Friday 16 September 2022

Nggak Mau Hormat Bendera, Tapi Uang Rakyat Dimakan

 


  oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

Masih ada beberapa yayasan atau lembaga pendidikan yang tidak mau hormat terhadap bendera merah putih, bendera Indonesia. Alasannya, menghormat bendera adalah musyrik dan menganggu akidah Islam. Padahal, tak ada seorang pun yang menganggap bahwa bendera itu Tuhan atau menganggap bendera sebagai sesembahan. Sikap hormat bendera itu kan sebagai penghormatan kepada para pahlawan, kesetiaan terhadap persatuan dan kesatuan, pernyataan implisit untuk kukuh dalam persaudaraan, tekad untuk membangun bersama sesuai potensi masing-masing, penghargaan pada spiritual kebangsaan, dan lain sebagainya.

            Anehnya, lembaga-lembaga pendidikan atau Ormas-ormas itu meskipun tidak mau menghormati bendera, setelah diselidiki, ternyata tetap makan uang bantuan operasional sekolah (Bos), ngintip-ngintip beasiswa, dan anggaran pendidikan lainnya. Dana-dana itu kan berasal dari rakyat Indonesia dan usaha-usaha yang dilakukan pemerintah yang mayoritas sangat menghormati bendera merah putih.

            Hormat bendera tidak mau, tetapi anggaran pendidikan dan bantuan lainnya yang disalurkan para penghormat negara dimakan. Ajaib sekali pikirannya. Munafik ternyata mereka.

            Saya lebih suka dengan seseorang bernama Ali yang yakin bahwa negara ini thagut dan semua uangnya adalah berasal dari thagut, uang Iblis. Dia ke luar bekerja dari lembaga pendidikan, lalu jadi pejuang teroris. Dia pun berhadapan dengan Densus 88 dan … dor … selesailah dia, segera dimakamkan. Itu lebih bagus, lebih sportif, lebih jantan. Dia tidak menghormati negara dan mengharamkan dirinya memakan uang negara. Dia lebih baik daripada orang-orang yang tidak menghormati negara, tetapi uang negara tetap diintipnya, ditunggunya, dikejarnya, dan dimakannya. Sekalian saja ambil sikap tegas daripada munafik. Soal masuk sorga atau masuk neraka, itu urusan nanti di akhirat, Allah swt yang akan memutuskannya langsung, bukan berdasarkan sangkaan manusia seperti sekarang ini.

            Untuk menangani lembaga-lembaga pendidikan yang menyimpang ini, sikap pemerintah terlalu lembek, terlalu lemah. Dinas pendidikan maupun Kemenag lebih suka mengambil sikap dialog. Padahal, sudah ratusan kali dialog seperti itu dilakukan, tetapi mereka tidak berubah sikapnya, tetap arogan. Menurut saya, ambil tindakan tegas, sanksi administratif, dan tidak lagi dibolehkan mendapatkan anggaran pendidikan. Soal murid-muridnya, biar mereka pindah ke lembaga pendidikan yang lebih menghormati negaranya. Kalau tidak mau pindah, biarkan saja di sana tanpa mendapatkan bantuan apa pun dari pemerintah.

            Sampurasun.

No comments:

Post a Comment