Saturday, 2 May 2020

Musuh Negara


oleh Tom Finaldin


Bandung, Putera Sang Surya
Menteri Keuangan Republik Indonesia Sri Mulyani pernah mengatakan bahwa dua hal yang menghambat kemajuan Indonesia adalah “korupsi” dan “pendidikan yang buruk”. Saya setuju itu. Bahkan, saya lebih suka mengatakannya bukan dua hal yang menghambat kemajuan Indonesia, melainkan “dua musuh negara”. Hal itu disebabkan jika menganggapnya musuh, kita akan melawannya dan menghancurkannya mati-matian.

            Korupsi jelas merupakan tindakan “corrupt”, ‘busuk’, yang pasti membuat busuk dan rusak tempat terjadinya tindakan korupsi. Jika korupsi terjadi dalam keluarga, keluarga itu akan busuk. Jika terjadi, di perusahaan, perusahaan itu bakal busuk. Jika terjadi di tempat ibadat, tempat ibadat itu akan busuk. Jika terjadi di lembaga pendidikan, pendidikannya akan busuk. Jika terjadi di masyarakat atau negara, masyarakat dan negara itu akan busuk. Korupsi bisa terjadi di mana saja. Oleh sebab itu, harus diperangi dan dihentikan. Semakin kecil tindakan korupsi di suatu tempat, semakin besar tingkat kemajuan tempat itu. Sebaliknya, jika semakin besar tingkat korupsinya, tempat itu akan sulit maju, bahkan menjadi busuk dan rusak.

            Pendidikan yang buruk pun jelas membuat suatu negara atau suatu masyarakat sulit maju. Kalaulah kita menggunakan ukuran masyarakat umum/awam tentang keberhasilan pendidikan, yaitu meningkatnya penghasilan dan kekayaan berupa materi, kita, Indonesia, masih sangat buruk. Pendapatan per kapita kita hanya satu tingkat lebih tinggi dibandingkan India dan masih jauh lebih rendah dibandingkan tetangga-tetangga kita, semisal, Thailand, Malaysia, bahkan Singapura.

            Apalagi jika diukur dengan peningkatan hasil ilmu pengetahuan berupa barang-barang baru yang dihasilkan, seperti kendaraan darat, laut, dan udara,  serta berupa ilmu-ilmu baru yang berkembang, baik ilmu sosial maupun ilmu pasti, Indonesia masih berada di belakang negara-negara lain. Kita harus mengakui itu.

             Buruknya pendidikan itu disebabkan oleh buruknya berbagai hal. Misalnya, buruknya kebijakan pemerintah, buruknya lembaga penyelenggara pendidikan, buruknya kurikulum, buruknya partisipasi dan kesadaran masyarakat, buruknya para pengajar, serta buruknya para peserta didik/siswa/mahasiswa.

            Kata “buruk” memang terlalu kasar, tetapi kenyataan menunjukkan bahwa memang banyak hal yang harus ditingkatkan di negeri kita ini, Indonesia. Mari kita perbaiki sama-sama melangkah ke depan untuk meningkatkan kualitas pendidikan kita. Jangan dulu terlalu jauh berpikir ke tingkat dunia, berusaha untuk menjadi yang paling maju di Asia Tenggara saja sudah sangat baik.

            Sangatlah baik jika kita selalu memperingati dan mengucapkan “selamat” pada setiap 2 Mei sebagai hari pendidikan nasional. Akan tetapi, adalah lebih baik jika kita menyadari kekurangan diri kita agar menjadi cambuk atau pemicu untuk berperan serta dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.

            Yuk mari sama-sama tingkatkan kualitas diri kita di Universitas Al-Ghifari. Kita bisa bersama belajar, berdiskusi, dan berdebat untuk kebaikan bersama. Klik http://pmb.unfari.ac.id




            Sampurasun

No comments:

Post a Comment