Wednesday, 28 September 2022

Rocky Gerung Ternyata Idola Keluarga Jokowi

 

oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

Boleh dibilang bahwa Rocky Gerung adalah manusia nomor satu pembenci Presiden RI Jokowi. Dia bilang Jokowi Dungu, nggak punya kemampuan diplomasi, cuma cari sensasi, dan lain sebagainya. Sejauh ingatan saya, Jokowi dan keluarganya tidak pernah membalasnya, biasa saja, tetap tenang, dan bekerja.

            Seperti saya bilang pada tulisan lalu, Rocky Gerung sudah kehilangan perhatian dari orang-orang cerdas dan para pendukungnya tidak berarti apa-apa baginya. Oleh sebab itu, dia berpose setengah telanjang dan pamer dada dengan puting susunya yang sudah berusia 63 tahun itu. Dia ingin diperhatikan lagi oleh orang-orang cerdas dan ingin menikmati perdebatan serta makian-makian yang diarahkan kepada dirinya. Di samping itu, dia mulai cari cara lain untuk mendapatkan perhatian, yaitu mengundang Luhut Binsar Pandjaitan (LBP) dan Gibran Rakabuming Raka ke podcast miliknya.

            LBP pun mendatanginya. Perbincangan mereka sekitar 47 menit dan saya menonton semuanya. Obrolan mereka sangat menarik, mencerdaskan, penuh informasi dan pengetahuan. Tak ada kata kasar ataupun jorok. Mereka berbincang berdasarkan data dan fakta. Acara di podcast Rocky itu berlangsung santai dan mudah sekali dipahami. Foto LBP di acara podcast Rocky saya dapatkan dari Detikcom.


Luhut dan Rocky (Foto: Detikcom)


            Demikian pula Walikota Solo Gibran yang juga anak sulung Jokowi memenuhi undangan Rocky. Akan tetapi, perbincangan mereka berlangsung tertutup tidak disiarkan untuk umum. Gibran mengatakan bahwa dirinya sowan ke Rocky Gerung untuk berguru.

            Dia bilang seperti ini, “Om Rocky adalah idola saya. Dia orang pintar dan jenius.”  

            Foto Gibran dan Rocky Gerung saya dapatkan dari detikNews.


Rocky dan Gibran (Foto: detikNews)


            Rocky pun menjelaskan hal yang mirip bahwa Gibran ingin menganggapnya guru, tetapi dengan satu syarat, yaitu Gibran harus mengikuti jadwal kesibukan Rocky. Selain itu, Rocky pun mengatakan bahwa Gibran meminta masukan untuk membangun Kota Solo yang dipimpinnya.

            Karena acara itu tertutup, Gibran membuat sayembara, yaitu siapa saja yang dapat menebak isi obrolannya dengan Rocky Gerung, untuk sepuluh jawaban terlucu akan dikasih hadiah Sneakers AeroXGibran, sepatu yang diproduksi perusahaannya.

Rocky pun mengakui bahwa Gibran adalah pemuda yang cerdas dan mampu menemukan momen yang tepat untuk memanfaatkan dirinya. Secara politik, Gibran menang banyak, yaitu mendapatkan simpati yang lebih luas lagi.

Bagaimana tidak akan mendapatkan simpati masyarakat?

Jokowi, bapaknya, yang didungu-dungu, direndahkan, dan dihina Rocky, Gibran tetap santun dan ingin berguru kepada penghina bapaknya. Ini luar biasa, perlu hati yang luas, lapang, dan sejuk untuk mampu bersikap seperti itu. Adiknya pun, Kaesang Pangarep, tidak pernah balik menghina Rocky.

Secara ekonomi, Gibran pun menang banyak. Ia cepat mempromosikan sepatu produknya dengan memanfaatkan obrolan tertutup dengan Rocky.

Jika ternyata Kota Solo maju pesat, paling Gibran akan bilang bahwa itu adalah hasil masukan dan binaan Rocky Gerung. Tak sulit bagi Gibran untuk mengatakan hal seperti itu.

Kalau kita lihat komentar netizen, ya rupa-rupa.

Ada yang bilang, “Sekarang, siapa yang dungu sebenarnya?”

Ada juga yang bilang, “Kalau masih bisa dimanfaatkan Gibran, berarti Rocky itu adalah dungu.”

Ada juga yang berkomentar, “Mas Gibran hebat, hasil didikan keluarga yang hebat.”

Pokoknya rupa-rupa deh komentarnya.

Kalau saya, jadi teringat sebuah pesan, “Rendahkanlah dirimu serendah-rendahnya sehingga orang lain tak mampu lagi merendahkanmu.”

Sampurasun.

Sunday, 18 September 2022

Dungu!

 



oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

Masih ingat Rocky Gerung?

            Dia terkenal dengan kata “dungu” dan suka sekali mendungu-dungukan orang sampai Presiden pun dia sebut dungu. Dia punya andil mempengaruhi orang-orang berbicara kasar, belum lagi orang-orang semacam dia yang juga mudah memaki-maki dan berkata kasar serta kotor. Orang-orang lain pun jadi terpancing berbicara kasar. Saya juga kadang terpancing berbicara atau menulis kata kasar agar orang-orang semacam mereka pun merasakan bagaimana jika dikasari oleh orang lain. Akibatnya, tak heran jadi semakin kasar dan semakin kotor kita berbicara. Setiap hari kita membaca atau mendengar komentar-komentar kotor tidak berpengetahuan. Bahkan, orang-orang cerdas seperti profesor, akademisi, ustadz ikut-ikutan berbicara kasar. Banyak yang mengatakan Si Gila Rocky Gerung, Manusia Sinting, dan lain sebagainya. Padahal, kita adalah bangsa yang lembut dan diajari sopan santun sejak dahulu kala, termasuk menyelesaikan masalah secara kekeluargaan, tidak tegang-tegangan.

            Kalau saya lihat Rocky, sejak lama pikiran dia itu acak-acakan. Tak ada manfaatnya.

            Coba ilmu apa yang telah kita ingat dari dia? Karya apa yang bermanfaat bagi bangsa ini? Ada? Sebutkan!

            Dulu dia banyak diperhatikan karena orang-orang cerdas berusaha meluruskan pikiran dia di samping agar orang-orang umum tidak terpengaruhi pikiran kalang kabutnya dia.

            Bagaimana tidak kalang kabut, ketika Sukmawati pindah agama dari Islam ke Hindu, yang disalahkan adalah Jokowi?

            Kini dia sudah tidak lagi banyak diperhatikan. Orang-orang cerdas sudah lelah mengomentarinya. Sementara itu, pendukungnya tetap banyak. Tampaknya Rocky pun merasakannya. Baginya, mungkin pendukungnya itu tidak memuaskan hatinya karena orang-orang itu hanya juru keprok yang selalu mengiyakan dan memujanya tanpa memberikan nilai tambah. Seharusnya, dia senang ketika tak ada lagi yang mendebatnya dan semakin bebas bicara memuaskan pendukungnya. Akan tetapi, sesungguhnya yang memuaskan dia adalah ketika orang-orang pintar mendebatnya seperti yang dikatakan Haris Azhar, pengacaranya. Haris mengatakan bahwa Rocky sangat menikmati perdebatan dan makian-makian orang-orang. Jadi, ketika orang-orang pintar itu tidak lagi mempedulikannya, dia merasa kehilangan. Adapun pendukungnya, tampaknya tidak membuatnya hidup senang.

            Karena orang-orang cerdas sudah tidak begitu peduli, dia cari cara untuk kembali mendapatkan perhatian. Karena pikirannya sudah tidak lagi jadi bahan perbincangan, dia pun bikin aksi telanjang dada sambil menantang Suwardi, Juara Kelas Terbang Tarung Bebas Mix Martial Art Pride One FC. Aksinya itu jelas cuma lucu-lucuan buat cari perhatian saja. Foto Rocky saya dapatkan dari Kata Logika. Memang berhasil, dia kembali dapat perhatian, tetapi hanya aksinya itu. Pendapatnya tak lagi didengar dan tak lagi diperdebatkan, paling pendukungnya saja yang cuma kasih tepukan dan pujian. Orang-orang pintar tak lagi peduli. Rocky dan pendukungnya dibiarkan berpendapat dan berbicara sekehendaknya, istilah kate ‘sakarepmu’, tidak ada pengaruhnya juga.


Si Rocky (Foto: Kata Logika)

      

      Aksinya itu mendapat perhatian Sang Juara Suwardi yang membalas tantangan Rocky dengan mengatakan bahwa dirinya akan melawan Rocky, tetapi mau ngarit dulu, cari rumput dulu. Sudah saja, hilang lagi perhatian orang-orang kepadanya.

            Ya sudahlah, saya hanya ingin menyampaikan kalau memang ada manfaatnya, dengarkan Rocky. Kalau tidak, abaikan saja. Kalau kasar, jangan diikuti. Siapa pun kalau bercara kasar, termasuk saya, jangan diikuti karena akan berpengaruh buruk.

            Kasihan Rocky, lucu juga sih.

            Sampurasun.

Saturday, 17 September 2022

Triangulasi

 


oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

Triangulasi secara sederhana adalah suatu teknik untuk mendapatkan pemahaman yang lebih luas dengan cara menyerap informasi dari berbagai sumber dan dari bermacam-macam pendapat. Tujuan dari teknik ini adalah agar kita mendapatkan kebenaran setelah mengkonfrontir berbagai informasi dan pendapat yang ada tentang suatu kasus. Dengan teknik ini, kita tidak hanya mendapatkan informasi dari satu arah atau satu sumber yang tentu saja bisa sangat menyesatkan yang akibatnya salah mengambil simpulan dan salah bertindak yang bisa merugikan orang lain dan diri sendiri.

            Contohnya, ketika mendapatkan suatu kasus pertengkaran antara suami istri, kita bisa disesatkan jika hanya mendapatkan informasi dari satu pihak. Jika kita tanya istrinya tentang masalah yang sedang dipertengkarkan, maka Sang Suami adalah pihak yang salah dan selalu buruk, sedangkan istrinya berada pada pihak yang benar. Begitu juga sebaliknya, jika kita tanya suaminya tentang masalah mereka, maka kita akan mendapatkan bahwa istrinyalah yang selalu salah dan menjadi sumber kekacauan rumah tangga, sedangkan Sang Suami adalah pihak yang selalu benar dan selalu paling bijaksana.

            Bisa paham kan jika kita bisa disesatkan oleh istrinya atau suaminya?

            Hal itu disebabkan kita hanya mengambil informasi dari satu pihak tanpa mendengarkan pihak lainnya. Itu sangat berbahaya dan tidak adil. Untuk itulah, diperlukan metode atau teknik triangulasi. Kita harus bertanya kepada istrinya, suaminya, anak-anaknya, keluarga dan kerabatnya, tetangganya, sahabat-sahabatnya, serta pihak lain yang dianggap memahami permasalahan dengan lebih baik sehingga bisa memberikan simpulan dan saran untuk memecahkan masalah yang terjadi. Informasi-informasi dan pendapat-pendapat dari berbagai sumber itu akan memperkaya pengetahuan dan pemahaman kita sehingga memiliki wawasan lebih luas dan lebih bijak dalam bertindak. Jika kita hanya menetapkan kebenaran berdasarkan satu informasi, bisa terjadi kesalahan yang fatal.

            Triangulasi kerap dilakukan oleh para peneliti yang telah memberikan sumbangan banyak terhadap ilmu pengetahuan. Di samping itu, dilakukan pula oleh para peneliti di kampus-kampus. Sesungguhnya, teknik atau metode ini pun harus dilakukan dalam keseharian hidup kita ketika mendapatkan suatu informasi atau masalah agar kita bisa menyelesaikannya dengan baik dan terhindar dari pikiran sempit yang menimbulkan kesalahan bertindak.

            Sampurasun.

Friday, 16 September 2022

Nggak Mau Hormat Bendera, Tapi Uang Rakyat Dimakan

 


  oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

Masih ada beberapa yayasan atau lembaga pendidikan yang tidak mau hormat terhadap bendera merah putih, bendera Indonesia. Alasannya, menghormat bendera adalah musyrik dan menganggu akidah Islam. Padahal, tak ada seorang pun yang menganggap bahwa bendera itu Tuhan atau menganggap bendera sebagai sesembahan. Sikap hormat bendera itu kan sebagai penghormatan kepada para pahlawan, kesetiaan terhadap persatuan dan kesatuan, pernyataan implisit untuk kukuh dalam persaudaraan, tekad untuk membangun bersama sesuai potensi masing-masing, penghargaan pada spiritual kebangsaan, dan lain sebagainya.

            Anehnya, lembaga-lembaga pendidikan atau Ormas-ormas itu meskipun tidak mau menghormati bendera, setelah diselidiki, ternyata tetap makan uang bantuan operasional sekolah (Bos), ngintip-ngintip beasiswa, dan anggaran pendidikan lainnya. Dana-dana itu kan berasal dari rakyat Indonesia dan usaha-usaha yang dilakukan pemerintah yang mayoritas sangat menghormati bendera merah putih.

            Hormat bendera tidak mau, tetapi anggaran pendidikan dan bantuan lainnya yang disalurkan para penghormat negara dimakan. Ajaib sekali pikirannya. Munafik ternyata mereka.

            Saya lebih suka dengan seseorang bernama Ali yang yakin bahwa negara ini thagut dan semua uangnya adalah berasal dari thagut, uang Iblis. Dia ke luar bekerja dari lembaga pendidikan, lalu jadi pejuang teroris. Dia pun berhadapan dengan Densus 88 dan … dor … selesailah dia, segera dimakamkan. Itu lebih bagus, lebih sportif, lebih jantan. Dia tidak menghormati negara dan mengharamkan dirinya memakan uang negara. Dia lebih baik daripada orang-orang yang tidak menghormati negara, tetapi uang negara tetap diintipnya, ditunggunya, dikejarnya, dan dimakannya. Sekalian saja ambil sikap tegas daripada munafik. Soal masuk sorga atau masuk neraka, itu urusan nanti di akhirat, Allah swt yang akan memutuskannya langsung, bukan berdasarkan sangkaan manusia seperti sekarang ini.

            Untuk menangani lembaga-lembaga pendidikan yang menyimpang ini, sikap pemerintah terlalu lembek, terlalu lemah. Dinas pendidikan maupun Kemenag lebih suka mengambil sikap dialog. Padahal, sudah ratusan kali dialog seperti itu dilakukan, tetapi mereka tidak berubah sikapnya, tetap arogan. Menurut saya, ambil tindakan tegas, sanksi administratif, dan tidak lagi dibolehkan mendapatkan anggaran pendidikan. Soal murid-muridnya, biar mereka pindah ke lembaga pendidikan yang lebih menghormati negaranya. Kalau tidak mau pindah, biarkan saja di sana tanpa mendapatkan bantuan apa pun dari pemerintah.

            Sampurasun.

Thursday, 8 September 2022

Pelajaran buat Yunus Pasau, Mahasiswa Bermulut Kotor

 


oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

Masih segar dalam ingatan kita dengan nama Yunus Pasau, Sang Jagoan Lokal Gorontalo. Saya sebut begitu karena beberapa sumber mengatakan dia memang aktivis yang kerap dimuat dalam media-media lokal terkait dengan aktivitasnya. Dia memang sepertinya aktivis spesialis berteriak menurunkan orang dari jabatannya. Netizen dan beberapa youtuber mengatakan bahwa Yunus Pasau terlibat dalam aksi demonstrasi menuntut mundur kepala desa, Kapolres, dekan di perguruan tingginya, dan menghina Jokowi dengan kata-kata “Presiden RI k*nt*l”. Bahkan, saya menemukan berita yang menyebutkan nama Yunus Pasau terlibat dalam perkelahian yang menyebabkan teman se-gank-nya tewas. Akan tetapi, saya tidak tahu apakah nama Yunus Pasau itu adalah sama orangnya dengan mahasiswa penghina presiden itu atau tidak.

            Memangnya, ada berapa orang dengan nama Yunus Pasau di Gorontalo?

            Seperti yang saya bilang bahwa netizen Indonesia itu jahat-jahat, dikulitinya dan dibongkarnya siapa pun yang mereka tidak suka. Yunus Pasau ini ternyata adalah penerima beasiswa. Jelas dia tidak memiliki rasa terima kasih kepada pemerintah yang telah memberinya beasiswa, biaya untuk kuliahnya. Dia juga anak yatim. Seharusnya, anak yatim itu berbuat lebih baik dan membangun relasi positif agar banyak yang sayang dan peduli kepadanya. Kalau bertingkah sok jago, orang menjadi muak.

            Akibat perilakunya yang meneriaki Presiden RI dengan kalimat menjijikan itu, Yunus Pasau membuat marah banyak orang. Polda Gorontalo segera mengambil tindakan. Kepolisian segera mengamankan Yunus Pasau dengan alasan untuk melindunginya dari serangan orang yang marah kepadanya. Dia bisa dibuli di Medsos ataupun di dunia nyata. Dia bisa dipersekusi atau menjadi korban tindakan main hakim sendiri di jalanan. Dia pun harus ditahan untuk keamanannya sendiri.

            Akan tetapi, penahanannya itu tidak lama. Dia segera dikeluarkan lagi oleh Kapolda Gorontalo dengan alasan dia harus menyelesaikan kuliahnya dan kepolisian tidak ingin mengganggu proses belajarnya. Dia masih muda dan masih punya kesempatan untuk memperbaiki diri.

            Tuh, bagaimana baiknya Polda Gorontalo yang punya pikiran luas ke masa depan?

            Yunus Pasau dikembalikan ke kampusnya. Akan tetapi, Rektor UNG memberinya sanksi lumayan berat, yaitu diskor atau dinonaktifkan sebagai mahasiswa selama satu semester. Itu artinya, dia akan telat lulus dibandingkan teman-temannya. Dia harus menempuh kuliah selama sembilan semester, sementara teman-temannya delapan semester. Itu artinya pula dia harus membayar sendiri kuliahnya dalam satu semester itu karena biasanya beasiswa dari pemerintah itu untuk delapan semester. Meskipun demikian, Rektor UNG masih memberikan kesempatan agar dia bisa lulus tepat waktu, yaitu harus menyusun empat karya ilmiah sebagai pengganti skorsing satu semester itu. Itu lumayan berat bagi mahasiswa. Untuk membuat satu karya ilmiah yang sesuai dengan kaidah ilmiah saja bagi beberapa mahasiswa terkadang sangat kesulitan dan membutuhkan waktu lebih dari enam bulan, lebih dari satu semester.


Rektor UNG bina Yunus Pasau (Foto: Tribun Gorontalo


            Foto Yunus Pasau ketika dibina Rektor UNG saya dapatkan dari Tribun Gorontalo.

            Meskipun demikian, semoga saja Yunus Pasau dapat melewatinya dengan baik dan menyelesaikan sanksinya dengan sempurna. Kejadian yang menimpa kepadanya harus menjadi pelajaran, baik bagi dirinya sendiri, bagi seluruh mahasiswa Indonesia, termasuk bagi lembaga pendidikan negeri maupun swasta. Kita harus menjaga diri kita dari kebodohan diri kita sendiri.

            Sampurasun.

Wednesday, 7 September 2022

Tiga Versi Harga Pertalite

 


oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

Sebetulnya, ketiga versi harga Pertalite ini sudah mengemuka sebelum diumumkan kenaikan yang sebenarnya adalah pengurangan subsidi BBM. Tadinya, tidak akan saya tulis karena sudah banyak yang membahasnya, tetapi ternyata sangat banyak orang yang juga belum paham, bahkan membuat orang lain jadi semakin tidak paham. Tulisan kecil ini hanya mencoba untuk sedikit berbagi tentang hal yang saya pahami.

            Pengurangan subsidi ini terjadi disebabkan berbagai hal. Misalnya, harga minyak mentah dunia naik serta perang Rusia dan Ukraina.

            Harga keekonomian Pertalite versi Presiden RI Jokowi adalah Rp17.100,- per liter. Harga keekonomian itu adalah harga yang muncul setelah dihitung dengan biaya produksi, gaji karyawan, biaya angkut, biaya pikul, pajak, transportasi, dsb.. Jadi, ketika kita membeli Pertalite seharga Rp7.650,- per liter, pemerintah membantu kita sebesar Rp9.450,- agar bisa mencapai harga Rp17.100.-. Kalau kita membeli lebih dari satu liter, kalikan saja jumlah liter dengan angka Rp9.450,-. Sejumlah itulah uang yang dikeluarkan pemerintah untuk membantu kita.

            Harga keekonomian versi Menteri Keuangan Sri Mulyani adalah Rp14.400,- per liter. Jadi, ketika membeli satu liter Pertalite, pemerintah membantu kita Rp6.750,-.

            Harga keekonomian menurut Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto adalah Rp13.500,-. Jadi, ketika kita membeli satu liter pertalite, pemerintah membantu kita Rp5.850,-.

            Tidak masalah soal perbedaan harga itu. Hal yang harus kita pahami adalah dari dulu kita selalu membeli Pertalite di bawah harga yang sebenarnya. Ketika uang negara masih ada, pemerintah selalu membantu kita untuk membeli Pertalite. Kini dalam kondisi dunia yang semrawut, keuangan Negara Indonesia menipis dan uangnya nggak ada lagi untuk membantu rakyatnya dengan bantuan uang sebesar Rp502,4 triliun. Tak ada satu negara pun yang mampu membantu rakyatnya sebanyak itu, kecuali Indonesia. Akan tetapi, Indonesia pun ternyata terengah-engah. Oleh sebab itu, bantuannya dikurangi sehingga masyarakat merasakannya sebagai kenaikan. Padahal, harga Pertalite Rp10.000,- seperti sekarang ini pun masih di bawah harga sebenarnya seperti yang disampaikan Jokowi, Sri Mulyani, dan Airlangga Hartarto tadi.

            Hal yang membuat Indonesia semakin sulit soal pengaturan BBM ini adalah ternyata orang-orang kaya pun membeli Pertalite yang seharusnya untuk masyarakat kecil dan kendaraan roda dua. Kalau motor kan paling tinggi juga umumnya 4 liter. Kalau kita beli Pertalite 4 liter sebelum naik, adalah Rp30.600,-, jadi pemerintah hanya membantu kita sebesar  Rp37.800,-. Berbeda dengan kendaraan roda empat atau lebih. Mereka bisa membeli 50 liter dengan harga Rp382.500,- sehingga uang negara yang harus dikeluarkan oleh pemerintah untuk pemilik mobil adalah Rp472.500,-.

            Terlihat jelas kan perbedaannya yang sangat jauh?

            Pemilik mobil jauh lebih besar menikmati bantuan pemerintah dibandingkan pemilik motor. Rp472.500,- berbanding dengan Rp37.800,-. Yang kaya makin nikmat, yang miskin tetap repot, bantuan uang dari negara tidak tepat sasaran. Maksudnya membantu yang miskin, tetapi yang menikmati adalah orang kaya.

            Saya juga tidak mengerti kenapa negara begitu kesulitan untuk mengatur jual-beli Pertalite ini. Pernah ada aturan mobil pemerintah, mobil mewah, mobil dengan CC besar, dan mobil keluaran terbaru tidak boleh beli Pertalite. Ada juga wacana aturan bahwa yang beli Pertalite harus pakai aplikasi. Itu semua tidak efektif karena ternyata mobil-mobil mewah pun tetap beli Pertalite. Seharusnya, mereka beli BBM yang tidak disubsidi agar bantuan pemerintah tepat sasaran, pemerintah tidak harus kekurangan uang, pembangunan pada bidang lain dananya cukup, rakyat pun dapat bergerak lebih lancar dan leluasa.

            Kalau saya sih ambil sederhananya, pemerintah harus bertangan besi untuk hal ini. Pemerintah harus tegas dan bikin aturan bahwa Pertalite itu hanya untuk roda dua dan Angkutan Umum. Adapun mobil pribadi, mobil dinas, keluaran tahun berapa pun diharamkan untuk membeli Pertalite dan wajib membeli BBM nonsubsidi. Kalau ada SPBU yang melanggar, izin usahanya harus dicabut dan pembelinya juga harus diberi sanksi dengan denda yang sangat besar.

            Berani?

            Bagaimana kalau begitu?

            Sampurasun.

Sunday, 4 September 2022

Ngerinya Penceramah Teroris

 

oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

Kata mereka, dia ulama. Kata saya, dia teroris.

            Kalau menyimak isi ceramahnya, ngeri-ngeri tidak sedap rasanya. Dia bilang bahwa Nahdlatul Ulama (NU) harus dihancurkan. Kalau NU hancur, Muhammadiyah akan mati dengan sendirinya. Kalau NU dan Muhammadiyah roboh, Pancasila akan kehilangan motivator dan akselerator.

            Kalimat sebegitu saja sudah mengerikan bagi saya.

Kalau Pancasila runtuh, Jawa Timur yang merupakan wilayah para kiyai, para wali, dan para guru NU dapat dikuasai hingga roboh. Kalau Jawa Timur runtuh, Pulau Jawa dapat dikuasai. Kalau Pulau Jawa sudah dikuasai, Indonesia pun menjadi sangat lemah.

Jika Indonesia dapat dikuasai, negara-negara sekitarnya akan lebih mudah dikendalikan dan seterusnya … dan seterusnya ….

Bagi saudara-saudaraku para nahdliyin dan muhammadiyin—istilah ini kalau salah, kasih tahu saya—jaga diri, jaga keyakinan, dan jaga akhlak kalian. Orang-orang seperti saya bersama kalian. Kalau kalian bisa menjaganya, Pancasila semakin kokoh. Kalau Pancasila kokoh, Jawa Timur semakin kuat, Pulau Jawa pun tetap tegak. Jika Pulau Jawa kuat, Indonesia tetap eksis dan semakin tegak. Jika Indonesia tetap tegak berdiri, negara-negara sekitarnya akan aman. Itu artinya, jika bisa menjaga diri, keyakinan, dan akhlak, kita telah menjaga 270 juta rakyat Indonesia dan ratusan juta rakyat lain yang merupakan rakyat negara tetangga kita. Jika rakyat negara tetangga kita terjaga, manusia lain pada berbagai belahan dunia ini ikut terjaga.

Bukankah dengan menjaga diri, keyakinan, dan akhlak artinya sama dengan menjaga ratusan juta bahkan mungkin miliaran manusia agar hidup aman?

Bukankah itu merupakan tindakan baik yang berpahala?

Insyaallah, dengan menjaga diri kita saja dari pikiran-pikiran jahat, kita telah menyelamatkan pula manusia lain. Kita akan kebanjiran pahala di akhirat kelak sebagai modal untuk menjadi penduduk surga. Aamiin.

Sampurasun.

Saturday, 3 September 2022

Universitas Negeri Gorontalo Harus Bersihkan Diri

 


oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

Ada yang berbeda dari Universitas Negeri Gorontalo (UNG) ini. Universitas ini terbawa-bawa disalahkan atas perilaku mahasiswanya, Yunus Pasau, yang berteriak kotor, jorok, dan menjijikan saat demonstrasi di Simpang Lima Gorontalo memprotes kenaikan harga BBM dengan meneriakkan “Presiden RI K*nt*l”. Sementara itu, perilaku mahasiswa atau dosen perguruan tinggi yang lain tidak berpengaruh apa pun pada perguruan tingginya.

            Ade Armando adalah dosen Universitas Indonesia (UI). Rocky Gerung pun dulunya adalah dosen UI yang kemudian diberhentikan. Segala hal yang dilakukan oleh kedua orang itu, baik yang dianggap buruk ataupun baik, tidak mempengaruhi lembaga pendidikan UI. Demikian pula, mahasiswanya dari Bem UI, mendapatkan banyak bulian, tetapi tidak menggoncangkan nama baik UI.

            Hal yang sama terjadi pula pada Institut Pertanian Bogor (IPB). Ketika ada profesor dari IPB yang diduga menyiapkan bahan peledak untuk aksi terorisme, tidak membuat nama baik IPB rusak. IPB baik-baik saja.

            Profesor Fahmi Basya adalah dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah. Dia mengatakan bahwa Masjidil Aqsha yang sesungguhnya adalah Candi Borobodur. Hasil penelitiannya itu tentu saja menimbulkan kegaduhan, pro-kontra. Akan tetapi, hal itu tidak membuat UIN Syarif Hidayatullah menjadi goncang, biasa saja, baik-baik saja.

            Beberapa perguruan tinggi lain pun baik-baik saja, tidak terkait dengan perilaku dosen atau mahasiswanya. Lembaga pendidikan tetap berdiri sendiri. Demikian pula dosen atau mahasiswa, berdiri sendiri, tidak terhubung.

            Perguruan-perguruan tinggi yang tetap baik-baik saja dan tetap dihormati serta tidak terkait dengan perilaku dosen dan mahasiswanya disebabkan perguruan tinggi itu terbuka terhadap ilmu pengetahuan, membebaskan pendapat, membuka semua pilihan politik, dan mencegah dirinya untuk dipengaruhi kekuatan politik tertentu. Jadi, perilaku dosen dan mahasiswanya adalah tanggung jawab dosen dan mahasiswa itu sendiri, tidak terhubung dengan perguruan tingginya. Toh, perguruan tinggi membuka semua pilihan dan kemungkinan, tidak menggiring ke arah  satu pemikiran tertentu.

            Agak berbeda dengan Universitas Negeri Gorontalo (UNG) yang dihubungkan dengan perilaku buruk mahasiswanya. Ini memang aneh. Banyak analisa dan komentar netizen terkait hal ini. Mulai dari videonya yang menampilkan Yunus Pasau.

Setelah berteriak “Presiden RI K*nt*l”, kalau tidak saya salah dengar, dia mengucapkan, “Billaahi fiisabilillaah fastabiqul khoirot, wasalaamualaikum wr. wb.”

Itu kan kalimat jorok dan menjijikan yang digabungkan dengan kalimat thoyibah. Banyak netizen menilai bahwa kata-katanya itu keluar lancar seperti bahasa sehari-hari yang artinya tidak ada rasa bersalah karena begitulah cara mereka berbicara sehari-hari tanpa ada kekakuan. Kemudian, teman-temannya tertawa-tawa sambil bertepuk tangan keras-keras seolah-olah itu adalah kalimat mulia yang punya nilai tinggi. Teman-temannya itu adalah mahasiswa juga.

Kemudian, netizen menghubungkan dengan kejadian pada 2019 ketika UNG secara resmi mengundang Rocky Gerung menjadi pembicara pada sebuah seminar. Rocky Gerung itu kan orang yang bermulut kotor dan sering mendungu-dungukan orang dengan tidak jelas dengan pikirannya yang ngaco. Sudah saya bilang bahwa netizen Indonesia itu jahat-jahat, dibongkarnya dan ditelusuri segalanya sehingga orang bisa berpikir bahwa UNG memang seperti itu kelakuannya. Oleh sebab itu, UNG terseret perilaku buruk mahasiswanya.


Rocky Gerung di UNG (Foto: Radar Gorontalo)


Foto Rocky Gerung di UNG saya dapatkan dari Radar Gorontalo.

Ketika banyak perguruan tinggi menolak Rocky Gerung, UNG malah mengundangnya. Tak heran jika orang berpikir macam-macam terhadap hal ini.

UNG adalah sebuah lembaga pendidikan yang diciptakan untuk membentuk manusia Indonesia yang cerdas dan bermanfaat. Saya yakin di UNG banyak profesor, doktor, dan ahli agama yang shaleh dan berwawasan luas melebihi saya yang orang kecil ini. UNG harus membersihkan dirinya dari pandangan-pandangan miring orang-orang. Pendapat para netizen memang belum tentu benar, tetapi harus menjadi warning bagi seluruh lembaga pendidikan untuk lebih berhati-hati mengundang orang atau tokoh berbicara di kampusnya karena jika ada masalah, pasti dikait-kaitkan meskipun sebetulnya mungkin saja tidak terkait. Di samping itu, harus lebih memperhatikan lagi soal akhlak para muridnya dan seluruh civitas akademikanya untuk dapat benar-benar mencapai tujuan pendidikan nasional Indonesia.

Sampurasun.

Teriakan Presiden Jokowi K*nt*l!

 


oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

Demonstrasi boleh, protes boleh, tetapi harus tetap cerdas dan mencerahkan. Apalagi mahasiswa yang harus menunjukkan intelektualitasnya di hadapan masyarakat banyak karena diharapkan mereka akan menggantikan posisi para orang tua yang sekarang menduduki jabatan penting di Indonesia.

            Kalau cuma bisa berkata kasar, kotor, dan menjijikkan, apa gunanya dia ngaji, sekolah, dan kuliah?

            Berteriak k*nt*l saja sudah menjijikan, viral lagi, ditulis dan tayang pada berbagai media sosial dan mainstream. Apalagi disematkan kepada Presiden Jokowi yang dipilih mayoritas rakyat Indonesia dan diharapkan lagi menjabat hingga tiga periode. Ini beneran bukan perilaku mahasiswa.

            Namanya Yunus Pasau. Dia mahasiswa Universitas Negeri Gorontalo (UNG). Ketua Hima Prodi Ilmu Komunikasi. Berasal dari Pohuwato, Sulawesi Utara. Foto Yunus Pasau saya dapatkan dari Kendalku-Pikiran Rakyat.


Yunus Pasau (Foto: Kendalku-Pikiran Rakyat)


            Dia berdemo dengan teriakan “teu nyakola” di Simpang Lima Gorontalo memprotes kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM). Dia seperti cerdas, tetapi tolol dan bodohnya bukan main.

            Saya penasaran, apakah dia mahasiswa penerima beasiswa atau bukan. Kalau dia penerima beasiswa, lebih kurang ajar benar dia. Kuliahnya dibantu uang rakyat yang disalurkan negara untuk dia, tetapi perilakunya tidak mencerminkan harapan rakyat. Rakyat berharap bahwa uangnya yang disalurkan untuk beasiswa mahasiswa adalah agar mahasiswa itu menjadi orang yang baik, bermanfaat, dan mampu memberikan manfaat bagi dirinya dan orang lain. Kalau dia mengkhianati keinginan rakyat, dia bisa termasuk koruptor.

            Kalau dia mahasiswa saya, sudah saya coret namanya dan saya usulkan ke pihak rektorat agar rektor menghentikan biaya kuliahnya yang berasal dari negara, bahkan saya usul agar dipecat saja dari statusnya sebagai mahasiswa. Pada program studi yang saya pimpin memang ada lima hal yang wajib dilaksanakan oleh mahasiswa Hubungan Internasional, Fisip, Universitas Al Ghifari, khususnya penerima beasiswa. Salah satu kewajiban dari yang lima itu adalah “menjaga etika yang baik” mulai etika kepada orangtua, teman, dosen, lembaga pendidikan, dan terhadap sesama manusia.  Jika beretika buruk, saya ajukan untuk dicabut beasiswanya sehingga negara tidak perlu lagi mengeluarkan uang untuk melanjutkan kuliahnya.

            Hal yang diteriakkan Yunus Pasau bukanlah pendapat, bukan pula kritikan, melainkan kata-kata kotor dan menjijikan yang tidak memiliki tempat untuk diperdebatkan. Kalau kritikan meskipun keras, kita bisa paham dan bisa terima. Misalnya, saya dikritik “bodoh tidak bisa bekerja”, “tolol mengurus mahasiswa”, “kuliah aja tinggi-tinggi, tetapi kerja nggak becus”, “shalat terus-terusan, tetapi korupsi”, saya sih biasa-biasa saja asal ada buktinya, saya terima dan menjadi vitamin bagi diri saya. Kalau enggak ada buktinya, itu fitnah, siap-siap saja saya masukan ke penjara.

            Kini sudah banyak yang usul agar perusahaan-perusahaan di Indonesia tidak menerima Yunus Pasau untuk bekerja di perusahaannya. Dia pun tidak perlu melamar menjadi ASN karena pemimpin negara saja sudah dihinanya dengan kata-kata menjijikan. Sekali lagi, kalau kritikan cerdas, bagus. Kalau menjijikan, jijik menyaksikannya.

            Sudah seharusnya Yunus Pasau mendapatkan sanksi dari orangtuanya, lingkungannya, guru ngajinya, dosen-dosennya, dan Rektor UNG. Kalau tidak, Mas Menteri Nadiem harus melakukan tindakan pada UNG. Kalau tidak, ini membuktikan hal yang telah dijelaskan oleh Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) bahwa radikalisme itu mendapatkan binaan dari orangtua, guru, dan Medsos. Kalau tidak ada sanksi atau tindakan terhadap Yunus Pasau, bisa jadi memang dia diajari ajaran radikal dan kotor oleh gurunya, dosennya, orangtuanya, perguruan tingginya, dan lingkungannya.

            Kita lihat nanti apa tindakan yang dikenakan terhadap Yunus Pasau mahasiswa yang memalukan ini.

            Sampurasun.