oleh
Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
Alkisah. Antara pagi dan
siang saya membersihkan kebun dari rumput-rumput liar. Seperti biasa, saya
menggunakan cangkul besar, cangkul kecil, dan alat-alat lainnya. Akan tetapi,
ada yang tidak bisa dibersihkan dengan menggunakan alat-alat itu. Pada spot-spot
tertentu, saya menggunakan tangan secara langsung. Karena saya tidak
menggunakan kaus tangan, secara tidak sengaja saya mencabut rumput yang besar
dan tajam. Akibatnya, jari manis kanan saya sobek dan berdarah.
Segera saja saya ke toko obat untuk membeli betadine,
perban, dan plester dengan tangan yang masih berdarah. Ketika hendak membayar
obat, pelayan toko itu melihat saya kesulitan mengambil uang dari saku karena
harus menggunakan tangan kiri akibat tangan kanan saya masih berdarah. Gadis pelayan
toko itu melihatnya.
“Itu tangannya kenapa, Pak?”
“Tadi mencabut rumput, eh rumputnya tajam. Jadinya jari
saya sobek.”
“Sini Pak, biar saya perbanin.”
Gadis itu pun segera membersihkan luka di tangan saya,
lalu menutupnya dengan perban yang sudah saya beli dan menguatkannya dengan
plester.”
Ketika dia mengobati saya, datang beberapa konsumen toko
obat itu untuk membeli obat tentunya.
Saya bilang sama gadis itu, “Itu ada yang beli, sebaiknya
dilayani dulu.”
“Biarin, Pak. Nanti juga ada teman saya yang melayaninya,”
katanya sambil terus mengobati tangan saya hingga selesai.
Benar saja memang ada tiga pelayan toko yang melayani
para konsumen itu.
Saya tulis kisah ini karena inilah yang disebut “nilai tambah”. Gadis itu, pelayan toko
itu, telah memberikan nilai tambah bagi dirinya pribadi dan bagi toko tempatnya
bekerja. Dia telah memberikan pelayanan yang lebih daripada sekedar menjual
obat. Dia telah memberikan pertolongan kepada pelanggannya, insyallah
mendapatkan pahala. Dia juga telah membuat pelanggan seperti saya ini akan
mengingat tokonya sehingga kalau memerlukan obat, tokonyalah yang pertama kali
akan diiingat, bukan tempat lain. Ini akan membuat bisnisnya terdorong lebih
maju lagi.
Hal ini sama dengan beberapa bengkel motor atau mobil
yang pernah saya datangi. Mereka memberikan nilai tambah, misalnya,
membersihkan kendaraan tanpa diminta atau membetulkan kerusakan-kerusakan kecil
secara gratis. Nilai tambah ini akan mengikat pelanggannya untuk datang lagi
dan datang lagi.
Saya juga jadi teringat ajaran seorang motivator yang
menjelaskan bahwa jika kita dibayar untuk 10 pekerjaan, tetapi kita memberikan
11 pekerjaan, kita akan diingat terus oleh klien kita sehingga orang akan
selalu menggunakan jasa kita. Demikian pula jika kita berkantor pukul 08.00
pagi dan pulang pukul 15.00, tetapi kita datang pukul 07.00 pagi dan pulang
pukul 16.00, kelebihan jam itu merupakan nilai tambah kita dan akan sangat
menguntungkan kita pada masa depan. Hal yang sama pun bisa dilakukan para bos,
para pemimpin. Jika biasanya memberikan upah dalam satu hari Rp100 ribu, tetapi
jika ditambah makan siang dan ongkos pulang, itu akan menjadi nilai tambah yang
akan membuat pekerjanya atau karyawannya menjadi lebih terikat dan memberikan
rasa hormat lebih tinggi untuk lebih baik bekerja.
Pada dasarnya bekerja itu adalah melayani sehingga jika
kita melayani dengan nilai tambah, suatu saat akan akan ada nilai tambah bagi
kita yang menguntungkan kita. Begitulah yang diajarkan Sang Motivator.
Di dalam ajaran Islam pun demikian. Allah swt sangat
mencintai orang-orang yang melakukan ibadat-ibadat wajib. Kecintaan Allah swt
akan bertambah-tambah jika kita pun melakukan ibadat-ibadat yang sunat.
Sampurasun.
No comments:
Post a Comment