oleh
Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
Masyarakat Baduy sebenarnya
sangat tidak suka disebut “Baduy” karena kata Baduy berasal dari istilah orang-orang
Belanda kolonial kepada mereka. Belanda menyebut mereka baduy karena menyamakan
mereka dengan orang Arab “Badwi” yang tinggal di tenda-tenda dan hidup secara
nomaden, berpindah-pindah tanpa tempat tinggal yang tetap. Sebutan itu sangat
salah karena orang Baduy tidak tinggal di tenda-tenda dan tidak nomaden. Orang
Baduy memiliki tempat tinggal yang tetap dan tanah yang juga tetap. Orang-orang
ini sebenarnya lebih senang disebut sebagai orang “Kanekes” karena memang
mereka adalah warga Kanekes.
Dari zaman ke zaman sudah ratusan peneliti yang mencoba
mencari tahu dari mana orang-orang Kanekes ini berasal dan bagaimana
terbentuknya cara-cara hidup mereka yang sangat kuat memegang adat leluhur. Setiap
ada peneliti yang mendapatkan kesimpulan tentang asal mula Baduy, orang-orang Kanekes
ini selalu kesal, jengkel, dan marah karena menganggap bahwa hasil penelitian
para peneliti itu salah dan selalu salah.
Salah seorang dari mereka berkata keras, “Kami ti baheula ge geus aya di dieu. Ti
jaman Nabi Adam ge kami mah geus di dieu!”
Artinya, “Kami dari dulu juga sudah ada di sini. Sejak
zaman Nabi Adam juga kami sudah berada di sini!”
Hasil para peneliti itu, baik dari dalam maupun dari luar
negeri selalu dibantah karena terkesan menyudutkan mereka, seperti menyebut
mereka adalah berasal dari orang-orang Sunda yang kalah perang, lalu lari dan
sembunyi di tempatnya sekarang dari kejaran musuhnya yang telah menghancurkan
Kerajaan Sunda.
Saya sendiri lebih percaya kepada kata-kata orang Baduy
sendiri bahwa mereka sejak dulu juga sudah berada di tempat itu. Mereka
memiliki nenek moyang sendiri yang diciptakan Allah swt sebagai Suku Sunda.
Orang Sunda memiliki pasangan suami istri khusus yang melahirkan Suku Sunda. Di
wilayah mereka ada lokasi yang ditandai batu yang merupakan tempat sepasang
suami istri itu diciptakan Allah swt.
Hal ini bisa dilihat dari QS Al Hujurat 49 : 13.
“Wahai Manusia!
Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar
kamu saling mengenal. Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah
ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh Allah Maha Mengetahui dan Maha
Teliti.”
Dari ayat tersebut,
kita dapat memahami bahwa memang Allah swt menciptakan manusia itu bersuku-suku
dan berbangsa-bangsa dengan karakteristik masing-masing serta kecerdasan
intelektual, spiritual, dan emosional juga yang masing-masing. Manusia
diciptakan berbeda secara fisik, mental, intelektual, emosional, dan spiritual.
Hal itu dimaksudkan Allah swt untuk saling mengenal sehingga dapat saling
belajar, saling mengisi, dan saling membantu dalam menyempurnakan hidup dan
kehidupan yang diciptakan Allah swt.
Orang Jawa, Minang, Batak, Papua, dan seluruh suku bangsa
di dunia ini memiliki leluhur masing-masing, memiliki sepasang suami istri masing-masing
yang merupakan awal dari suku bangsa itu. Di wilayah setiap suku ada tempat
yang merupakan lokasi bagi Allah swt dalam menciptakan pasangan awal suami
istri yang melahirkan suku bangsa mereka. Dari pasangan awal itulah lahir suku
bangsanya yang khas dengan segala karakteristiknya sesuai dengan kehendak Allah
swt.
Bagaimana
dengan Adam as?
Perdebatan dan diskusi
mengenai Nabi Adam as adalah manusia pertama atau bukan, sudah terlalu sering
dan berlarut-larut sampai hari ini. Saya sendiri sering terlibat diskusi dan
perdebatan itu hingga berminggu-minggu. Hasilnya, selalu saja mereka yang
berpendapat bahwa Adam as adalah manusia pertama tidak pernah bisa menjawab
berbagai pertanyaan yang “menjungkirkan” keyakinan bahwa Adam as adalah manusia
pertama.
Saya sendiri berpendapat bahwa Nabi Adam as adalah BUKAN
MANUSIA PERTAMA. Akan tetapi, Nabi Adam as adalah nabi pertama, manusia beradab
pertama, dan manusia yang diberi wahyu pertama oleh Allah swt sehingga diangkat
menjadi khalifah di muka Bumi.
Nabi Adam as adalah laki-laki pertama dan Siti Hawa
adalah perempuan pertama yang kemudian melahirkan suku bangsanya sendiri dengan
karakteristiknya sendiri pula. Nabi Adam as bukan manusia pertama, melainkan
nabi pertama dan manusia beradab pertama karena diberi wahyu yang berupa
tuntunan dari Allah swt untuk mencapai kehidupan yang sempurna.
Apalagi jika kita baca Ensiklopedia Islam yang menuliskan bahwa ada salah seorang anak
dari Nabi Adam as yang bermasalah dengan sebuah kerajaan, bahkan sampai
ditangkap oleh rajanya.
Raja yang menangkap anak Nabi Adam as itu turunan dari
mana kalau memang Adam as adalah manusia pertama?
Adam as bukanlah manusia pertama.
Kalau masih ngotot meyakini bahwa Adam as adalah manusia
pertama, coba jawab pertanyaan saya ini.
Ada berapa ratus bahasa yang ada di dunia ini?
Nabi Adam as menggunakan bahasa apa ketika berkomunikasi?
Mengapa manusia tiba-tiba memiliki bahasa masing-masing?
Mengapa tidak menggunakan bahasa Nabi Adam as? Bukankah
seluruh manusia adalah keturunan Adam as?
Ada masalah apa antara Adam as dengan keturunannya sehingga
saking bencinya sampai-sampai harus meninggalkan bahasa Adam as?
Malah, bukan hanya bahasa yang berbeda, hurufnya pun
berbeda. Ada huruf Sunda, Jawa, Arab, Jepang, Cina, Yunani, dan lain
sebagainya.
Siapa orangnya yang pertama kali membenci Adam as
sehingga tidak sudi lagi menggunakan bahasa Adam as?
Hayo jawab.
Saya sangat berterima kasih jika ada yang bisa menjawab
pertanyaan-pertanyaan itu.
Kalau tidak ada yang bisa menjawab, berarti memang Adam
as bukanlah manusia pertama. Allah swt menciptakan kita berasal dari sepasang
suami istri tertentu yang melahirkan sebuah suku bangsa tertentu dengan
karakteristik masing-masing. Begitulah yang saya pahami dari QS Al Hujurat 49 :
13.
Allah swt menciptakan kita berbeda sesuai dengan
karakteristik alam yang berbeda sehingga kita bisa saling mengenal, saling
memberi, saling mengisi, dan saling membantu di antara sesama manusia. Bukan
sebaliknya, saling ingin menguasai, saling ingin merampok, saling ingin
menjatuhkan, saling ingin berada paling tinggi di atas yang lainnya, atau saling
ingin berjaya dengan merendahkan manusia yang lainnya.
Begitulah maksud Allah swt menciptakan kita berbeda-beda.
Kita diciptakan berbeda, tetapi dengan maksud yang sama.
Jadi, asal mula orang Baduy adalah berasal dari sepasang
suami istri yang kemudian menjadi awal terbentuknya Suku Sunda dengan
karakteristiknya yang khas, dengan mental tertentu, kecerdasan tertentu,
kemampuan spiritual tertentu, serta tingkat emosi yang khusus pula. Lokasi
penciptaan pasangan suami isteri pertama itu adalah di tempat yang ditunjukkan
oleh orang Baduy sendiri. Bukan hanya Suku Sunda yang diciptakan seperti itu,
melainkan semua suku di dunia ini pun diciptakan dengan cara seperti itu.
Sampurasun
No comments:
Post a Comment