Thursday 9 February 2017

Asal Mula Suku Baduy

oleh Tom Finaldin


Bandung, Putera Sang Surya

Masyarakat Baduy sebenarnya sangat tidak suka disebut “Baduy” karena kata Baduy berasal dari istilah orang-orang Belanda kolonial kepada mereka. Belanda menyebut mereka baduy karena menyamakan mereka dengan orang Arab “Badwi” yang tinggal di tenda-tenda dan hidup secara nomaden, berpindah-pindah tanpa tempat tinggal yang tetap. Sebutan itu sangat salah karena orang Baduy tidak tinggal di tenda-tenda dan tidak nomaden. Orang Baduy memiliki tempat tinggal yang tetap dan tanah yang juga tetap. Orang-orang ini sebenarnya lebih senang disebut sebagai orang “Kanekes” karena memang mereka adalah warga Kanekes.

            Dari zaman ke zaman sudah ratusan peneliti yang mencoba mencari tahu dari mana orang-orang Kanekes ini berasal dan bagaimana terbentuknya cara-cara hidup mereka yang sangat kuat memegang adat leluhur. Setiap ada peneliti yang mendapatkan kesimpulan tentang asal mula Baduy, orang-orang Kanekes ini selalu kesal, jengkel, dan marah karena menganggap bahwa hasil penelitian para peneliti itu salah dan selalu salah.

            Salah seorang dari mereka berkata keras, “Kami ti baheula ge geus aya di dieu. Ti jaman Nabi Adam ge kami mah geus di dieu!”

            Artinya, “Kami dari dulu juga sudah ada di sini. Sejak zaman Nabi Adam juga kami sudah berada di sini!”

            Hasil para peneliti itu, baik dari dalam maupun dari luar negeri selalu dibantah karena terkesan menyudutkan mereka, seperti menyebut mereka adalah berasal dari orang-orang Sunda yang kalah perang, lalu lari dan sembunyi di tempatnya sekarang dari kejaran musuhnya yang telah menghancurkan Kerajaan Sunda.

            Saya sendiri lebih percaya kepada kata-kata orang Baduy sendiri bahwa mereka sejak dulu juga sudah berada di tempat itu. Mereka memiliki nenek moyang sendiri yang diciptakan Allah swt sebagai Suku Sunda. Orang Sunda memiliki pasangan suami istri khusus yang melahirkan Suku Sunda. Di wilayah mereka ada lokasi yang ditandai batu yang merupakan tempat sepasang suami istri itu diciptakan Allah swt.

            Hal ini bisa dilihat dari QS Al Hujurat 49 : 13.

            “Wahai Manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh Allah Maha Mengetahui dan Maha Teliti.”

            Dari ayat tersebut, kita dapat memahami bahwa memang Allah swt menciptakan manusia itu bersuku-suku dan berbangsa-bangsa dengan karakteristik masing-masing serta kecerdasan intelektual, spiritual, dan emosional juga yang masing-masing. Manusia diciptakan berbeda secara fisik, mental, intelektual, emosional, dan spiritual. Hal  itu dimaksudkan Allah swt untuk saling mengenal sehingga dapat saling belajar, saling mengisi, dan saling membantu dalam menyempurnakan hidup dan kehidupan yang diciptakan Allah swt.

            Orang Jawa, Minang, Batak, Papua, dan seluruh suku bangsa di dunia ini memiliki leluhur masing-masing, memiliki sepasang suami istri masing-masing yang merupakan awal dari suku bangsa itu. Di wilayah setiap suku ada tempat yang merupakan lokasi bagi Allah swt dalam menciptakan pasangan awal suami istri yang melahirkan suku bangsa mereka. Dari pasangan awal itulah lahir suku bangsanya yang khas dengan segala karakteristiknya sesuai dengan kehendak Allah swt.


Bagaimana dengan Adam as?
Perdebatan dan diskusi mengenai Nabi Adam as adalah manusia pertama atau bukan, sudah terlalu sering dan berlarut-larut sampai hari ini. Saya sendiri sering terlibat diskusi dan perdebatan itu hingga berminggu-minggu. Hasilnya, selalu saja mereka yang berpendapat bahwa Adam as adalah manusia pertama tidak pernah bisa menjawab berbagai pertanyaan yang “menjungkirkan” keyakinan bahwa Adam as adalah manusia pertama.

            Saya sendiri berpendapat bahwa Nabi Adam as adalah BUKAN MANUSIA PERTAMA. Akan tetapi, Nabi Adam as adalah nabi pertama, manusia beradab pertama, dan manusia yang diberi wahyu pertama oleh Allah swt sehingga diangkat menjadi khalifah di muka Bumi.

            Nabi Adam as adalah laki-laki pertama dan Siti Hawa adalah perempuan pertama yang kemudian melahirkan suku bangsanya sendiri dengan karakteristiknya sendiri pula. Nabi Adam as bukan manusia pertama, melainkan nabi pertama dan manusia beradab pertama karena diberi wahyu yang berupa tuntunan dari Allah swt untuk mencapai kehidupan yang sempurna.

            Apalagi jika kita baca Ensiklopedia Islam yang menuliskan bahwa ada salah seorang anak dari Nabi Adam as yang bermasalah dengan sebuah kerajaan, bahkan sampai ditangkap oleh rajanya.

            Raja yang menangkap anak Nabi Adam as itu turunan dari mana kalau memang Adam as adalah manusia pertama?

            Adam as bukanlah manusia pertama.

            Kalau masih ngotot meyakini bahwa Adam as adalah manusia pertama, coba jawab pertanyaan saya ini.

            Ada berapa ratus bahasa yang ada di dunia ini?

            Nabi Adam as menggunakan bahasa apa ketika berkomunikasi?

            Mengapa manusia tiba-tiba memiliki bahasa masing-masing?

            Mengapa tidak menggunakan bahasa Nabi Adam as? Bukankah seluruh manusia adalah keturunan Adam as?

            Ada masalah apa antara Adam as dengan keturunannya sehingga saking bencinya sampai-sampai harus meninggalkan bahasa Adam as?

            Malah, bukan hanya bahasa yang berbeda, hurufnya pun berbeda. Ada huruf Sunda, Jawa, Arab, Jepang, Cina, Yunani, dan lain sebagainya.

            Siapa orangnya yang pertama kali membenci Adam as sehingga tidak sudi lagi menggunakan bahasa Adam as?

            Hayo jawab.

            Saya sangat berterima kasih jika ada yang bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan itu.

            Kalau tidak ada yang bisa menjawab, berarti memang Adam as bukanlah manusia pertama. Allah swt menciptakan kita berasal dari sepasang suami istri tertentu yang melahirkan sebuah suku bangsa tertentu dengan karakteristik masing-masing. Begitulah yang saya pahami dari QS Al Hujurat 49 : 13.

            Allah swt menciptakan kita berbeda sesuai dengan karakteristik alam yang berbeda sehingga kita bisa saling mengenal, saling memberi, saling mengisi, dan saling membantu di antara sesama manusia. Bukan sebaliknya, saling ingin menguasai, saling ingin merampok, saling ingin menjatuhkan, saling ingin berada paling tinggi di atas yang lainnya, atau saling ingin berjaya dengan merendahkan manusia yang lainnya.

            Begitulah maksud Allah swt menciptakan kita berbeda-beda. Kita diciptakan berbeda, tetapi dengan maksud yang sama.

            Jadi, asal mula orang Baduy adalah berasal dari sepasang suami istri yang kemudian menjadi awal terbentuknya Suku Sunda dengan karakteristiknya yang khas, dengan mental tertentu, kecerdasan tertentu, kemampuan spiritual tertentu, serta tingkat emosi yang khusus pula. Lokasi penciptaan pasangan suami isteri pertama itu adalah di tempat yang ditunjukkan oleh orang Baduy sendiri. Bukan hanya Suku Sunda yang diciptakan seperti itu, melainkan semua suku di dunia ini pun diciptakan dengan cara seperti itu.


            Sampurasun

No comments:

Post a Comment