oleh
Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
Ada yang berbeda dari
Universitas Negeri Gorontalo (UNG) ini. Universitas ini terbawa-bawa disalahkan
atas perilaku mahasiswanya, Yunus Pasau, yang berteriak kotor, jorok, dan
menjijikan saat demonstrasi di Simpang Lima Gorontalo memprotes kenaikan harga
BBM dengan meneriakkan “Presiden RI
K*nt*l”. Sementara itu, perilaku mahasiswa atau dosen perguruan tinggi yang
lain tidak berpengaruh apa pun pada perguruan tingginya.
Ade Armando adalah dosen Universitas Indonesia (UI). Rocky
Gerung pun dulunya adalah dosen UI yang kemudian diberhentikan. Segala hal yang
dilakukan oleh kedua orang itu, baik yang dianggap buruk ataupun baik, tidak
mempengaruhi lembaga pendidikan UI. Demikian pula, mahasiswanya dari Bem UI,
mendapatkan banyak bulian, tetapi tidak menggoncangkan nama baik UI.
Hal yang sama terjadi pula pada Institut Pertanian Bogor
(IPB). Ketika ada profesor dari IPB yang diduga menyiapkan bahan peledak untuk
aksi terorisme, tidak membuat nama baik IPB rusak. IPB baik-baik saja.
Profesor Fahmi Basya adalah dosen Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah. Dia mengatakan bahwa Masjidil Aqsha yang
sesungguhnya adalah Candi Borobodur. Hasil penelitiannya itu tentu saja menimbulkan
kegaduhan, pro-kontra. Akan tetapi, hal itu tidak membuat UIN Syarif Hidayatullah
menjadi goncang, biasa saja, baik-baik saja.
Beberapa perguruan tinggi lain pun baik-baik saja, tidak
terkait dengan perilaku dosen atau mahasiswanya. Lembaga pendidikan tetap
berdiri sendiri. Demikian pula dosen atau mahasiswa, berdiri sendiri, tidak terhubung.
Perguruan-perguruan tinggi yang tetap baik-baik saja dan
tetap dihormati serta tidak terkait dengan perilaku dosen dan mahasiswanya
disebabkan perguruan tinggi itu terbuka terhadap ilmu pengetahuan, membebaskan
pendapat, membuka semua pilihan politik, dan mencegah dirinya untuk dipengaruhi
kekuatan politik tertentu. Jadi, perilaku dosen dan mahasiswanya adalah
tanggung jawab dosen dan mahasiswa itu sendiri, tidak terhubung dengan
perguruan tingginya. Toh, perguruan tinggi membuka semua pilihan dan
kemungkinan, tidak menggiring ke arah satu
pemikiran tertentu.
Agak berbeda dengan Universitas Negeri Gorontalo (UNG)
yang dihubungkan dengan perilaku buruk mahasiswanya. Ini memang aneh. Banyak
analisa dan komentar netizen terkait hal ini. Mulai dari videonya yang
menampilkan Yunus Pasau.
Setelah
berteriak “Presiden RI K*nt*l”, kalau tidak saya salah dengar, dia mengucapkan,
“Billaahi fiisabilillaah fastabiqul
khoirot, wasalaamualaikum wr. wb.”
Itu
kan kalimat jorok dan menjijikan yang digabungkan dengan kalimat thoyibah.
Banyak netizen menilai bahwa kata-katanya itu keluar lancar seperti bahasa
sehari-hari yang artinya tidak ada rasa bersalah karena begitulah cara mereka
berbicara sehari-hari tanpa ada kekakuan. Kemudian, teman-temannya tertawa-tawa
sambil bertepuk tangan keras-keras seolah-olah itu adalah kalimat mulia yang
punya nilai tinggi. Teman-temannya itu adalah mahasiswa juga.
Kemudian,
netizen menghubungkan dengan kejadian pada 2019 ketika UNG secara resmi mengundang
Rocky Gerung menjadi pembicara pada sebuah seminar. Rocky Gerung itu kan orang
yang bermulut kotor dan sering mendungu-dungukan orang dengan tidak jelas
dengan pikirannya yang ngaco. Sudah saya bilang bahwa netizen Indonesia itu
jahat-jahat, dibongkarnya dan ditelusuri segalanya sehingga orang bisa berpikir
bahwa UNG memang seperti itu kelakuannya. Oleh sebab itu, UNG terseret perilaku
buruk mahasiswanya.
Rocky Gerung di UNG (Foto: Radar Gorontalo) |
Foto
Rocky Gerung di UNG saya dapatkan dari Radar Gorontalo.
Ketika
banyak perguruan tinggi menolak Rocky Gerung, UNG malah mengundangnya. Tak
heran jika orang berpikir macam-macam terhadap hal ini.
UNG
adalah sebuah lembaga pendidikan yang diciptakan untuk membentuk manusia
Indonesia yang cerdas dan bermanfaat. Saya yakin di UNG banyak profesor, doktor,
dan ahli agama yang shaleh dan berwawasan luas melebihi saya yang orang kecil
ini. UNG harus membersihkan dirinya dari pandangan-pandangan miring
orang-orang. Pendapat para netizen memang belum tentu benar, tetapi harus
menjadi warning bagi seluruh lembaga pendidikan untuk lebih berhati-hati
mengundang orang atau tokoh berbicara di kampusnya karena jika ada masalah,
pasti dikait-kaitkan meskipun sebetulnya mungkin saja tidak terkait. Di samping
itu, harus lebih memperhatikan lagi soal akhlak para muridnya dan seluruh
civitas akademikanya untuk dapat benar-benar mencapai tujuan pendidikan
nasional Indonesia.
Sampurasun.
No comments:
Post a Comment