oleh Tom Finaldin
Bandung, Putera Sang Surya
Natalius
Pigai eks komisioner Komnas Ham ini menjadi bahan perhatian banyak orang karena
cuitannya di twitter yang dianggap rasis dalam @NataliusPigai2. Banyak sekali
yang marah, menyayangkan, kesal, menyalahkan, bahkan melaporkannya kepada
polisi karena dianggap rasis.
Begini cuitan Si Pigai yang saya
dapatkan dari detikcom tanpa saya kurangi atau tambahi, termasuk titik komanya,
"Jgn percaya org Jawa Tengah Jokowi
& Ganjar. Mrk merampok kekayaan kita, mereka bunuh rakyat papua, injak2
harga diri bangsa Papua dgn kata2 rendahan Rasis, monyet & sampah. Kami
bukan rendahan. kita lawan ketidakadilan sampai titik darah penghabisan. Sy
Penentang Ketidakadilan)."
Coba pembaca baca sendiri dan
renungkan kalimat itu, kemudian beri kesimpulan sendiri.
Setelah diserang sana-sini, bahkan
dilaporkan ke polisi, Pigai berkilah bahwa dia tidak rasis, tidak menghina suku
Jawa, hanya mengatakan Provinsi Jawa Tengah. Dia hanya mengkritik Jokowi dan
Ganjar.
|
Natalius Pigai (Foto: Suara.com) |
Lalu, buat apa dia mengatakan Jawa
Tengah? Apa maksudnya?
Padahal, kan bisa dia tulis “Jgn
percaya Jokowi & Ganjar”. Selesai tidak akan ada tuduhan rasis.
Lalu, kritikan apa yang dia buat?
Dia sedang mengkritik apa dalam tulisan itu?
Tidak ada kritikan di sana, kecuali
kebencian dan provokasi.
Dia bilang Jawa Tengah dan Jokowi
dalam tulisannya adalah frasa, tidak ada koma, artinya tidak menghina suku
Jawa. Gayanya seperti ahli bahasa, padahal tulisan dia sendiri berantakan:
banyak kata yang dia singkat tidak sesuai aturan yang benar, huruf kapital yang
sembarangan, dan tanda baca yang juga ngaco. Lihat saja sendiri.
Belum lagi dia juga harus
membuktikan bahwa Jokowi dan Ganjar telah merampok kekayaan Papua, membunuh
rakyat Papua, dan menginjak-injak harga diri bangsa Papua. Dia harus
membuktikan dengan jelas. Kalau tidak, dia sedang membuat fitnah, hoax, dan
ujaran kebencian. Kalau tidak bisa membuktikan, dia telah memproduksi
kedustaan.
Dia membela diri bahwa dia sedang
mengingatkan Ganjar agar jangan seperti Jokowi.
Masa mengingatkan Ganjar Pranowo
kalimatnya seperti itu?
Yang benar aja. Yang jelas dalam
kalimat itu, dia sedang memprovokasi orang untuk tidak percaya terhadap Ganjar.
Memang lucu jika melihat kalimat
itu. Ganjar Pranowo adalah Gubernur Jawa Tengah dan mengurus Provinsi Jawa
Tengah.
Kapan dia menyakiti rakyat Papua?
Terus, siapa yang mengatakan rakyat
Papua adalah monyet dan sampah?
Dalam cuitan Pigai hanya ada tiga
pihak, yaitu Jawa Tengah, Jokowi, Ganjar.
Siapa dari ketiganya yang rasis itu?
Apakah mereka semuanya? Harus Jelas.
Perhatikan potongan cuitan dia.
“Mrk
merampok kekayaan kita, mereka bunuh rakyat papua, injak2 harga diri bangsa
Papua dgn kata2 rendahan Rasis, monyet & sampah”.
Makin lucu ketika Pigai mengalihkan
masalah dengan menyalahkan ada perempuan Papua yang memprovokasi tuduhan rasis
kepada dirinya. Ah, pokoknya mah ngaco.
Orang lain banyak yang marah, tetapi
saya mah pengen tertawa, lucu soalnya. Saya melihatnya seperti ini. Pigai
membuat cuitan itu pada Sabtu, 2 Oktober
2021. Sebelum hari itu, Ganjar Pranowo datang ke Papua. Niatnya untuk
memberikan semangat kepada para atlet Jawa Tengah yang bertanding di Papua
dalam PON ke-20. Akan tetapi, baru sampai di Bandara Sentani saja, rakyat Papua
sudah memburunya, mereka menyambutnya dengan tarian dan berlomba untuk berfoto
bersama. Ganjar diajak menari tarian Papua, senang sekali mereka.
Dalam videonya, terdengar ada orang
Papua yang berteriak, “Itu calon presiden Indonesia!”
Di samping itu, Ganjar disuguhi
hidangan masakan Papua.
Ganjar bilang, “Makanan Papua enak.”
Nah, itulah yang saya kira membuat
Natalius Pigai besoknya bikin cuitan seperti itu. Sepertinya dia iri, cembokur,
cemburu terhadap Ganjar yang diperlakukan rakyat Papua dengan istimewa.
Sementara itu, kita belum pernah melihat Pigai disambut seperti Ganjar, padahal
dia orang Papua. Ganjar adalah orang Jawa Tengah. Soal Jokowi, sudah tidak
perlu dibicarakan karena setiap Jokowi ke Papua, meriahnya luar biasa. Orang
bisa histeris dan berdesakkan menghampiri Jokowi.
Di Papua memang Ganjar Pranowo sudah
dikenal sebagai calon presiden. Jadi, wajar dong kalau mereka berbaik-baik
kepada Ganjar karena berharap mereka benar-benar bisa setara dengan
saudara-saudaranya di seluruh Indonesia, bahkan mampu lebih baik jika Ganjar
terpilih menjadi presiden pasca-Jokowi.
Bagi saya, cuitan Natalius Pigai
nilainya sama dengan “sampah” karena
berbahaya, berpotensi memecah belah bangsa dan membangkitkan kebencian,
terutama terhadap rakyat Papua. Negeri ini selalu bersusah payah untuk
mewujudkan persatuan dan kesatuan, berupaya keluar dari beragam kesulitan,
berharap semua sadar untuk bergotong royong, saling bahu untuk kebaikan
bersama. Provokasi untuk menimbulkan kebencian sungguh berbahaya dan merugikan
kita semua. Saya sendiri punya banyak murid asal Papua. Saya tidak pernah
membedakan mereka dengan murid yang lain. Saya tidak peduli asal murid saya
bersuku apa dan beragama apa. Saya hanya punya kewajiban untuk membuat mereka
lebih baik pada masa depan dari mana pun mereka berasal.
Saat ini rakyat Papua sedang
bergembira, bersenang-senang dengan saudara-saudaranya dari suku-suku lain di
seluruh Indonesia. Papua sedang menjadi pusat perayaan olah raga nasional, PON
XX. Soal menang atau kalah dalam berolah raga bukan tujuan utama. Rakyat Papua
sedang menikmati kegembiraan mereka dengan berbagai kemeriahan dan
persaudaraan. Jangan ganggu dan jangan rusakkan persaudaraan sebangsa dan
setanah air dengan provokasi yang didasarkan kebencian, kedustaan, ataupun
ketakutan terhadap kekalahan dalam pemilihan politik, baik pemilihan presiden,
gubernur, bupati, ataupun walikota.
Begitu ya, Pigai!
Orang Jawa Tengah jangan terprovokasi
oleh cuitan Pigai, tenang saja. Sebagai wilayah yang melahirkan banyak
pemimpin, harus lebih sabar dan bijaksana. Saya sendiri orang Sunda dan
berusaha untuk belajar sabar dalam setiap keadaan. Rakyat Papua adalah saudara
kita.
Biarkan Si Pigai yang dituding rasis itu
mempertanggungjawabkan perilakunya di depan hukum jika polisi memprosesnya.
Kalaupun polisi tidak memprosesnya, dia akan jatuh sendiri karena kelakuannya
seperti orang lain yang sudah pada jatuh itu.
Sampurasun.