak tempat terjadinya
tindakan korupsi. Jika korupsi terjadi dalam keluarga, keluarga itu akan busuk.
Jika terjadi, di perusahaan, perusahaan itu bakal busuk. Jika terjadi di tempat
ibadat, tempat ibadat itu akan busuk. Jika terjadi di lembaga pendidikan,
pendidikannya akan busuk. Jika terjadi di masyarakat atau negara, masyarakat
dan negara itu akan busuk. Korupsi bisa terjadi di mana saja. Oleh sebab itu, harus
diperangi dan dihentikan. Semakin kecil tindakan korupsi di suatu tempat,
semakin besar tingkat kemajuan tempat itu. Sebaliknya, jika semakin besar
tingkat korupsinya, tempat itu akan sulit maju, bahkan menjadi busuk dan rusak.
Pendidikan yang buruk pun jelas membuat suatu negara atau
suatu masyarakat sulit maju. Kalaulah kita menggunakan ukuran masyarakat
umum/awam tentang keberhasilan pendidikan, yaitu meningkatnya penghasilan dan
kekayaan berupa materi, kita, Indonesia, masih sangat buruk. Pendapatan per
kapita kita hanya satu tingkat lebih tinggi dibandingkan India dan masih jauh
lebih rendah dibandingkan tetangga-tetangga kita, semisal, Thailand, Malaysia,
bahkan Singapura.
Apalagi jika diukur dengan peningkatan hasil ilmu
pengetahuan berupa barang-barang baru yang dihasilkan, seperti kendaraan darat,
laut, dan udara, serta berupa ilmu-ilmu
baru yang berkembang, baik ilmu sosial maupun ilmu pasti, Indonesia masih
berada di belakang negara-negara lain. Kita harus mengakui itu.
Buruknya
pendidikan itu disebabkan oleh buruknya berbagai hal. Misalnya, buruknya
kebijakan pemerintah, buruknya lembaga penyelenggara pendidikan, buruknya
kurikulum, buruknya partisipasi dan kesadaran masyarakat, buruknya para
pengajar, serta buruknya para peserta didik/siswa/mahasiswa.
Kata “buruk” memang terlalu kasar, tetapi kenyataan menunjukkan
bahwa memang banyak hal yang harus ditingkatkan di negeri kita ini, Indonesia.
Mari kita perbaiki sama-sama melangkah ke depan untuk meningkatkan kualitas
pendidikan kita. Jangan dulu terlalu jauh berpikir ke tingkat dunia, berusaha
untuk menjadi yang paling maju di Asia Tenggara saja sudah sangat baik.
Sangatlah baik jika kita selalu memperingati dan
mengucapkan “selamat” pada setiap 2 Mei sebagai hari pendidikan nasional. Akan
tetapi, adalah lebih baik jika kita menyadari kekurangan diri kita agar menjadi
cambuk atau pemicu untuk berperan serta dalam meningkatkan kualitas pendidikan
di Indonesia.
Yuk mari sama-sama tingkatkan kualitas diri kita di
Universitas Al-Ghifari. Kita bisa bersama belajar, berdiskusi, dan berdebat untuk
kebaikan bersama. Klik http://pmb.unfari.ac.id
Sampurasun
No comments:
Post a Comment